Show simple item record

dc.contributor.authorALFARIDZI, Thaariq
dc.date.accessioned2024-11-19T07:51:16Z
dc.date.available2024-11-19T07:51:16Z
dc.date.issued2024-11-24
dc.identifier.nim200910101064en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/124593
dc.descriptionFinalisasi unggah file repositori tanggal 19 November 2024_Kurnadien_US
dc.description.abstractHubungan bilateral Arab Saudi dan Iran telah lama diwarnai oleh gejolak yang cenderung terlihat sebagai persaingan dan konflik. Ketegangan mencapai puncaknya dengan eksekusi Nimr Al-Nimr, seorang aktivis Syiah, yang memicu pembakaran terhadap kedutaan Arab Saudi di Iran dan memutus hubungan diplomatik kedua negara. Konflik ini berakar pada perbedaan sektarianisme antara Islam Sunni dan Syiah yang menyebabkan polarisasi regional dan ketidakstabilan geopolitik di Timur Tengah, serta berdampak pada stabilitas ekonomi global terkait pasokan minyak. Meskipun upaya diplomatik negara-negara lain gagal, Republik Rakyat China (RRC) berhasil menjadi mediator dalam normalisasi hubungan Arab Saudi dan Iran pada tahun 2023. Penelitian ini menyoroti keputusan RRC untuk terlibat sebagai mediator dalam proses normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Iran yang menimbulkan pertanyaan. Dalam geopolitik kawasan Timur Tengah, status RRC masih tergolong pemain baru apabila dibandingkan dengan aktor eksternal lainnya. Selain itu, RRC juga tidak memiliki sejarah yang cukup panjang terkait keterlibatan diplomatik Timur Tengah, terlebih dalam konteks konflik sektarian yang menjadi akar perseteruan antara Arab Saudi dan Iran. Hal ini memunculkan gap penelitian yaitu tentang mengapa RRC yang sebelumnya lebih dikenal sebagai mitra dagang kawasan daripada pemain diplomatik di Timur Tengah, memilih untuk terlibat sebagai mediator dalam memediasi konflik kompleks antara Arab Saudi dan Iran. Penelitian ini menggunakan kacamata Realisme Neoklasuk dengan tiga elemen utama yakni sistem internasional, politik domestik, serta persepsi dan preferensi pemimpin politik sebagai kerangka teori untuk menganalisis pertimbangan atas keputusan RRC untuk terlibat dalam upaya normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Iran. Pada pembahasannya, penelitian ini menjelaskan bagaimana Realisme Neoklasik dapat diaplikasikan sehingga relevan terhadap konteks rumusan masalah dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor utama yang mendukung posisi RRC untuk terlibat sebagai mediator. Pertama, melemahnya pengaruh Amerika Serikat di kawasan yang disusul dengan menguatnya hubungan ekonomi strategis antara RRC dengan negara-negara di kawasan. Kedua, pengaruh sentralisasi kekuasaan dalam ideologi komunisme terhadap stabilitas politik dan sosial di RRC yang didukung oleh penerapan sistem ekonomi sosialisme dengan karakteristik RRC. Ketiga, persepsi dan preferensi pemimpin politik RRC yang positif terhadap upaya normalisasi hubungan Arab Saudi dan Iran. Faktor-faktor ini dinilai sangat berpengaruh baik dalam membangun posisi RRC yang strategis dalam keterlibatannya sebagai mediator.en_US
dc.description.sponsorshipPembimbing Utama Fuat Albayumi, SIP. M.A. Pembimbing Anggota Drs.Agung Purwanto, M.Si.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politiken_US
dc.subjectKeterlibatan Republik Rakyat Chinaen_US
dc.subjectDiplomasi Regionalen_US
dc.subjectNormalisasi Hubungan Arab Saudi dan Iranen_US
dc.titleKeterlibatan Republik Rakyat China dalam Diplomasi Regional: Studi Kasus Normalisasi Hubungan Arab Saudi dan Iranen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiHubungan Internasionalen_US
dc.identifier.pembimbing1Fuat Albayumi, SIP. M.A.en_US
dc.identifier.pembimbing2Drs. Agung Purwanto, M.Sien_US
dc.identifier.validatorKacung- 4 November 2024en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record