dc.description.abstract | Malaria tetap menjadi tantangan kesehatan global dengan 249 juta kasus dan
608.000 kematian di seluruh dunia pada tahun 2022, sementara di Indonesia tercatat
399.666 kasus dengan 82 kematian. Perubahan iklim, resistensi obat, dan
keterbatasan akses ke layanan kesehatan menjadi faktor-faktor global yang
mempengaruhi penyebaran malaria. Plasmodium falciparum, penyebab utama
malaria berat, menggunakan mekanisme sekuestrasi parasit melalui interaksi
PfEMP1 dengan reseptor endotel dalam proses sitoadherensi. Meskipun vaksin
RTS,S/AS01 telah dikembangkan, efektivitasnya masih terbatas. Studi
pengembangan vaksin berbasis PfEMP1, khususnya domain DBL2β menunjukkan
peningkatan kadar IgG dan CD4. Penelitian selanjutnya dalam konteks respons
sitokin dapat mendukung tersedianya data kompleksitas respon imun terhadap
DBL2β-PFEMP1. Salah satu sitokin yang berperan krusial dalam proteksi terhadap
infeksi malaria adalah IFN-γ. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menganalisis
kadar sitokin IFN-γ pada tikus (Rattus norvegicus) pascainjeksi protein rekombinan
DBL2β-PfEMP1 Plasmodium falciparum untuk mengetahui potensinya dalam
pengembangan vaksin malaria.
Penelitian ini menggunakan desain true experimental dengan rancangan
posttest only group design pada 19 tikus wistar jantan yang dibagi dalam 5
kelompok. Produksi protein rekombinan menggunakan E. coli BL21 (DE3), diikuti
purifikasi dengan resin Ni-NTA. Prosedur imunisasi dilakukan secara subkutan
dengan variasi dosis protein (150 μg, 300 μg, 450 μg) dengan dan tanpa adjuvan,
serta kontrol NaCl 0,9%. Imunisasi terdiri dari tiga tahap meliputi imunisasi primer
pada hari ke-0 menggunakan Complete Freund's Adjuvant, dilanjutkan dua kali
imunisasi sekunder pada hari ke-21 dan 48 menggunakan Incomplete Freund's
Adjuvant. Penelitian dilaksanakan dalam kondisi laboratorium terkontrol dengan
suhu 23±2°C dan kelembaban 50-60%. Kadar konsentrasi IFN-γ diukur
menggunakan uji ELISA. Kadar konsentrasi IFN-γ memenuhi syarat uji parametrik,
sehingga hasilnya dianalisis menggunakan Mixed Method ANOVA yang dilanjutkan
dengan uji post hoc Bonferroni untuk mengetahui kelompok yang berbeda
signifikan.
Visualisasi dengan SDS-PAGE menunjukkan band berukuran ~72 kDa.
Konsentrasi protein diukur menggunakan Bradford Protein Assay dengan
konsentrasi 2 ug/uL. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan signifikan
antarkelompok perlakuan (p=0,002). Uji post hoc Bonferroni mengungkapkan
perbedaan signifikan antara kelompok Protein 150 dengan kelompok
protein+adjuvan (p=0,013 untuk 150 μg, p=0,003 untuk 300 μg, dan p=0,013 untuk 450 μg). Puncak produksi IFN-γ terjadi pada hari ke-14 hingga ke-21. Test of
Within-Subjects Contrasts dalam penelitian ini mengungkapkan tren linear yang
sangat signifikan (p<0,002), mengindikasikan perubahan konsisten pada kadar
Interferon-gamma (IFN-γ) seiring waktu. Berdasarkan efektivitasnya, kelompok
Protein 300 μg + Adjuvan menunjukkan hasil terbaik (p=0,003), diikuti oleh Protein
150 μg + Adjuvan dan Protein 450 μg + Adjuvan (keduanya p=0,013). Kelompok
protein tanpa adjuvan dan kontrol NaCl 0,9% tidak menunjukkan perbedaan
signifikan dengan kelompok Protein 150, Protein 300 dan Protein 450 + Adjuvan.
Penelitian ini membuktikan bahwa imunisasi protein rekombinan DBL2β-PfEMP1
mampu menginduksi respons imun yang ditandai dengan peningkatan tren kadar
IFN-γ pascainjeksi setiap tahap imunisasi, namun diperlukan penelitian lebih lanjut
mengapa kelompok perlakuan tidak signifikan dengan kelompok control. Temuan
ini memberikan dasar ilmiah untuk pengembangan vaksin malaria yang lebih
efektif, terutama dalam mencegah komplikasi malaria berat melalui penghambatan
sitoadherensi. | en_US |