dc.description.abstract | Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan yang utama di
Indonesia. Kasus infeksi yang selalu menjadi sorotan hingga kini adalah kasus
infeksi nosokomial dengan prevalensi sebesar 7,1%. Salah satu infeksi
nosokomial yang paling umum terjadi adalah Infeksi Luka Operasi (ILO) dengan
penyebab utama S. aureus yang menyumbang angka kematian sebesar 77%.
Seiring perkembangan waktu, resistensi S. aureus terhadap drug of choicenya
juga semakin meningkat, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk
mencari substansi antibakteri baru dari alam. Salah satunya adalah bahan aktif
dari tanaman kakao (T. cacao) yang banyak dijumpai di Indonesia. Biji dari buah
kakao banyak mengandung senyawa polifenol. Fraksi polifenol biji kakao yang
berpotensi sebagai antibakteri adalah katekin, tanin, dan flavonoid. Pada
penelitian sebelumnya telah terbukti bahwa ekstrak etanol biji kakao dapat
menghambat pertumbuhan dan menyebabkan kerusakan morfologi S. aureus.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri
ekstrak etanol biji kakao terhadap S. aureus secara in vivo. Rancangan penelitian
yang digunakan adalah Posttest Only Control Grup Design. Sampel yang
digunakan adalah kelinci galur New Zealand White Albino dengan kirteria inklusi
viii
dan eksklusi, sebanyak lima ekor terbagi dalam lima kelompok perlakuan, yaitu
kontrol negatif, kontrol positif, krim ekstrak etanol biji kakao konsentrasi 2%, 4%
dan 8%. Uji in vivo dilakukan dengan cara membuat luka insisi sepanjang 2,5 cm
pada punggung kelinci yang kemudian diinfeksi dengan S. aureus. Data diperoleh
melalui pengukuran pemendekan luka infeksi dengan menggunakan jangka
sorong setiap harinya selama 7 hari perlakuan.
Pada penelitian ini didapatkan rerata pemendekan luka infeksi selama 7 hari
sebesar 23,60% pada kontrol negatif; 89,20% pada kontrol positif; 41,20% pada
krim ekstrak etanol biji kakao 2%; 57,20% pada krim ekstrak etanol biji kakao 4%
dan 72,80% pada krim ekstrak etanol biji kakao 8%. Hasil analisis dengan
Kruskal Wallis menunjukkan terdapat perbedaan persentase pemendekan luka
infeksi yang signifikan antar kelompok perlakuan
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat aktivitas antibakteri ekstrak
etanol biji kakao terhadap S. aureus secara in vivo tetapi aktivitasnya tidak sebaik
kontrol positif, yaitu krim mupirosin 2%. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak
etanol biji kakao maka aktivitas antibakterinya terhadap S. aureus juga semakin
besar. | en_US |