Show simple item record

dc.contributor.authorKAMAJAYA, Made Dharma Wisesa
dc.date.accessioned2025-01-23T02:38:33Z
dc.date.available2025-01-23T02:38:33Z
dc.date.issued2023-07-05
dc.identifier.nim192210101064en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/125092
dc.description.abstractBahan alam menjadi sumber penting dalam pengembangan obat baru. Setidaknya lebih dari 35 persen obat yang telah digunakan dalam pengobatan modern berasal dari produk bahan alam berupa tanaman, hewan maupun mikroorganisme. Berdasarkan proporsinya, metabolit sekunder dari tanaman memiliki kontribusi yang paling besar untuk dimanfaatkan dalam pengembangan obat, yakni sebesar 25%. Salah satu metabolit sekunder yang menjadi perhatian adalah golongan senyawa terpenoid. Hingga saat ini, lebih dari 40.000 senyawa dari golongan terpenoid telah teridentifikasi dan penelitian mengenai aktivitas farmakologinya menunjukkan hasil yang mengesankan. Hasil studi menunjukkan bahwa golongan senyawa ini memiliki aktivitas sebagai antitumor, antiinflamasi, antidiabetes, antibakteri, antivirus, antimalaria, mencegah penyakit kardiovaskular, meregulasi sistem imun, antioksidan dan neuroprotektif. Karena kelimpahannya di alam dan berbagai potensi aktivitas farmakologinya, tidak menutup kemungkinan bahwa masih ada senyawa terpenoid yang belum diteliti namun memiliki aktivitas yang potensial untuk dikembangkan menjadi senyawa obat baru. Salah satu metode dalam pengembangan obat dari bahan alam adalah dengan pendekatan metode etnofarmakologi yang dilandaskan dari pengobatan tradisional. Jambon (Syzygium microcymum) merupakan salah satu tanaman yang telah digunakan oleh masyarakat tradisional di Indonesia untuk mengobati diabetes. Meskipun belum ada penelitian mengenai tanaman Jambon, penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pada tanaman satu genus Syzygium terkandung berbagai senyawa terpenoid yang memiliki aktivitas antidiabetes. Berdasarkan latar belakang tersebut, pada penelitian ini dilakukan isolasi dan identifikasi struktur senyawa terpenoid dari daun Jambon. Tahapan isolasi diawali dengan mengekstraksi serbuk daun Jambon dengan maserasi disertai agitasi menggunakan metanol. Maserat kemudian dikentalkan dengan rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak metanol kental daun Jambon (11,865 gram). Sejumlah ekstrak metanol kental daun Jambon (9,864 gram) kemudian dipartisi secara bertahap dengan n-heksana, diklorometana dan etil asetat. Setelah itu, dilakukan skrining dengan metode KLT dengan penampak noda vanillin-H2SO4 dan diketahui bahwa fraksi n-heksana daun Jambon menunjukkan beberapa noda ungu yang mengindikasikan senyawa terpenoid sehingga dipilih untuk dipisahkan lebih lanjut menggunakan metode kromatografi kolom. Sistem kromatografi yang digunakan merupakan kromatografi dengan prinsip pemisahan adsorbsi fase normal yang dielusi secara gradien diawali dengan n-heksana (100; 2,15 L) dan dilanjut dengan diklorometana (75:25; 0,7 L); n-heksana-diklorometana (50:50 1,4 L); n-heksana-diklorometana (75:25; 0,6 L); diklorometana (100; 0,7 L); diklorometana-etil asetat (75:25 0,4 L); diklorometana-etil asetat (50:50; 0,2 L); diklorometana-etil asetat (25 :75; 0,2 L) dan yang terakhir etil asetat (100; 0,8 L). Dari hasil elusi didapat sebanyak 240 hasil tampungan pada tabung reaksi dan 2 pada erlenmeyer yang kemudian dikelompokkan kedalam beberapa kelompok subfraksi berdasarkan pola noda setelah dianalisis dengan KLT dan penampak noda vanillin-H2SO4. Dari pengelompokan ini didapatkan 29 kelompok subfraksi yang diberi kode JMB, yang mana kelompok subfraksi JMB 19 dipilih untuk dimurnikan lebih lanjut dengan metode KLT preparatif dengan fase gerak n-heksana:etil asetat (8,5:1,5). Dari pemurnian ini didapatkan 9 isolat, yang mana salah satunya adalah isolat JMB 19-1yang dipilih untuk dianalisis lebih lanjut menggunakan GC-MS dan NMR. Berdasarkan analisis spektra massa diketahui bahwa isolat JMB 19-1 memiliki berat nyata 426 amu dan diduga kuat merupakan senyawa β-amyrin dari penelusuran basis data NIST 17 dengan persen kemiripan sebesar 49%. Hal ini didukung dengan terbentuknya fragmen ion m/z 218, 207, 203, 189 dan 175 dengan intensitas relatif tinggi yang mengarah pada pola fragmentasi β-amyrin. Analisis spektra 1D-NMR yang memuat informasi data 1H-NMR dan 13C-NMR dilakukan dengan membandingkan data eksperimental dengan literatur untuk mengkonfirmasi dugaan tersebut. Analisis data 13C-NMR eksperimental menunjukkan adanya sinyal khas pada pergeseran kimia δC 147, 22 ppm, δC 124,6 ppm dan δC 79,2 ppm, sedangkan analisis data 1H-NMR menunjukkan adanya sinyal pada pergeseran kimia δH 5,38 dan δH 3,30 yang memiliki kesesuaian dengan senyawa β-amyrin.en_US
dc.publisherFakultas Farmasien_US
dc.subjectElusidasi strukturen_US
dc.subjectIsolasien_US
dc.subjectterpenoiden_US
dc.subjectJambonen_US
dc.subjectSyzygium microcymumen_US
dc.subjectNMRen_US
dc.subjectEI-MSen_US
dc.titleIsolasi dan Identifikasi Struktur Senyawa Terpenoid Fraksi n-Heksana Daun Jambon (Syzygium microcymum Koord. & Valeton Amshoff)en_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiFarmasien_US
dc.identifier.pembimbing1apt. Ari Satia Nugraha, S.F., GDip-Sc., M. Sc-res., P.hDen_US
dc.identifier.pembimbing2Dr. apt. Nuri, S.Si., M.Si.en_US
dc.identifier.validatorvalidasi_repo_ratna_Januari 2025en_US
dc.identifier.finalization0a67b73d_2025_01_tanggal 23en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record