dc.description.abstract | Penggunaan energi listrik sudah menjadi kebutuhan pokok dalam
menjalankan kegiatan sehari-hari baik dari tingkat perusahaan, industri besar
hingga skala rumah tangga. Seiring berkembangnya teknologi beban listrik juga
mengalami perubahan yang awalnya berjenis beban linier bertambah jenis yaitu
beban non-linier. Beban non-linier memberikan dampak terhadap faktor daya dan
gangguan harmonik total dalam sistem kelistrikan. Beban non-linier ini
menyebabkan penurunan nilai faktor daya, yang dapat mengakibatkan penggunaan
daya listrik tidak optimal(Leny & Haryudo, t.t., 2019). Selain itu, beban non-linier
dapat menghasilkan arus atau tegangan dengan frekuensi yang melebihi frekuensi
fundamental, yang dikenal sebagai frekuensi harmonik. Gangguan harmonisa dapat
memiliki beberapa konsekuensi, seperti peningkatan suhu pada peralatan listrik
yang dapat mempengaruhi umur pakai peralatan, serta menyebabkan rugi rugi daya
dan penurunan kapasitas daya nominal suatu sistem kelistrikan akibat faktor-faktor
tertentu. (Setiawati dkk., t.t., 2020) Oleh karena itu kualitas daya listrik yang baik
harus tetap terjaga untuk mencegah gangguan yang terjadi.
Pada industri dengan sistem kelistrikan satu fasa sering menghadapi
masalah akibat beban non-linier. Beban seperti mesin-mesin industri, peralatan
elektronik, dan perangkat lainnya, dapat menyebabkan distorsi pada gelombang
arus, yang mengakibatkan gangguan harmonisa. Gangguan harmonisa ini terjadi
karena arus tidak lagi berbentuk sinusoidal dan dapat mempengaruhi kualitas daya
listrik dan kinerja sistem kelistrikan secara keseluruhan. Untuk mengatasi masalah
ini, penggunaan filter harmonisa menjadi solusi untuk mengatasi gangguan
harmonisa. Dua jenis filter harmonisa yang umum digunakan adalah filter pasif dan
filter aktif. Filter pasif hanya mampu mengatasi satu frekuensi harmonisa.
Meskipun filter ini sering digunakan karena strukturnya yang sederhana dan
biayanya yang terjangkau, keterbatasan dalam menangani frekuensi harmonisa
yang lebih kompleks membuatnya kurang efektif dalam aplikasi dengan gangguan
harmonisa yang bervariasi. Untuk mengatasi keterbatasan filter pasif, ditambahkan penggunaan filter aktif yang mampu mengurangi harmonisa untuk lebih dari satu
frekuensi dan dapat mengkompensasi faktor daya(Gunawan, 2023). filter aktif
dapat menjadi solusi efektif. Filter aktif bekerja dengan cara menyaring frekuensi
harmonisa yang tidak diinginkan dan mengoreksi bentuk gelombang arus, sehingga
meningkatkan kualitas daya listrik dan menjaga stabilitas sistem kelistrikan.
Penelitian Active Power Filter(APF) untuk mengatasi permasalahan
harmonisa pada kelistrikan satu fasa telah ditawarkan. Seperti penerapan perbaikan
THD yang dilakukan oleh Vinod Khadkikar, dkk dengan judul Implementation of
Single-phase Synchronous dq Reference Frame Controller for Shunt Active Filter
under Distorted Voltage Condition. Penelitian ini berfokus untuk memperbaiki
gangguan yang terjadi pada total THD dan gelombang tegangan menggunakan
metode SRF DQ. Dalam penelitiannya THD awal arus beban sebesar 24,5% lalu
dapat diturunkan menjadi 4,71%. Lalu untuk tegangan suplai yang terdistorsi
(THD=15.2%) dengan beban non-linier, kinerja kompensasi shunt APF tidak
terpengaruh karena rangkaian shunt hanya bekerja untuk mengkompensasi THD
arus sedangkan untuk menurunkan distorsi tegangan dapat menggunakan series
APF. (Khadkikar, Vinod. 2009)
Penelitian dalam kelistrikan satu fasa juga dilakukan oleh Sachi Sarma
menggunakan transformasi DQ pada kelistrikan satu fasa. Dalam penelitiannya
untuk mengatasi gangguan harmonisa yaitu Single Phase d-q Transformation using
as indirect Control Method for Shunt Active Power Filter yang disimulasikan
menggunakan simpower system toolbox MATLAB dapat menurunkan THD dari
38,90 % menjadi 9,65 % (Sarma, S. 2014). Sinyal keluaran yang dihasilkan oleh
metode Synchronus Reference Frame (SRF) DQ nantinya digunakan untuk
menghasilkan pulsa pengontrol untuk memicu sakelar inverter untuk menyuntikkan
gelombang harmonik terbalik ke sistem agar THD dapat teratasi.
SRF DQ juga pernah diterapkan pada sistem kelistrikan satu fasa yang lain
seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Samir Gautam, dkk dengan judul
Evaluation of Fundamental d-q Synchronous Reference Frame Harmonic Detection
Method for Single Phase Shunt Active Power Filter. Pada penelitian ini dijelaskan secara rinci bagaimana metode SRF DQ dapat diterapkan di sistem kelistrikan satu
fasa serta menjadi metode yang efektif untuk menurunkan THD. Dibuktikan dalam
penelitiannya THD awal 8,3% dapat diturunkan menjadi 0,48%.(Gautam dkk.,
2014)
Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai solusi untuk mengatasi
gangguan harmonik, Active Power Filter (APF) dengan menggunakan SRF DQ
dipilih sebagai pendekatan untuk mengatasi gangguan harmonik pada sistem
kelistrikan satu fasa. Penelitian ini akan mengimplementasikan metode SRF DQ
dalam studi kasus yang relevan dengan beban non-linier pada sistem kelistrikan
satu fasa. Penerapan APF dengan SRF DQ diharapkan dapat mengatasi gangguan
harmonik yang terjadi dan meningkatkan kualitas daya listrik secara keseluruhan. | en_US |