dc.description.abstract | pemerintah Belanda menetapkan gemeente terhadap daerah-daerah di Hindia-Belanda
yang dianggap penting dan strategis karena kritikan dari politisi Belanda yang
bernama Van Deventer. Van Deventer imengeluarkan isebuah igagasan itentang
proses untuk memajukan negara jajahan Belanda, igagasan itersebut iada itiga ipoin
yaitu iirigasi, imigrasi idan edukasi. Tiga ipoin igagasan itersebut idisebut idengan
TriasiPolitika. Gagasan politik etis yang dikemukakan oleh Van Deventer membuat
pemerintah Belanda menanggapi gagasan tersebut. Menanggapi segala hal yang
mendesak diadakannya desentralisasi di Hindia Belanda kemudian dibuatlah
rancangan iundang-undang idesentralisasi.
Pada itahun i1903, pemerintah Kolonial iBelanda imembentuk idaerah-daerah
desentralisasi di Hindia Belanda. Desentralisasi ini khusus iuntuk mengatur keuangan
dan pajak, desentralisasi bukan mengatur tentang penyelenggaraan pemerintah isecara
umum. Mulai tahun i1906 iberdasarkan Besluit Decentralisaatie 1905 dan iLocale
raden Ordonantie 1905. Pemerintah Kolonial Belanda membentuk daerah-daerah
desentralisasi iyaitu gemeente (semacam kota). Selama tahun 1906-1918, pemerintah
Belanda telah imembentuk isebanyak 19 gemeente di Jawa.
Probolinggo imerupakan isalah isatu ikota yang ipemerintahnya iberbentuk
gemeente. Probolinggo imendapat istatus igemeente ipada tanggal 1 juli 1918
(berdasarkan iStaatsblad i322-1918) karena ditinjau idari letaknya iyang ibegitu
strategis yaitu dikelilingi ioleh ipabrik-pabrik igula, iperkebunan itembakau, kopi dan
pelabuhan iyang icukup ibesar isehingga imenampung idan imengirim hasil-hasil dari
perusahaan itersebut. Status gemeente yang didapatkan oleh Probolinggo membuat
perubahan dalam sistem pemerintahan. Pada awalnya Probolinggo berada dibawah
pemeritahan pusat yang berada di Batavia, tetapi setelah Probolinggo menjadi
gemeente barulah Probolinggo mempunyai pemerintahan sendiri.
Penetapan sebagai daerah gemeente oleh Belanda berdampak besar bagi
perkembangan wilayah kota Probolinggo. perkembangan kota iyang isemakin tertata
dengan ibaik idapat idilihat idari isisi ikehidupan, yaitu perekonomian Probolinggo
yang imulai imembaik, dibangunnya isarana-sarana infrastruktur. Sarana prasarana
yang dibangun di Problinggo dikarenakan kebutuhan yang harus diwujudkan oleh
pemerintah Probolinggo. Munculnya isebuah ipotensi iyang imengenai ikebutuhan
transportasi untuk masyarakat Probolinggo, membuat salah satu pengusaha pribumi
asal Probolinggo mengembangkan iusaha itransportasi. Pada itahun i1933 Perusahaan
transportasi tersebut idikembangkan ioleh iAli Karman yaitu transportasi mobil. Pada
tahun 1936 iusaha transportasiidikembangkan lagi idengan membeli sebuah bus kecil.
Perkembangan transportasi bus di Probolinggo juga mendapat dukungan dari
pemerintah Probolinggo. Disisi lain, keberadaan bus juga memberikan kontribusi
besar terhadap kemajuan kota Probolinggo.
Selain transportasi, pemerintah Hindia-Belanda juga membangun fasilitas
dibidang pendidikan. Pada abad 19 pendidikan yang disediakan di gemeente
Probolinggo hanya sekolah raja (Hoofdenschool) dan juga sekolah guru
(Kweekschool), hal tersebut tidak membuat gemeente Probolinggo mendirikan setiap
jenis sekolah untuk memenuhi pendidikan penduduk Probolinggo. Selama memiliki
status gemeente, Probolinggo tercatat hanya menyediakan fasilitas sekolah tingkat
dasar dan lanjut. Pada tahun 1929-1930 di Probolinggo terdapat 7 sekolahan yaitu
Eurospeesche Lagere School (ELS), Hollandsche Inlandsche School (HIS),
Hollandsche Chineesesche School (HCS), Schakelschool (sekolah rakyat),
Volkschool (sekolah desa), Vervogschool (sekolah lanjutan), dan Voll. 2e kl. School
(sekolah ongko loro). Terbentuknya pendidikan di wilayah Hindia Belanda telah
memberikan kemungkinan adanya suatu mobilitas sosial dalam masyarakat. Sekolahsekolah yang awalnya diperuntukkan hanya kepada anak-anak Eropa, golongan elit Perkembangan iperekonomian ipenduduk iProbolinggo ijuga idisebabkan oleh
semakin ibanyaknya iproduksi igula. iBanyak idari ipihak iswasta iyang imenyewa
tanah iuntuk ditanami itebu. Ketika itebu itelah idikatakan isiap ipanen, imaka petani
mengangkutnya ke pabrik. Tebu iyang itiba idi ipabrik iakan idiproses ioleh kuli
pabrik untuk dijadikan igula. Para ipetani iakan idiberikan iupah iketika itebu tersebut
sudah menjadi gula. Keberadaan pabrik gula menjadi penentu yang signifikan
terhadap perekonomian masyarakat khususnya petani dan ikuli ipabrik gula
Probolinggo. | en_US |