dc.description.abstract | Dermatofitosis merupakan infeksi akibat jamur yang menyerang jaringan keratin, seperti kulit, kuku, dan rambut. Salah satu klasifikasi dari dermatofitosis adalah Tinea pedis yang menginfeksi pada kulit kaki. Prevalensi Tinea pedis secara global diperkirakan adalah sekitar 3% penduduk dunia. Sementara di Indonesia, menurut data dari beberapa rumah sakit pendidikan, meliputi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin, Rumah Sakit Soetomo, RSCM, dan Rumah Sakit dr. Sardjito, prevalensi Tinea pedis adalah 16%.
Pekerjaan yang dapat meningkatkan risiko terinfeksi Tinea pedis salah satunya adalah petani. Hal ini terjadi karena kaki yang selalu basah dan mengakibatkan kelembapan yang tinggi pada kaki sehingga menjadi faktor pendukung pertumbuhan dari jamur. Petani dalam melakukan pekerjaannya menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang bertujuan untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di lingkungan kerja. Salah satu APD yang digunakan oleh petani adalah sepatu boots. Akan tetapi, alas kaki yang oklusif dan banyak beraktivitas disertai pemakaian sepatu boots dengan durasi enam jam per hari dapat meningkatkan risiko Tinea pedis oleh jamur dermatofita.
Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan sampel penelitian dilaksanakan pada sepuluh kecamatan di Kabupaten Jember, yaitu Kecamatan Tempurejo, Jenggawah, Mumbulsari, Ajung, Rambipuji, Kalisat, Arjasa, Sukorambi, Pakusari, dan Panti. Selanjutnya, sampel dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi FK UNEJ untuk dilakukan identifikasi jamur dermatofita. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Desember 2023. Responden penelitian ini berjumlah 55 petani yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data primer diperoleh dari wawancara dengan kuesioner dan uji laboratorium kerokan kulit kaki. Uji laboratorium menggunakan media Saboraud Dextrose Agar dan pewarnaan Lactophenol Cotton Blue. Uji analisis statistik menggunakan uji Chi-Square serta dilakukan perhitungan Odds Ratio.
Hasil menunjukkan bahwa durasi pemakaian sepatu boots pada petani di penelitian ini sebagian besar kurang dari enam jam, yaitu sebanyak 30 orang (54,5%). Sementara itu, kejadian Tinea pedis pada petani di penelitian ini adalah sebanyak 35 orang (63,6%) dengan mayoritas spesies dermatofita yaitu Trichophyton rubrum. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa durasi pemakaian sepatu boots sebagai Alat Pelindung Diri (APD) memiliki hubungan yang signifikan (p value < 0,05) dengan kejadian Tinea pedis pada petani di Kabupaten Jember. Pemakaian sepatu boots dengan durasi ≥ 6 jam per hari dapat berisiko 0,25 kali lipat terinfeksi Tinea pedis dibandingkan dengan pemakaian sepatu boots < 6 jam per hari. | en_US |