HUBUNGAN KENDALI GLUKOSA DARAH DENGAN OSTEOARTRITIS LUTUT PADA PASIEN DM DI RSD DR SOEBANDI
Abstract
Menurut American Diabetes Associatian tahun 2010, Diabetes mellitus
merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya. Menurut PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) tahun
2006, berdasar pola pertumbuhan penduduk, diperkirakan tahun 2030 nanti akan
ada 194 juta penduduk dewasa, maka diperkirakan terdapat 12 juta penderita DM
di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural.
Peningkatan insiden DM ini akan diikuti dengan meningkatnya
kemungkinan terjadinya komplikasi kronik DM. Mekanisme terjadinya
komplikasi DM berkaitan dengan kendali glukosa dalam darah. Pada DM terjadi
peningkatan kadar glukosa dalam darah atau kendali glukosa buruk, glukosa akan
tidak dimetabolisme dengan baik, maka glukosa akan dimetabolisme melalui
enzim aldose reduktase menjadi sorbitol. Sorbitol yang tertumpuk di dalam sel
akan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi sel.
Menurut Purnomo pada penelitiannya di RSUP Dr. Kariadi Semarang
Gangguan Muskuloskeletal akibat komplikasi kronik pada DM terbanyak yaitu
Osteoartritis pada lutut yaitu (53,3%).
Osteoartritis lutut merupakan penyebab utama rasa sakit dan
ketidakmampuan dibandingkan OA pada bagian sendi lainnya. Berdasarkan data
WHO, 40% penduduk dunia yang berusia lebih dari 70 tahun mengalami OA
lutut. Data Arthritis Research Campaign tahun 2000 menunjukkan bahwa 2 juta
penderita OA lutut berobat ke dokter praktik umum maupun rumah sakit,
sedangkan 550 ribu di antaranya menderita OA lutut yang parah (grade IV).
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan kendali glukosa
darah dengan osteartristis lutut pada pasien DM di RSD Dr Soebandi. Penelitian
viii
ini merupakan penelitian analitis observasional dengan pendekatan cross section.
Penelitian ini dilakukan di Poli Interna RSD. Dr. Soebandi Jember dilaksanakan
pada bulan September – oktober 2013. Populasi penelitian adalah semua pasien
DM yang datang berobat pada Poli Interna RSD, dengan jumlah besar sampel
melalui perhitungan yaitu 54 objek. Sedangkan cara mendapatkan sampel dengan
wawancara, pemeriksaan fisik dan pencatatan hasil laboratorium sampel. Pertama
dengan mendiagnosis pasien yang menderita DM yaitu sudah di diagnosis oleh
dokter interna RSD Dr. Soebandi, atau melalui hasil pemeriksaan laboratorium
kadar glukosa puasa ≥126 mg/dl, 2 jam PP ≥180 mg/dl, atau sewaktu ≥200 mg/dl.
Kedua mendiagnosis osteartritis lutut Diagnosis osteoarthritis lutut ditegakkan
berdasarkan klasifikasi dari American College of Rheumatology (ACR) yaitu,
nyeri lutut + minimal 3 dari 6 kriteria berikut : umur > 50 tahun, kaku pagi < 30
menit, krepitus, nyeri tekan, pembesaran tulang, tidak panas pada perabaan.
Ketiga Osteoartritis lutut akan dihubungkan dengan kendali glukosa pada pasien
DM. Kendali glukosa darah dibagi dalam 3 kategori yaitu: baik, sedang, buruk.
Hasil penelitian ini Uji Chi-square diketahui bahwa hubungan kadar
glukosa darah dengan osteoarthritis lutut kurang bermakna karena menunjukkan
nilai signifikansi (P) keduanya sebesar 0.90 yang lebih besar dari α 0.05
Hubungan yang tidak bermakna pada penelitian ini dapat di sebabkan oleh
beberapa faktor. Pada penelitian ini dalam menetukan kendali glukosa darah baik
maupun buruk menggunakan pemeriksaan glukosa darah puasa. Pemerksaan yang
menjadi tolak ukur paling tepat dalam pengendalian DM adalah dengan
pemeriksaan HbA1C. Dan kelemahan metode ini juga menjadi faktor terjadinya
hubungan tidak bermakna pada penelitian ini. Asumsi ini dinyatakan karena
penelitian ini dilaksanakan secara waktual dalam satu waktu tertentu yaitu dalam
periode September-oktober 2013.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]