dc.description.abstract | Nekrosis pulpa adalah kondisi terjadinya kematian sel dalam saluran akar
sebagai akibat dari karies gigi. Bakteri yang berperan dalam karies gigi hingga
nekrosis pulpa yaitu Streptococcus mitis. S. mitis merupakan spesies alfa-hemolitik
mesofilia Streptococcus yang berkembang dalam mulut manusia yang umum
ditemukan di tenggorokan, nasofaring, dan mulut. Perawatan untuk mengatasi
nekrosis pulpa yaitu perawatan saluran akar yang di dalamnya terdapat tahapan
penting berupa irigasi saluran akar.
Larutan irigasi yang biasa digunakan yaitu sodium hipoklorit (NaOCl) 2,5%
dan Ethylenediaminetetraacetic Acid (EDTA) 17%. NaOCl 2,5% mampu
melarutkan jaringan pulpa vital dan nekrotik dan bersifat anti mikroba dengan
spekrum luas tetapi menghasilkan bau dan rasa yang tidak menyenangkan serta
dapat menyebabkan kerusakan jaringan apabila berkontak dengan jaringan lunak.
Penggunaannya dikombinasikan dengan EDTA 17% mampu menghilangkan
smear layer secara menyeluruh apabila digunakan pada pembilasan akhir setelah
penggunaan NaOCl tetapi bersifat iritatif apabila berkontak dengan jaringan
periapikal. Maka dari itu, diperlukan alternatif bahan irigasi yang berasal dari bahan
alami, salah satunya yaitu buah okra hijau. Zat aktif yang ada pada buah okra hijau
seperti alkaloid, trepenoid, flavonoid, saponin dan tanin memiliki potensi anti
bakteri. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perbandingan daya
antibakteri ekstrak buah okra hijau dengan NaOCL 2,5% dan EDTA 17% terhadap
pertumbuhan S. mitis.
Penelitian ini termasuk pada penelitian eksperimental laboratoris secara in
vitro dengan pendekatan post test only control group design. Buah okra hijau
diidentifikasi dan diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan etanol 96%
hingga menghasilkan ekstrak kental konsentrasi 100%. Ekstrak buah okra hijau
diencerkan dengan aquades steril sehingga diperoleh konsentrasi 12,5%, 25% dan
50%. NaOCl 2,5% dan EDTA 17% digunakan sebagai bahan pembanding,
sedangkan aquades steril digunakan sebagai kontrol negatif. Penelitian ini
menggunakan uji antibakteri metode disc diffusion dengan kertas cakram yang
diletakkan di atas MHA. Bakteri S. mitis didapatkan sesuai dengan standar 0,5
McFarland kemudian dilakukan inkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Daya
hambat pertumbuhan bakteri dapat diamati melalui zona bening yang terbentuk di
sekitar kertas cakram dan diukur diameternya dengan menggunakan jangka sorong.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat peningkatan diameter zona hambat
ekstrak buah okra hijau (Abelmoschus esculentus) terjadi mulai dari konsentrasi
ekstrak 12.5%, 25%, 50% dan 100%. Rata-rata diameter zona hambat dari yang
terkecil hingga terbesar yaitu ekstrak buah okra hijau konsentrasi 12,5% (10,51
mm), 25% (13,67 mm), 50% (15,15 mm), dan 100% (17,54 mm).Rata-rata diameter
zona hambat kelompok kontrol positif yaitu EDTA 17% (21,04 mm) dan NaOCl
2,5% (24,76 mm), serta kelompok kontrol negatif yaitu aquades (0 mm). Data hasil
penelitian dianalisis menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji
homogenitas Levene test kemudian didapatkan data berdistribusi normal dan tidak
homogen. Data diuji menggunakan ujistatistik non parametrik Kruskal-Wallis yang
menunjukkan nilai signifikansi 0,000 (α<0.05) artinya terdapat perbedaan daya
hambat pada seluruh kelompok. Hasil uji lanjutan Mann-Whitney menunjukkan
terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok (α<0.05).
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ekstrak buah okra
hijau (Abelmoschus esculentus) dengan konsentrasi 12,5%, 25%, 50%, dan 100%
memiliki daya antibakteri yang lebih kecil jika dibandingkan dengan NaOCl 2,5%
dan EDTA 17% dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. mitis. | en_US |