MUTASI GEN PADA BIJI KEDELAI MENGGUNAKAN ETHYL METHANE SULFONATE (EMS) UNTUK MENDAPATKAN MUTAN KEDELAI YANG MEMPUNYAI KANDUNGAN ASAM FITAT RENDAH ATAU TINGGI
Abstract
Tanaman kedelai (Glycine max L.) selain mengandung protein tinggi, juga
mengandung beberapa senyawa yang dapat menyebabkan nilai nutrisi kedelai
menjadi rendah atau yang sering dikenal sebagai senyawa anti-nutrisi (Miswar, 2006).
Senyawa anti nutrisi yang terdapat pada biji kedelai salah satunya adalah senyawa
asam fitat. Asam fitat merupakan bentuk simpan unsur phosphor (P) dalam biji yang
akan digunakan dalam perkecambahan (Hubel and Beck, 1996). Bagi manusia dan
ternak non ruminansia, asam fitat merupakan senyawa antinutrisi karena dapat
mengikat beberapa mineral esensial, protein dan karbohidrat. Mineral dan bahan
organik yang terikat pada asam fitat tidak dapat diserap oleh usus manusia dan ternak
non ruminansia sehingga terbuang bersama dengan feses (tinja). Hal ini karena dalam
tubuh manusia dan ternak non ruminansia tidak mempunyai enzim fitase yang dapat
menghidrolisis asam fitat, sehingga dapat mengakibatkan defisiensi mineral. Selain
mempunyai efek negatif, asam fitat dapat juga digunakan untuk tujuan khusus
dibidang kesehatan sebagai senyawa penghambat -amilase (inhibitor of -amilase)
sehingga dapat mengurangi konsentrasi glukosa dalam darah, ini sangat baik bagi
penderita kencing manis.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui mutasi buatan dengan menggunakan
EMS dapat mempengaruhi keberadaan asam fitat, kandungan phosphat anorganik,
kandungan sukrosa, gula reduksi, dan amilum dalam biji kedelai. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk mendapatkan varietas kedelai baru
dengan kandungan nutrisi sesuai kebutuhan.
Dalam penelitian ini digunakan kedelai varietas wilis yang diperoleh dari
Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi) Malang. Benih
Kedelai dimutasi dengan menggunakan bahan kimia EMS dengan konsentrasi 20
(Ethyl Methane Sulfonate) mM. Penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan April
2010 hingga bulan Desember 2010 di Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan
Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pengukuran Kandungan
Asam Fitat menggunakan metode Haugh and Lantzsch dalam wilcox et al., (2000),
Penentuan Kandungan Ion Fosfat menggunakan metode Raboy 2000, Penentuan
Protein dalam biji menggunakan metode Mikola 2001, Pengukuran kandungan gula
reduksi & amilum menggunakan metode DNS, pengukuran sukrosa menggunakan
reagent resorsinol dan uji pola protein dengan elektroforesis
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan asam fitat tertinggi terjadi
pada mutan no M49 sebesar 35%, sedangkan peningkatan asam fitat tertinggi terjadi
pada mutan no M7 dan M67 sebesar 11,7% dan 8,2%. Berdasarkan hal tersebut maka,
mutan M67 mempunyai kesempatan khususnya dibidang kesehatan untuk
dikembangkan sebagai bahan pangan bagi penderita diabetes (orang tua), sedangkan
mutan M49 mempunyai kesempatan bisa dikembangkan sebagai bahan pangan untuk
balita.
Dalam penelitian ini kandungan gula reduksi tertinggi terdapat pada mutan no
M7, kandungan sukrosa tertinggi terdapat pada mutan M10, sedangkan kandungan
amilum tertinggi terdapat pada mutan M17. Hal ini menunjukkan bahwa mutasi yang
terjadi dapat memicu peningkatan proses fotosintesis, sehingga jumlah gula reduksi,
sukrosa, dan amilum meningkat.
Kesimpulan dari penelitian ini bahwa mutasi buatan dengan menggunakan
EMS dapat mempengaruhi konsentrasi asam fitat dalam biji kedelai. Kandungan
asam fitat biji tertinggi pada mutan M7 dan M67, sedangkan terendah pada mutan
M49. Berdasarkan hal ini, mutan M67 mempunyai kesempatan khususnya dibidang
kesehatan untuk dikembangkan sebagai bahan pangan bagi penderita diabetes (orang
tua), sedangkan mutan M49 bisa dikembangkan sebagai bahan pangan untuk balita.
Mutasi buatan dengan menggunakan EMS dapat mempengaruhi kandungan sukrosa,
gula reduksi, dan amilum biji kedelai serta perubahan kandungan protein dan pola
pita protein pada biji kedelai.
Collections
- MT-Agribusiness [159]