dc.description.abstract | Dzikir manaqib merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh individuindividu
untuk
mencari
keberkahan
melalui
apa
yang
mereka
percaya
dapat
mengabulkan
permohonannya.
Secara
umum
dapat
dikatakan
dzikir
manaqib yaitu
untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan dan kehidupan setelah mati. Disini
jama’ah menggunakan Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani sebagai perantara dan juga
mereka agungkan yang kedudukannya setelah Nabi. Syeikh Abdul Qodir Al-Jailani
adalah seorang wali yang dipercaya dapat memberikan perantara keberkahan dari
Allah. Kedatangan jama’ah karena adanya faktor yang melatarbelakanginya,
misalnya sakit, mencari kesembuhan, meminta rejeki dan lain-lainnya.
Dengan
adanya fenomena dzikir manaqib, penulis merumuskan masalah dalam
penelitian ini yaitu “
Bagaimana rasionalitas yang mendasari pengikut jama’ah
manaqib? Seperti apa ritual dzikir manaqib tersebut?
”. Dalam penelitian ini peneliti
memfokuskan mengkaji
rasionalitas dzikir manaqib yang dilandasi oleh berbagai latar
belakang dan faktor, ketidakpastian, harapan, ketidak berdayaan.
Dimana jama’ah tidak
memperhitugkan perjalan mereka untuk mengikuti dzikir manaqib, sehingga dijadikan
sebagai sebuah tindakan yang dilakukan oleh orang secara terus menerus setelah
mendapatkan keberkahan. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui,
mendeskripsikan dan menganalisis tentang
rasionalitas yang mendasari anggota
jama’ah dzikir manaqib di Pondok Pesantren Al Qodiri Gebang Poreng, berupa
alasan serta mendeskripsikan pula bentuk-bentuk praktek atau ritual mereka.
Tipe penelitian ini menggunakan metode kualitatif sehingga menghasilkan
data-data yang berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penggalian data dengan menggunakan metode penelitian observasi
partisipasi, wawancara secara mendalam, studi pustaka dan menggunakan cara-cara
lain yang menunjang dalam proses penelitian.
Tindakan jama’ah dilatar belakangi oleh persoalan hidup, jama’ah dzikir
manaqib rata-rata mempunyai permasalahan dalam kehidupan dan perasaan hina atau
banyak dosa Perantara/wasilah. Jama’ah merasa dirinya tidak suci hal ini yang
menyebabkan doanya tidak segera di kabulkan dengan memakai perantara Syeikh
Abdul Qodir Jailani maka doanya mudah dan segera terkabulkan dan itu sudah
dipastikan. Dalam hal ini yang terpenting yakin dan yakin. Adapun rasionalitasnya
yaitu: rasionalitas tujuan dan rasionalitas nilai. Pertama, rasionalitas tujuan,
kepercayaan bahwa dzikir manaqib adalah alat yang dapat digunakan untuk
meyelesaikan permasalah kehidupan jama’ah. Oleh sebab itu tak heran jika jama’ah
manaqib berasal dari berbagai daerah. Rasionalitas mengarah pada rasionalitas yang
berorientasi pada tujuan. Karena rasionalitas ini meliputi pertimbangan pilihan yang
sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang dipergunakan untuk
mencapainya. Kedua, rasionalitas nilai. Tindakan jama’ah merupakan tindakan yang
bersumber dari nilai-nilai keagamaan. sifat rasionalitas yang berorientasi nilai yang
penting adalah bahwa alat-alat hanya merupakan obyek pertimbangan dan
perhitungan yang sadar, tujuan-tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan
nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau merupakan nilai akhir baginya.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi tindakan mengikuti dzikir manaqib
yaitu Faktor ajakan teman, saudara, keluarga, merupakan rasionalitas tradisional
tindakan hanya karena kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tanpa menyadari
alasannya atau membuat perencanaan terlebih dahulu mengenai tujuan dan cara yang
akan digunakan. faktor
kepercayaan keistimewaan Syeikh Abdul Qodir dan karomahnya
yang dipercaya sebagai waliyullah yang sangat diagungkan dan “seandainya Nabi
Muhammad tidak diutus menjadi Nabi dan Rosul maka dialah yang menjadi Nabi
penutup”. Kepercayaan keistimewaan
Sang Kyai, kedua faktor ini merupakan tindakan
sosial yang berorientasi pada nilai. Kedua faktor ini merupakan tindakan yang berorientasi pada nilai dan bersumber dari agama. Karena adanya keyakinan bahwa
seorang wali atau kyai mempuyai kedekatan dengan Tuhan. setelah meninggalpun
masih bisa memberi keberkahan. Faktor akselerasi harapan terkabul, Faktor
pengalaman pribadi. Merupakan tindakan yang berorientasi pada tujuan, tujuannya
yaitu kepastian akan terkabulnya doa jika dipanjatkan secara bersama-sama. Alasan
itulah yang membawa jama’ah untuk datang di Al-Qodiri.
Tujuan jama’ah yaitu: mencari rejeki, mencari kesembuhan, tujuan ini
merupakan salah satu ciri dari tindakan sosial, tindakan jama’ah adalah rasionalitas
yang berorientasi pada tujuan. Jama’ah menggunakan dzikir manaqib sebagai alat
untuk mencapai tujuan. mencari ketenangan dalam kehidupan merupakan tindakan
efektif, perasaan senang didapat setelah mengikuti kegiatan dzikir manaqib.
Kedatangan jama’ah awalnya untuk penyelesaian masalah akan tetapi mendapatkan
rasa ketenangan. Ridho Allah, merupakan rasionalitas yang berorientasi nilai.
Jama’ah hanya pasrah atas apa yang diberikan oleh Tuhannya. Jama’ah hanya
mengerjakan apa yang benar menurut agama. | en_US |