Show simple item record

dc.contributor.authorANGGRAENI, Amanda Shilfi
dc.date.accessioned2024-08-21T07:13:56Z
dc.date.available2024-08-21T07:13:56Z
dc.date.issued2024-07-25
dc.identifier.nim200110201060en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/124148
dc.descriptionFinalisasi oleh Taufik_Lina Tgl 21 Agustus 2024en_US
dc.description.abstractPenelitian ini dilandasi dengan fenomena maraknya diagnosa mandiri terkait penyakit gangguan bipolar. Gangguan bipolar diartikan sebagai gangguan fluktuasi suasana hati yang ekstrim dengan adanya fase normal di antara keduanya. Fase depresi cenderung berlangsung lebih lama 6-12 bulan, sedangkan fase mania bisa berlangsung 2 minggu hingga 4-5 bulan. Faktor pemicu penyakit ini salah satunya adalah ketidakseimbangan neurotransmitter yang memicu gangguan pada ekspresi emosi. Penelitian ini berfokus pada dua tujuan, yakni; (1) mengetahui penggunaan bahasa pada ekspresi emosi secara verbal dan nonverbal penderita gangguan bipolar pada film Kukira Kau Rumah; (2) mengetahui kecenderungan emosi pada gangguan bipolar dalam film Kukira Kau Rumah dan kaitannya dengan gangguan bipolar menurut psikologi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data penelitian bersumber dari film Kukira Kau Rumah yang terdapat pada platform Disney+ Hotstar. Data dikumpulkan dengan metode simak dan menggunakan teknik lanjutan berupa teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC), kemudian dilanjutkan dengan catat. Data yang sudah terkumpul dengan rinci, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode interpretasi data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan 5 ekspresi emosi, yakni kenikmatan, kesedihan, amarah, jengkel dan cinta, dengan ciri kebahasaan, antara lain; (1) emosi kenikmatan berupa perasaan gembira dan riang adalah pengunaan kiasan yang menunjukkan delusi disertai tindakan beresiko yaitu melompat, jumlah produksi kalimat yang sangat banyak dengan satu stimulus disertai mencubit dan tertawa, mempresentasikan diri dengan kata-kata yang positif disertai seringai lebar, dan penggunaan ujaran imperatif untuk meminta atensi dan memberikan komando secara berlebihan, disertai tertawa, menari, dan tepuk tangan; (2) emosi kesedihan berupa perasaan pedih, melankolis, sangat kecewa dan putus asa adalah penggunaan adjektiva berkolokasi negatif disertai menangis, pelesapan untuk fungsi dalam sebuah kalimat disertai dengan merengek dan ide bunuh diri, dan repetisi pada suatu ujaran untuk menekankan penolakan disertai dengan merengek, menangis, dan ide bunuh diri; (3) emosi amarah berupa perasaan mengamuk, kesal hati dan arogan adalah penggantian atau penyebutan kata ganti orang kedua dari sopan lalu tidak sopan dengan cepat disertai tindakan menunjuk-nujuk lawan tutur dan otot menegang, ujaran sarkasme berupa hinaan dan umpatan dengan lompatan emosi yang cepat disertai berteriak dan menangis, menyalahkan orang lain atas keadaan diri dan ujaran anti teguran atau tidak mau disalahkan disertai dengan ancaman yang menuju pada tindakan beresiko menyakiti orang lain, menunjuk nunjuk lawan tutur, frasa verba bermakna gramatikal negatif disertai tindakan melempar barang dan berteriak; (4) emosi jengkel berupa perasaan tidak suka dan muak adalah penggunaan kalimat interogatif untuk menyalahkan orang lain disertai berteriak, ide bunuh diri dan menangis, penggunaan kata bersifat imperatif untuk menghentikan kegiatan lawan tutur disertai tindakan menutup telinga dan mata terpaksa terpejam, ujaran sarkasme berupa umpatan disertai berteriak, mendorong dan menarik kerah baju lawan tutur, repetisi untuk menunjukkan perasaan tidak suka disertai dengan alis mengkerut dan memutar bola mata dengan jengah; (5) emosi cinta berupa perasaan kasih dan penerimaan adalah penggunaan ungkapan kasih sayang secara langsung atau spontan dan tidak memikirkan resiko dengan tatapan mata yang berkepanjangan dan dalam, serta adanya repetisi untuk menekankan kerelaan ditinggalkan agar lawan tutur mendapatkan yang lebih baik dengan tatapan kosong. Kemudian pada hasil penelitian pada masalah kedua, peneliti menemukan adanya kecenderungan emosi berupa ekspresi emosi negatif, yaitu amarah dan kesedihan. Kedua emosi tersebut terjadi lebih lama daripada emosi positif. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian dan realitas kehidupan penderita gangguan bipolar sangat berkaitan.en_US
dc.description.sponsorshipDr. Asrumi, M.Hum. Drs. Andang Subaharianto, M.Hum.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFAKULTAS ILMU BUDAYAen_US
dc.subjectEKSPRESI EMOSIen_US
dc.subjectFILMen_US
dc.subjectGANGGUAN BIPOLARen_US
dc.subjectPENGGUNAAN BAHASAen_US
dc.subjectPSIKOLINGUISTIKen_US
dc.titlePenggunaan Bahasa dalam Ekspresi Emosi Penderita Gangguan Bipolar pada Film Kukira Kau Rumah: Kajian Psikolinguistiken_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiSASTRA INDONESIAen_US
dc.identifier.pembimbing1Dr. Asrumi, M.Hum.en_US
dc.identifier.pembimbing2Drs. Andang Subaharianto, M.Hum.en_US
dc.identifier.validatorTaufiken_US
dc.identifier.finalizationTaufiken_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record