dc.contributor.author | KINTAMI, Tiara Gaizka | |
dc.date.accessioned | 2024-08-21T03:21:45Z | |
dc.date.available | 2024-08-21T03:21:45Z | |
dc.date.issued | 2023-01-18 | |
dc.identifier.nim | 191610101145 | en_US |
dc.identifier.uri | https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/124125 | |
dc.description | Finalisasi oleh Taufiki_Afiyah tgl 21 oktober 2024 | en_US |
dc.description.abstract | Status gizi memegang peranan penting pada perkembangan balita. Kekurangan gizi kronis pada anak dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stunting. Stunting merupakan kondisi gagalnya pertumbuhan dan perkembangan pada anak balita sehingga anak terlalu pendek untuk usianya dikarenakan kurangnya gizi kronis. Stunting dapat mengakibatkan terganggunya perkembangan pada anak termasuk gangguan perkembangan kelenjar saliva yang mengalami atrofi. Atrofi kelenjar saliva dapat mengakibatkan terjadinya penurunan sekresi saliva yang kemudian menyebabkan penurunan laju alir saliva dan penurunan volume saliva.
Metode penelitian yang dilakukan ialah penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah seluruh balita stunting di wilayah kerja Puskesmas Silo II yang terdiri dari Desa Harjomulyo, Desa Pace, dan Desa Karangharjo sebanyak 95 balita. Pengambilan saliva akan dilakukan dengan menggunakan metode spitting tanpa stimulasi. Saliva dikumpulkan di dalam mulut tanpa stimulasi dengan posisi bibir yang tertutup lalu dikeluarkan ke pot saliva setiap 1 menit selama 5 menit. Saliva yang telah dikumpulkan di pot kemudian dipindahkan ke dalam gelas ukur untuk mengukur volumenya dan kemudian dicatat ke lembar pemeriksaan dalam satuan mililiter.
Rerata volume saliva pada 95 balita stunting sebesar 0,99 ml dan dikategorikan rendah atau kurang dari normal. Laju alir saliva pada anak stunting cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan laju alir saliva pada anak normal. Hal ini terjadi dikarenakan asupan nutrisi yang kurang pada ibu selama masa kehamilan sehingga mengakibatkan perkembangan kelenjar saliva pada minggu ke-6 intrauterin menjadi terganggu. Apabila kekurangan gizi pada balita stunting terjadi secara terus menerus maka dapat mengakibatkan kelenjar saliva mengalami atrofi. Atrofi kelenjar saliva pada anak mengakibatkan terjadinya penurunan sekresi saliva dan penurunan volume saliva.
Volume saliva rendah mengakibatkan fungsi saliva menjadi berkurang terutama dalam membasahi rongga mulut sehingga dapat menyebabkan rongga mulut anak menjadi kering. Apabila rongga mulut kering maka saliva tidak dapat melarutkan substansi makanan sehingga reseptor pengecapan yang terletak pada taste buds tidak dapat bekerja dengan baik. Hal ini mengakibatkan nafsu makan pada anak stunting menjadi berkurang sehingga dapat memperparah keadaan stunting. Volume saliva rendah juga dapat menyebabkan fungsi saliva sebagai buffer, antibakteri dan self cleansing mengalami penurunan. Apabila jumlah saliva yang disekresikan sedikit maka dapat meningkatkan timbulnya plak dan karies gigi. | en_US |
dc.language.iso | other | en_US |
dc.publisher | Kedokteran Gigi | en_US |
dc.subject | VOLUME SALIVA | en_US |
dc.subject | BALITA STUNTING | en_US |
dc.title | Gambaran Volume Saliva pada Balita Stunting Usia 3-5 Tahun | en_US |
dc.title.alternative | Karakteristik Balita Stunting Usia 3-5 Tahun terhadap Gambaran Volume Saliva di Wilayah Kerja Puskesmas Silo II | en_US |
dc.type | Skripsi | en_US |
dc.identifier.prodi | Kedokteran Gigi | en_US |
dc.identifier.pembimbing1 | Prof. Dr. drg. Ristya Widi Endah Yani, M. Kes | en_US |
dc.identifier.pembimbing2 | drg. Kiswaluyo, M.Kes | en_US |
dc.identifier.validator | Taufik | en_US |
dc.identifier.finalization | Taufik | en_US |