dc.description.abstract | Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah penyebab kematian ke-tiga tertinggi di dunia. Faktor risiko terbesar terjadinya PPOK adalah paparan asap rokok. Hasil pembakaran asap rokok akan menimbulkan stres oksidatif yang diakibatkan oleh radikal bebas. Paparan asap rokok dapat mengakibatkan kerusakan dan penurunan jumlah sel silia lebih dari 70% serta hiperplasia sel goblet. Kerusakan sel silia dan hiperplasia sel goblet pada bronkus akan mengakibatkan hipersekresi mukus dan penebalan epitel bronkus sehingga terjadi penyempitan saluran pernafasan. Radikal bebas perlu dinetralisir dengan antioksidan. Salah satu
bahan makanan yang mengandung antioksidan adalah bawang merah dengan kandungan flavonoid jenis kuersetin tertinggi pada bagian kulit hampir 6 kali lebih tinggi dari bagian umbi yang biasa dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara dosis bertingkat infusa kulit bawang merah (IKBM) dalam mencegah peningkatan ketebalan epitel bronkus tikus Wistar yang diinduksi asap rokok dan menentukan dosis efektif maksimum IKBM dalam mencegah peningkatan ketebalan epitel bronkus tikus Wistar yang diinduksi asap rokok.
Penelitian ini merupakan true experimental dengan desain penelitian posttestonly control group. Unit eksperimen yang digunakan adalah tikus Wistar jantan berjumlah 28 ekor yang dibagi ke dalam tujuh kelompok yaitu kelompok normal K0, kelompok paparan asap rokok K1, dan kelompok perlakuan dengan lima dosis bertingkat P1, P2, P3, P4, P5. Penelitian diawali dengan aklimatisasi hewan coba selama tujuh hari, dilanjutkan dengan perlakuan selama 28 hari. K0 dan K1 diberi aquades 10 mL/kgBB per oral, sedangkan kelompok perlakuan diberi IKBM dengan dosis 125, 250, 500, 1.000, dan 2.000 mg/kgBB. Paparan asap rokok diberikan setelah dua jam sebanyak 2 batang/hari pada kelompok paparan asap rokok dan kelompok perlakuan. Hewan coba diterminasi pada hari ke-29 dengan anastasi ketamine-xylazine. Data penelitian yang dihasilkan adalah ketebalan epitel
bronkus yang diukur pada lima lapang pandang dengan perbesaran 400x di bawah mikroskop.
Hasil penelitian menunjukkan rerata pengukuran ketebalan epitel bronkus pada kelompok K0, K1, P1, P2, P3, P4, dan P5 berturut-turut adalah 2,636 ± 0,512 µm, 5,515 ± 1,486 µm, 5,007 ± 1,071 µm, 4,368 ± 0,810 µm, 4,092 ± 0,615 µm, 3,302 ± 0,403 µm, dan 3,895 ± 0,659 µm. Uji komparasi menggunakan MannWhitney menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, yaitu 0,021 (p<0,05). Pada analisis data menggunakan uji korelasi Pearson, didapatkan nilai signifikansi 0,001 (p<0,05) dengan koefisien korelasi -0,614 yang menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis IKBM, semakin menurun ketebalan epitel bronkus tikus Wistar yang dinduksi paparan asap rokok. Pada uji regresi didapatkan dosis efektif maksimum IKBM sebesar 1.275,4 mg/kgBB. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara IKBM dan ketebalan epitel bronkus tikus Wistar
yang diinduksi paparan asap rokok, yaitu semakin tinggi dosis IKBM, semakin menurun ketebalan epitel bronkus tikus Wistar yang dinduksi paparan asap rokok. Dosis efektif maksimum IKBM dalam mencegah peningkatan ketebalan epitel bronkus tikus Wistar yang diinduksi paparan asap rokok adalah 1.275,4 mg/kgBB. | en_US |