Show simple item record

dc.contributor.authorILMA, Maura Tazkia
dc.date.accessioned2025-07-02T02:03:24Z
dc.date.available2025-07-02T02:03:24Z
dc.date.issued2025-01-08
dc.identifier.nim211610101054en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/126959
dc.descriptionFinalisasi unggah file repositori tanggal 25 Juni 2025_Kurnadien_US
dc.description.abstractWorld Health Organization (WHO) menempatkan penyakit radang kronis sebagai ancaman terbesar yang membahayakan kesehatan manusia. Penyakit inflamasi kronis menjadi faktor penyebab kematian paling signifikan di tingkat global dan diperkirakan akan terus meningkat dalam 30 tahun mendatang. Pengobatan yang paling umum digunakan untuk penyakit inflamasi adalah obat antiinflamasi steroid dan imunosupresan. Meskipun penggunaan obat antiinflamasi efektif dalam meredakan peradangan, pada penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan efek samping yang membahayakan bagi tubuh. Berdasarkan hal tersebut, perlu dikembangkan obat antiinflamasi dengan dosis minimal dengan efek farmakologis optimal dan efek samping yang ringan. Daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) adalah salah satu jenis tanaman obat yang banyak dimanfaatkan dalam pengobatan alternatif dan dikenal memiliki khasiat sebagai antiinflamasi. Daun salam (S. polyanthum (Wight) Walp.) mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin yang berperan dalam aktivitas antiinflamasi. Adanya senyawa aktif dalam ekstrak daun salam (S. polyanthum (Wight) Walp.) berpotensi sebagai antiinflamasi yang berperan dalam menghambat mediator pro-inflamasi yang kemudian diikuti dengan adanya perubahan aktivitas leukosit yaitu terhambatnya migrasi leukosit ke jaringan yang cedera, sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah leukosit total darah tepi. Pemeriksaan jumlah leukosit total merupakan parameter yang umum digunakan untuk mengevaluasi sistem imun dan tingkat peradangan dalam tubuh. Potensi ekstrak daun salam sebagai obat antiinflamasi diuji dengan menggunakan tikus wistar yang diinduksi karagenan dari sigma-aldrich nomor katalog C1013. Pembentukan radang menggunakan karagenan memiliki keunggulan menghasilkan respons yang lebih sensitif terhadap obat antiinflamasi dan tidak menimbulkan bekas pada hewan coba dibandingkan senyawa iritan lainnya. Pada penelitian ini, tikus diberikan perlakuan selama 3 hari. Pada hari terakhir, karagenan disuntikkan pada kaki belakang tikus 1 jam setelah pemberian ekstrak daun salam. Setelah 5 jam, kemudian tikus dikorbankan. Sebelumnya tikus dianastesi dengan ketamine xylazine cocktail dengan dosis 0,1 ml ketamine 1000mg/10ml + 0,05 xylazine 20mg/50ml. Kemudian, tikus dikorbankan dengan menggunakan metode euthanasia sampel yaitu exsanguination. Selanjutnya, tikus dibedah, lalu seluruh darah tepi diambil. Darah tepi yang sudah diambil kemudian dilakukan perhitungan jumlah leukosit total menggunakan automatic hematology analyzer. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun salam (S. polyanthum (Wight) Walp.) dengan dosis 100 mg/kgBB/hari dan 200 mg/kgBB/hari meningkatkan jumlah leukosit total darah tepi meskipun tidak signifikan pada tikus wistar jantan yang diinduksi karagenan.en_US
dc.description.sponsorshipDPU: Dr. drg. Iin Eliana Triwahyuni, M. Kes DPA: Dr. drg. Erna Sulistyani, M. Kesen_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Kedokteran Gigien_US
dc.subjectDaun Salamen_US
dc.subjectLeukositen_US
dc.subjectKaragenanen_US
dc.titleEfek Pemberian Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp.) terhadap Jumlah Leukosit Total pada Tikus Wistar yang Diinduksi Karagenanen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiKedokteran Gigien_US
dc.identifier.pembimbing1Dr. drg. Iin Eliana Triwahyuni, M. Kesen_US
dc.identifier.pembimbing2Dr. drg. Erna Sulistyani, M. Kesen_US
dc.identifier.validatorrevaen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record