DINAMIKA TRADISI ENDHOG-ENDHOGAN DALAM PERINGATAN MAULID NABI S.A.W DI KABUPATEN BANYUWANGI
Abstract
Tradisi endhog-endhogan adalah tradisi yang dilaksanakan untuk
memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW oleh masyarakat Banyuwangi di
Kabupaten Banyuwangi. Rumusan permasalahan penelitian ini adalah bagaimana
latar belakang munculnya tradisi endhog-endhogan di Banyuwangi dan bagaimana
dinamika yang terjadi dalam tradisi endhog-endhogan di Banyuwangi pada tahun
1777-2010. Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji secara mendalam asal usul
tradisi endhog-endhogan dan untuk mengkaji secara mendalam dinamika yang terjadi
dalam tradisi endhog-endhogan. Manfaat dari penelitian ini dapat mengaplikasikan
semua rumusan masalah dan memberi manfaat bagi ilmu pengetahuan, masyarakat
luas dan pemerintah. Metode penelitian yang digunkan adalah metode sejarah dengan
pendekatan sejarah, sosiologi agama, pendekatan antropologi dengan teori fungsional
dan teori simbolisme.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang munculnya tradisi
endhog-endhogan adalah pada tahun 1777 banyak misionaris VOC yang mencoba
menyebarkan agama Nasrani di Balambangan atau yang kini di sebut dengan
Banyuwangi, bersamaan dengan penyebaran agama Nasrani yang di bawa oleh
misionaris VOC tradisi endhog-endhogan sebagai peringatan hari lahir Nabi
Muhammad SAW muncul sebagai media siar Islam di daerah Blambangan tersebut.
Setelah beberapa tahun tradisi endhog-endhogan dilaksanakan di
Banyuwangi, tradisi endhog-endhogan mengalami berbagai kondisi. Kondisi dimana
tradisi ini sangat diperhatikan dan kondisi dimana tradisi ini kurang begitu diperhatikan karena tergerus oleh perkembangan zaman. Pada tahun 1995 tradisi ini
mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat dan mulai dimasukkan dalam
agenda pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Oleh karena itulah tradisi endhog-
endhogan dikemas sedemikian baik untuk menarik wisata asing.
Tradisi endhog-endhogan dari awal muncul, tahun 1777 hingga sekarang
banyak mengalami perkembangan yang tampak, terutama setelah pemerintah
setempat memasukkan tradisi endhog-endhogan ke dalam agenda pariwisata
Banyuwangi pada tahun 1995. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari proses
pelaksanaan tradisi, perlengkapan yang digunakan, hingga fungsi sosial yang terdapat
dalam tradisi endhog-endhogan. Tradisi endhog-endhogan yang menjadi rutinitas
masyarakat banyuwangi pada saat bulan Maulid ini mempunyai karakteristik masing-
masing disetiap wilayah, hal tersebut menunjukkan kreatifitas serta keantusiasan
masyarakat dalam memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad SAW, selain itu juga
untuk mengaplikasikan rasa cinta masyarakat Banyuwangi terhadap Nabi Muhammad
SAW.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi endhog-endhogan
sebagai peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW mampu mempertahankan
eksistensinya bersamaan dengan perkembangan zaman yang terjadi saat ini, bahkan
tradisi endhog-endhogan merupakan salah satu karakteristik kebudayaan yang dimilki
masyarakat Banyuwangi yang mayoritas dihuni oleh komunitas Using.