Show simple item record

dc.contributor.authorWINATA, Jovita Claudia
dc.date.accessioned2024-08-27T02:01:31Z
dc.date.available2024-08-27T02:01:31Z
dc.date.issued2024-07-08
dc.identifier.nim200810101009en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/124209
dc.descriptionFinalisasi oleh Taufik_Lina Tgl 27 Agustus 2024en_US
dc.description.abstractSistem keuangan memegang peranan penting bagi perekonomian negara ditengah era globalisasi saat ini. Sektor keuangan dengan berbagai produk turunannya telah menjadi bagian penting dalam mendukung kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat secara masif, sehingga dinamika transaksi dalam sektor ini seringkali menimbulkan biaya transaksi yang cukup tinggi. Timbulnya biaya transaksi disebabkan oleh adanya informasi yang tidak simetris (asymetric information) yang berimplikasi pada timbulnya adverse selection dan moral hazard yang berujung pada ketidakefisienan. Namun gejolak sektor keuangan masih menjadi perdebatan dalam kajian literatur ekonomi dan keuangan. Pendapatlain menyatakan sistem keuangan memiliki peran yang relatif kecil dalam pembangunan ekonomi. Pendapat ini didukung dengan asumsi bahwa kegiatan pembangunan ekonomi tidak menyinggung peran sektor keuangan. Hingga saat ini tidak ada kesepakatan umum mengenai peran perkembangan sektor keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi. Perantara keuangan meningkatkan efisiensi dan pertumbuhan ekonomi dengan pengalokasian kapital yang paling optimal. Sektor keuangan yang berkembang dengan baik dapat mendorong kegiatan perekonomian dan sebaliknya, apabila tidak berkembang dengan baik akan menyebabkan perekonomian mengalami hambatan likuiditas dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dalam ruang lingkup kebijakan makroekonomi, sektor keuangan menjadi alat transmisi kebijakan moneter sehingga shock yang dialami sektor keuangan juga mempengaruhi efektivitas kebijakan moneter. Terdapat beberapa dampak yang dihasilkan dari shock dalam pasar keuangan terhadap transmisi kebijakan moneter. Pertama, gejala monetization (proses pengkonversian surat berharga menjadi mata uang yang dapat digunakan untuk membeli barang dan jasa) dan securitization (proses pembentukan aset yang tidak likuid atau sekelompok aset melalui mekanisme keuuangan menjadi surat-surat berharga) dalam bentuk inovasi produk-produk keuangan, menyebabkan definisi, cakupan dan perilaku jumlah uang beredar mengalami perubahan. Gejala ini berpeluang menciptakan ketidakstabilan hubungan antara harga (inflasi), uang beredar dan mengurangi kemampuan bank sentral dalam mengendalikan besaran moneter. Kedua, semakin berkembangnya sektor keuangan mendorong kecenderungan terjadinya pelepasan keterkaitan antara sektor moneter dan sektor riil (decoupling). Konsekuensinya, kausalitas antara variabel-variabel moneter dan berbagai variabel di sektor riil menjadi semakin kompleks dan sulit diprediksi. Fungsi permintaan uang yang dipergunakan sebagai salah satu alat manajemen moneter menjadi kurang stabil. Pengembangan infrastruktur teknologi informasi dianggap mampu mengkonsolidasikan dampak pengembangan keuangan pada pertumbuhan ekonomi dengan mengurangi ketidaksempurnaan pasar dan mempromosikan fungsi keuangan. Pertama, infrastruktur keuangan hijau membantu mengurangi ketidaksempurnaan pasar dengan menyediakan mekanisme keuangan yang lebih efisien dan terjangkau untuk proyek-proyek yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Lembaga keuangan hijau seperti bank-bank pembangunan hijau atau pasar obligasi hijau dapat memfasilitasi pembiayaan bagi proyek-proyek infrastruktur yang berorientasi pada pengurangan emisi, energi terbarukan, atau efisiensi energi sehingga infrastruktur keuangan hijau membantu mengatasi hambatan finansial yang sering menghalangi proyek-proyek ini dari mendapatkan pendanaan yang cukup di pasar konvensional. Kedua, infrastruktur keuangan hijau mempromosikan fungsi keuangan yang lebih baik dengan cara mengalokasikan modal secara lebih efisien dan mendukung inovasi keuangan untuk mendukung transisi menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan. Proyek berkelanjutan tersebut dapat melalui pengembangan instrumen keuangan baru seperti obligasi hijau, yang tidak hanya menyediakan sumber pendanaan tetapi juga memperkuat praktik keuangan berkelanjutan. Dengan demikian, infrastruktur keuangan hijau tidak hanya membantu memperluas akses terhadap modal tetapi juga mengarahkan aliran modal ke sektor-sektor yang berkontribusi pada pengurangan dampak lingkungan negatif dan meningkatkan ketahanan ekonomi jangka panjang. Perkembangan sektor keuangan mendorong pertumbuhan ekonomi terutama melalui dua saluran, yaitu akumulasi modal dan diversifikasi ekonomi. Implikasi perkembangan keuangan hijau dalam investasi pada proyek-proyek yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat menjadi salah salah satu pendorong utama pembangunan ekonomi karena berkontribusi pada inovasi dan pengembangan produk-produk hijau. Teori Solow (1963) menyatakan bahwa akumulasi modal, pertumbuhan penduduk dan teknologi dapat menjadi kunci utama pendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Teori Harrod-Domar menyatakan bahwa investasi dan tabungan merupakan kunci pertumbuhan ekonomi. Perkembangan teoritis yang mendasari keuangan hijau ialah teori Environmnet Kuznets Curve yang beranggapan bahwa emisi karbon akan meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Emisi karbon dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara, sehingga diperlukan instrumen-instrumen keuangan yang mampu memitigasi lingkungan. Namun, pada titik balik tertentu, pertumbuhan ekoonomi juga akan meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh antara inklusi keuangan dan keuangan hijau terhadap pertumbuhan ekonomi di Asia Terpilih. Metode yang digunakan adalah Panel Leasts Square. Penggunaan metode tersebut guna menjelaskan pengaruh inklusi keuangan dan ekonomi digital terhadap pertumbuhan ekonomi. Variabel yang digunakan meliputi GDP riil per kapita, kredit sektor swasta, obligasi hijau, dan pajak lingkungan. Sepuluh jurnal acuan sebagai penelitian terdahulu digunakan dalam penelitian ini yakni empat jurnal yang membahas mengenai inklusi keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi serta enam jurnal yang membahas mengenai keuangan hijau terutama investasi hijau terhadap pertumbuhan ekonomi. Sebagai langkah menjawab rumusan masalah, penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu analisis deskriptif dan melalui teknik estimasi data panel model terbaik yakni Fixed Effect Model (FEM). Hasil regresi data panel pada uji Fiixed Effect Model menunjukkan nilai stastistik 6,593790 dan probabilitas 0,0000 untuk variabel kredit sektor swasta, nilai stastistik 7,046743 dan probabilitas 0,0000 untuk variabel obligasi hijau serta nilai statistik -1,080212 dan probabilitas 0,2817 untuk variabel pajak lingkungan. Hasil ini dapat diartikan bahwa kredit sektor swasta berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Asia Terpilih, hal yang sama berlaku pada variabel obligasi hijau. Sebaliknya, variabel pajak lingkungan memberikan hasil yang negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Asia Terpilih.en_US
dc.description.sponsorshipDr. Zainuri, M.Si Dr. Moh. Adenan, M.Men_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Ekonomi dan Bisnisen_US
dc.subjectINKLUSI KEUANGANen_US
dc.subjectKEUANGAN HIJAUen_US
dc.subjectPERTUMBUHAN EKONOMIen_US
dc.subjectPANEL LEASTS SQUAREen_US
dc.titlePengaruh Inklusi Keuangan dan Keuangan Hijau terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Asia Terpilihen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiEkonomi Pembangunanen_US
dc.identifier.pembimbing1Dr. Zainuri, M.Si.en_US
dc.identifier.pembimbing2Dr. Moh. Adenan, M.M.en_US
dc.identifier.validatorTaufiken_US
dc.identifier.finalizationTaufiken_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record