dc.description.abstract | Fisika adalah suatu ilmu yang lebih banyak memerlukan pemahaman
daripada penghafalan, maka kunci kesuksesan dalam belajar fisika adalah
kemampuan memakai tiga hal pokok fisika yaitu konsep, hukum-hukum atau
asas-asas, dan teori-teori. Dengan demikian, pembelajaran fisika (sains) tidak
boleh lagi hanya mengarah pada pemberian konsep semata, tetapi juga harus ada
keterampilan dan sikap atau dengan kata lain pembelajaran fisika tidak berupa
produk fisika melainkan mengarah pada proses fisika. Untuk itu, pembelajaran
fisika tidak semata-mata mengajarkan konsep-konsep, tetapi yang lebih penting
adalah keterkaitan konsep-konsep tadi dengan kenyataan keseharian kehidupan
siswa. Salah satu model yang mendukung adalah dengan menggunakan model
pembelajaran POE berbasis keterampilan proses.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kognitif proses
siswa dalam pembelajaran fisika setelah menggunakan model POE berbasis
keterampilan proses, untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar fisika siswa
dengan menggunakan model POE berbasis keterampilan proses, dan untuk
mengkaji perbedaan hasil belajar fisika siswa dengan menggunakan model POE
berbasis keterampilan proses dengan yang tidak menggunakan model POE
berbasis keterampilan proses. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen,
dengan tempat penelitian ditentukan menggunakan cara purposive sampling area.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pakusari. Responden penelitian
ditentukan setelah dilakukan uji homogenitas. Penentuan sampel penelitian
dengan cluster random sampling. Rancangan penelitian menggunakan control
group pre-test post-test. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
observasi, dokumentasi, penilaian unjuk kerja, tes, dan wawancara. Analisis data menggunakan presentase skor kognitif proses, N-gain, dan menggunakan analisis
t tes.
Analisa data yang digunakan untuk mendeskripsikan kognitif proses siswa
setelah penerapan model pembelajaran POE berdasarkan hasil penilaian jawaban
pada Lembar kerja Siswa (LKS). Aspek kognitif proses yang diukur adalah
merumuskan hipotesis, menganalisis data, dan menyimpulkan penelitian.
Persentase kognitif proses siswa tiap pertemuan berturut-turut adalah 93,9%,
92,3%, 92,3%, dan 93,6%. Sedangkan persentase kognitif proses siswa secara
keseluruhan adalah 93,04% dan termasuk dalam kategori baik. Untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa adalah dengan cara membandingkan peningkatan
rata-rata nilai pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada
kelas eksperimen mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata N-gain sebesar
0,49 dan termasuk dalam kategori sedang. Untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan cara menganalisis
dari selisih nilai pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol
dengan menggunakan uji t pada SPSS 16, yaitu Independent Samples Test. Hasil
penelitian dan analisis data diperoleh sebesar 0,000, menunjukkan bahwa nilainya
kurang dari 0,05 atau 0,000 < 0,05 sehingga hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Untuk memperkuat hasil signifikansi dapat
dilakukan dengan menggunakan perhitungan manual. Pada perhitungan manual
nilai t hitung > t tabel, yaitu 6,592 >1,97, sehingga hipotesis nihil (Ho) ditolak dan
hipotesis kerja (Ha) diterima. Dengan kata lain, ada perbedaan signifikan hasil
belajar siswa antara menggunakan model POE berbasis keterampilan proses
dengan yang tidak menggunakan model POE berbasis keterampilan proses.
Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
(1) kognitif proses siswa dalam pembelajaran fisika setelah menggunakan model
POE berbasis keterampilan proses termasuk dalam kategori baik, (2) peningkatan
hasil belajar siswa menggunakan model POE berbasis keterampilan proses
termasuk dalam kategori sedang, (3) ada perbedaan signifikan hasil belajar siswa
antara menggunakan model POE berbasis keterampilan proses dengan yang tidak
menggunakan model POE berbasis keterampilan proses. | en_US |