Show simple item record

dc.contributor.authorVADIYANTI, Adelia Putri
dc.date.accessioned2025-07-02T02:19:11Z
dc.date.available2025-07-02T02:19:11Z
dc.date.issued2025-01-09
dc.identifier.nim211610101030en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/126967
dc.descriptionFinalisasi unggah file repositori tanggal 25 Juni 2025_Kurnadien_US
dc.description.abstractPeningkatan kasus penyakit inflamasi setiap tahunnya menjadi salah satu fokus penting dalam penanganan di dunia kesehatan. Penyakit inflamasi yang ditemukan di bidang penyakit gigi dan mulut, yaitu stomatitis aftosa rekuren (SAR), lichen planus, eritema multiforme, dan pemphigus vulgaris. Kasus penyakit inflamasi yang kian meningkat menyebabkan tingginya tingkat penggunaan obat antiinflamasi di kalangan masyarakat. Penggunaan obat antiinflamasi pada terapi penyakit inflamasi dalam jangka panjang, seperti obat golongan steroid dan imunosupresan dapat memberikan efek samping yang cukup serius bagi tubuh. Belum ditemukan obat antiinflamasi yang aman dan efektif dengan efek samping minimal untuk jangka waktu yang lama hingga saat ini. Perlu dilakukan penelitian mengenai alternatif dari obat antiinflamasi menggunakan bahan alami yang memiliki efek samping minimal bagi tubuh. Daun salam (S. polyanthum (Wight) Walp.) berpotensi sebagai alternatif obat antiinflamasi berbahan alami yang dapat dikembangkan. Kandungan di dalamnya, seperti flavonoid, saponin, tanin, dan alkaloid diduga memiliki potensi antiinflamasi. Penelitian ini dilakukan dalam mengetahui efek pemberian ekstrak daun salam (S. polyanthum (Wight) Walp.) terhadap ketebalan paw edema pada tikus wistar yang diinduksi karagenan. Penelitian mengenai potensi antiinflamasi pada daun salam dilakukan secara laboratorium eksperimental dengan memicu pembentukan edema pada telapak kaki tikus menggunakan karagenan 1%. Ekstrak daun salam dengan dosis 50 mg/kgBB/hr, 100 mg/kgBB/hr, dan 200 mg/kgBB/hr dilarutkan dengan NaCMC 0,5% diberikan setiap hari melalui sonde lambung selama tiga hari. Kelompok kontrol negatif menggunakan NaCMC 0,5% dan kelompok kontrol positif diberikan prednison 0, 135 gr/hr. Pada hari ketiga, telapak kaki belakang tikus diinjeksikan karagenan satu jam setelah diberikan bahan uji. Ketebalan edema pada telapak kaki tikus kemudian diukur dengan jangka sorong digital sebelum dan pada 1, 2, 3, 4 , 5 jam setelahnya. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ekstrak daun salam mampu menurunkan ketebalan edema pada telapak kaki tikus dilihat dari kelompok kontrol negatif (0,5% NaCMC) yang memiliki ketebalan telapak kaki lebih besar dibandingkan semua kelompok yang diberikan ekstrak daun salam dan prednison pada 1 sampai 4 jam setelah induksi karagenan. Kelompok P3 dengan dosis 200 mg/kgBB/hr ekstrak daun salam memiliki pembentukan edema lebih kecil daripada kelompok yang lainnya. Flavonoid yang terdapat pada ekstrak daun salam dapat menghambat jalur siklooksigenase dan lipooksigenase sehingga pelepasan mediatormediator inflamasi juga terhambat. Menurunnya aktivitas antiinflamasi tersebut menyebabkan penurunan dari pembentukan edema yang terjadien_US
dc.description.sponsorshipDPU: Dr. drg. Erna Sulistyani, M.Kes DPA: Dr. drg. Iin Eliana Triwahyuni, M.Kesen_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Kedokteran Gigien_US
dc.subjectDaun Salam (Syzygium polyanthumen_US
dc.subjectKetebalan Paw Edemaen_US
dc.subjectKaragenanen_US
dc.titleEfek Pemberian Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) Terhadap Ketebalan Paw Edema pada Tikus Wistar yang Diinduksi Karagenanen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiKedokteran Gigien_US
dc.identifier.pembimbing1Dr. drg. Erna Sulistyani, M.Kesen_US
dc.identifier.pembimbing2Dr. drg. Iin Eliana Triwahyuni, M.Kesen_US
dc.identifier.validatorrevaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record