dc.description.abstract | Indonesia termasuk salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, dua pertiga
wilayahnya berupa lautan yang besarnya sekitar 6,32 juta km2. Indonesia juga
memiliki kondisi curah hujan yang tinggi dengan rata-rata curah hujan sebesar
290,26 mm/bulan. Kondisi tersebut dapat menyebabkan berbagai bencana
hidrometeorologi, terutama bencana banjir. Jember menjadi salah satu kabupaten
yang ada di Jawa Timur tercatat mengalami bencana banjir sebanyak 46 kejadian.
Oleh sebab itu, teknologi penginderaan jauh (remote sensing) dan membantu
mengidentifikasi penggunaan lahan, curah hujan maksimum, dan elevasi.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui klasifikasi penggunaan lahan di
DAS Bedadung Kabupaten Jember, mengetahui nilai debit aliran air, dan zonasi
tingkat potensi banjir di DAS Bedadung Kabupaten Jember menggunakan
teknologi penginderaan jauh. Penelitian dilakukan dengan metode supervised
classification menggunakan algoritma Random Forest dengan membagi objek
menjadi tujuh kelas yaitu badan air, hutan, perkebunan, lahan kosong, pemukiman,
sawah, dan semak-belukar. Klasifikasi dilakukan pada tahun 2014 – 2023 dalam
rentang bulan Desember sampai Februari. Debit aliran air memiliki tiga parameter
yaitu run off, intensitas curah hujan, dan luasan area penelitian. Intensitas curah
hujan juga memiliki beberapa parameter. Parameter tersebut seperti data panjang
sungai dan data elevasi untuk mencari nilai kemiringan sungai kemudian
menentukan waktu konsentrasi dan terakhir intensitas curah hujan. Zonasi tingkat
potensi banjir dilakukan di kecamatan yang masuk di DAS Bedadung Kabupaten
Jember dengan mempertimbangkan nilai debit aliran airnya.
Penelitian ini menghasilkan hutan dan perkebunan mengalami penurunan
sampai 2023 sedangkan pemukiman juga mengalami kenaikan secara terus
menerus. Namun, pada persawahan mengalami penurunan dan kenaikan di tahun
2019 dan 2020. Badan air, lahan kosong, dan semak-belukar mengalami hasil
secara fluktuasi. Nilai debit aliran air DAS Bedadung juga mengalami fluktuasi
dimana polanya hampir mirip dengan nilai intensitas curah hujan. Nilai debit aliran
air terkecil sebesar 461,8129 m3
/s pada tahun 2015 dan mengalami fenomena El
Nino di Indnesia, sedangkan debit aliran air terbesar sebesar 932,6339 m3
/s pada
tahun 2022. Selain itu, Intensitas curah hujan memiliki hubungan yang sangat kuat
dengan debit aliran air yang ditunjukkan dengan uji korelasi sebesar <0,001 atau
0,1%. Hasil terakhir zonasi tingkat potensi banjir berada di empat kecamatan yaitu
Bangsalsari, Panti, Jelbuk, dan Sumberjambe dengan kategori potensi sedang dan
tinggi. Potensi tersebut didukung dengan genangan banjir yang berwarna kuning.
Potensi banjir kategori rendah berada di kecamatan Gumukmas dengan debit aliran
air sebesar 3,96 m3/s yang menandakan wilayah tersebut terkategori aman. | en_US |