dc.description.abstract | Infeksi merupakan penyakit yang banyak ditemukan di masyarakat dan
menjadi penyebab kematian di dunia termasuk Indonesia. Selain bakteri dari
kelompok Gram negatif, Gram positif juga dapat menginfeksi salah satunya
adalah Staphylococcus epidermidis termasuk dalam kelompok Staphylococcus
koagulase negatif. Angka kematian infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut
berkisar 18,5-57%. Adanya resistensi bakteri S. epidermidis terhadap berbagai
antibiotik yang ada, mendorong pentingnya penemuan sumber obat-obatan
antimikroba yang dapat mengatasi berbagai masalah yang muncul dalam terapi
antibiotik khususnya yang berasal dari tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui adanya aktivitas
antibakteri ekstrak etanol biji kakao (T. cacao) terhadap pertumbuhan bakteri S.
epidermidis, mengetahui Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) breakpoint ekstrak
etanol biji kakao (T. cacao) terhadap pertumbuhan S. epidermidis secara in vitro,
mengetahui efek ekstrak etanol biji kakao (T. cacao) terhadap infeksi S.
epidermidis secara in vivo. Metode uji yang digunakan adalah in vitro uji difusi
menggunakan Muller Hinton Broth dan uji in vivo menggunakan kelinci. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental sebenarnya (True
Experimental Design). Sampel yang digunakan adalah koloni bakteri S.
epidermidis yang disesuaikan dengan standar 0,5 Mc Farland.
Konsentrasi larutan uji in vitro yang digunakan adalah 1.000 mg/ml, 500
mg/ml, 250 mg/ml, 125 mg/ml, 62,5 mg/ml, 31,2 mg/ml, 15,6 mg/ml, dan 7,8
mg/ml. Kontrol positif menggunakan suspensi sefotaksim dan kontrol negatif
menggunakan larutan aquades steril. Konsentrasi krim uji in vivo yang digunakan
adalah 2%, 4%, dan 8%. Kontrol positif menggunakan mupirosin dan kontrol
negatif menggunakan basis krim. Data yang diperoleh dari uji in vitro berupa
annular radius yang diukur dengan jangka sorong. Data kemudian dianalisis
secara kualitatif dengan Kruskal Wallis dan secara kuantitatif dengan regresi
linier. Data yang diperoleh dari uji in vivo berupa panjang penyembuhan luka
yang diukur dengan jangka sorong. Data kemudian dianalisis dengan Kruskal
Wallis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji kakao (T. cacao)
mempunyai aktivitas antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri S. epidermidis
secara in vitro dan in vivo. KHM breakpoint ekstrak etanol biji kakao (T. cacao)
secara kwalitatif adalah pada konsentrasi 500 mg/ml, KHM breakpoint secara
kuantitatif pada konsentrasi diatas 359,749 mg/ml. Krim ekstrak etanol biji kakao
2%, 4%, dan 8% mempunyai kemampuan penyembuhan terhadap luka.
Kemampuan terbaik untuk penyembuhan adalah konsentrasi 8%. Semakin tinggi
konsentrasi ekstrak polifenol biji kakao maka semakin tinggi daya antibakterinya.
Perubahan tersebut terjadi karena adanya kandungan flavonoid, katekin dan tanin
yang terdapat pada biji kakao. | en_US |