Show simple item record

dc.contributor.authorBambang Prabawiguna
dc.date.accessioned2013-12-24T05:01:38Z
dc.date.available2013-12-24T05:01:38Z
dc.date.issued2013-12-24
dc.identifier.nimNIM092010101002
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/12325
dc.description.abstractBising merupakan suara yang tidak disukai atau dikehendaki seseorang dan mempunyai beragam frekwensi dan intensitas. Bunyi dengan intensitas lebih dari 85 dB dan lebih dari 8 jam tiap paparan dalam waktu lama/kronik, dapat menyebabkan kerusakan pada reseptor pendengaran yang terdapat di organ korti telinga dalam . Dalam hal ini berarti mengarah pada gangguan kurang pendengaran akibat kebisingan atau Noise Induced Hearing Loss (NIHL). Oleh karena itu jumlah kasus NIHL pada pemukim pinggir rel kereta api masih belum ada datanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara lama menetap dan usia dengan kejadian NIHL pada pemukim pinggir rel. Penelitian dilaksanakan dalam 2 tahap pemeriksaan yang berkelanjutan. Pemeriksaan pertama yaitu pemeriksaan otoskopi, yaitu pemeriksaan untuk mengetahui keadaan telinga responden sebelum melakukan pemeriksaan selanjutnya. Dalam pemeriksaan ini responden akan mengisi lembar informed consent dan menjawab kuesioner anamnesis. Pemeriksaan yang kedua adalah dengan melakukan tes audiometri yang dilakukan pada lingkungan yang tenang (ruangan khusus). Sebelum pemeriksaan audiometri ini telinga responden harus dalam keadaan bersih dan memakai ear plug (penyumbat telinga) selama minimal 12 jam. Sampel yang diambil adalah dari populasi yang termasuk dalam kriteria inklusi. Sampel yang berhasil diperiksa berjumlah 38 responden. Responden adalah pemukim pinggir rel kereta api di RT 01 Kelurahan Gebang Kabupaten Jember. Hasil anamnesis dan audiometri akan menjadi sumber data yang dianalisa. Hasil anamnesis faktor usia, lama menetap, keluhan tinitus, dan keluhan kurang viii dengar dijadikan sebagai data responden. Sedangkan hasil audiometri adalah data sebaran kasus NIHL dan derajat NIHL. Pengambilan data ini melalui metode wawancara dan pemeriksaan langsung. Penelitian disusun menurut uji Chi Square untuk tabel 2x2 dan uji regresi logistik ganda pada tabel lebih dari 2x2. Rancangan dasar yang digunakan adalah dengan menganalisa tujuh macam tabel silang untuk telinga kiri dan telinga kanan. Hasil uji statistic Chi Square pada telinga kiri didapatkan hasil p=0,018 dan pada telinga kanan diperoleh hasil p=0,052. Hasil pada telinga kiri dapat diartikan ada perbedaan proporsi kejadian NIHL dengan orang yang berusia <40 tahun dan orang yang berusia ≥40 tahun dengan kejadian NIHL. Sedangkan pada telinga kanan dapat diartikan tidak ada perbedaan proporsi diantara orang yang berusia <40 tahun dan orang yang berusia ≥40 tahun dengan kejadian NIHL. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=12,8 pada telinga kiri dan OR=8,3 pada telinga kanan, artinya orang yang berusia <40 tahun mempunyai peluang 12,8 kali akan terjadi NIHL setelah berusia ≥40 tahun. Dari hasil analisis regresi logistik ganda yang dilakukan, variabel yang memenuhi nilai p<0,05 didapatkan pada variabel usia yaitu p=0,039. Dalam hal ini diartikan sebagai faktor usia secara signifikan mempengaruhi kejadian NIHL pada pemukim pinggiran rel kereta api. Dengan demikian, angka kejadian NIHL meningkat setelah berusia ≥40 tahun Hasil ini didapatkan dari penghitungan pada analisis hasil pemeriksaan audiometri pada telinga kiri. Bising merupakan suara yang tidak disukai atau dikehendaki seseorang dan mempunyai beragam frekwensi dan intensitas. Bunyi dengan intensitas lebih dari 85 dB dan lebih dari 8 jam tiap paparan dalam waktu lama/kronik, dapat menyebabkan kerusakan pada reseptor pendengaran yang terdapat di organ korti telinga dalam . Dalam hal ini berarti mengarah pada gangguan kurang pendengaran akibat kebisingan atau Noise Induced Hearing Loss (NIHL). Oleh karena itu jumlah kasus NIHL pada pemukim pinggir rel kereta api masih belum ada datanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara lama menetap dan usia dengan kejadian NIHL pada pemukim pinggir rel. Penelitian dilaksanakan dalam 2 tahap pemeriksaan yang berkelanjutan. Pemeriksaan pertama yaitu pemeriksaan otoskopi, yaitu pemeriksaan untuk mengetahui keadaan telinga responden sebelum melakukan pemeriksaan selanjutnya. Dalam pemeriksaan ini responden akan mengisi lembar informed consent dan menjawab kuesioner anamnesis. Pemeriksaan yang kedua adalah dengan melakukan tes audiometri yang dilakukan pada lingkungan yang tenang (ruangan khusus). Sebelum pemeriksaan audiometri ini telinga responden harus dalam keadaan bersih dan memakai ear plug (penyumbat telinga) selama minimal 12 jam. Sampel yang diambil adalah dari populasi yang termasuk dalam kriteria inklusi. Sampel yang berhasil diperiksa berjumlah 38 responden. Responden adalah pemukim pinggir rel kereta api di RT 01 Kelurahan Gebang Kabupaten Jember. Hasil anamnesis dan audiometri akan menjadi sumber data yang dianalisa. Hasil anamnesis faktor usia, lama menetap, keluhan tinitus, dan keluhan kurang viii dengar dijadikan sebagai data responden. Sedangkan hasil audiometri adalah data sebaran kasus NIHL dan derajat NIHL. Pengambilan data ini melalui metode wawancara dan pemeriksaan langsung. Penelitian disusun menurut uji Chi Square untuk tabel 2x2 dan uji regresi logistik ganda pada tabel lebih dari 2x2. Rancangan dasar yang digunakan adalah dengan menganalisa tujuh macam tabel silang untuk telinga kiri dan telinga kanan. Hasil uji statistic Chi Square pada telinga kiri didapatkan hasil p=0,018 dan pada telinga kanan diperoleh hasil p=0,052. Hasil pada telinga kiri dapat diartikan ada perbedaan proporsi kejadian NIHL dengan orang yang berusia <40 tahun dan orang yang berusia ≥40 tahun dengan kejadian NIHL. Sedangkan pada telinga kanan dapat diartikan tidak ada perbedaan proporsi diantara orang yang berusia <40 tahun dan orang yang berusia ≥40 tahun dengan kejadian NIHL. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=12,8 pada telinga kiri dan OR=8,3 pada telinga kanan, artinya orang yang berusia <40 tahun mempunyai peluang 12,8 kali akan terjadi NIHL setelah berusia ≥40 tahun. Dari hasil analisis regresi logistik ganda yang dilakukan, variabel yang memenuhi nilai p<0,05 didapatkan pada variabel usia yaitu p=0,039. Dalam hal ini diartikan sebagai faktor usia secara signifikan mempengaruhi kejadian NIHL pada pemukim pinggiran rel kereta api. Dengan demikian, angka kejadian NIHL meningkat setelah berusia ≥40 tahun Hasil ini didapatkan dari penghitungan pada analisis hasil pemeriksaan audiometri pada telinga kiri. Bising merupakan suara yang tidak disukai atau dikehendaki seseorang dan mempunyai beragam frekwensi dan intensitas. Bunyi dengan intensitas lebih dari 85 dB dan lebih dari 8 jam tiap paparan dalam waktu lama/kronik, dapat menyebabkan kerusakan pada reseptor pendengaran yang terdapat di organ korti telinga dalam . Dalam hal ini berarti mengarah pada gangguan kurang pendengaran akibat kebisingan atau Noise Induced Hearing Loss (NIHL). Oleh karena itu jumlah kasus NIHL pada pemukim pinggir rel kereta api masih belum ada datanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara lama menetap dan usia dengan kejadian NIHL pada pemukim pinggir rel. Penelitian dilaksanakan dalam 2 tahap pemeriksaan yang berkelanjutan. Pemeriksaan pertama yaitu pemeriksaan otoskopi, yaitu pemeriksaan untuk mengetahui keadaan telinga responden sebelum melakukan pemeriksaan selanjutnya. Dalam pemeriksaan ini responden akan mengisi lembar informed consent dan menjawab kuesioner anamnesis. Pemeriksaan yang kedua adalah dengan melakukan tes audiometri yang dilakukan pada lingkungan yang tenang (ruangan khusus). Sebelum pemeriksaan audiometri ini telinga responden harus dalam keadaan bersih dan memakai ear plug (penyumbat telinga) selama minimal 12 jam. Sampel yang diambil adalah dari populasi yang termasuk dalam kriteria inklusi. Sampel yang berhasil diperiksa berjumlah 38 responden. Responden adalah pemukim pinggir rel kereta api di RT 01 Kelurahan Gebang Kabupaten Jember. Hasil anamnesis dan audiometri akan menjadi sumber data yang dianalisa. Hasil anamnesis faktor usia, lama menetap, keluhan tinitus, dan keluhan kurang viii dengar dijadikan sebagai data responden. Sedangkan hasil audiometri adalah data sebaran kasus NIHL dan derajat NIHL. Pengambilan data ini melalui metode wawancara dan pemeriksaan langsung. Penelitian disusun menurut uji Chi Square untuk tabel 2x2 dan uji regresi logistik ganda pada tabel lebih dari 2x2. Rancangan dasar yang digunakan adalah dengan menganalisa tujuh macam tabel silang untuk telinga kiri dan telinga kanan. Hasil uji statistic Chi Square pada telinga kiri didapatkan hasil p=0,018 dan pada telinga kanan diperoleh hasil p=0,052. Hasil pada telinga kiri dapat diartikan ada perbedaan proporsi kejadian NIHL dengan orang yang berusia <40 tahun dan orang yang berusia ≥40 tahun dengan kejadian NIHL. Sedangkan pada telinga kanan dapat diartikan tidak ada perbedaan proporsi diantara orang yang berusia <40 tahun dan orang yang berusia ≥40 tahun dengan kejadian NIHL. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=12,8 pada telinga kiri dan OR=8,3 pada telinga kanan, artinya orang yang berusia <40 tahun mempunyai peluang 12,8 kali akan terjadi NIHL setelah berusia ≥40 tahun. Dari hasil analisis regresi logistik ganda yang dilakukan, variabel yang memenuhi nilai p<0,05 didapatkan pada variabel usia yaitu p=0,039. Dalam hal ini diartikan sebagai faktor usia secara signifikan mempengaruhi kejadian NIHL pada pemukim pinggiran rel kereta api. Dengan demikian, angka kejadian NIHL meningkat setelah berusia ≥40 tahun Hasil ini didapatkan dari penghitungan pada analisis hasil pemeriksaan audiometri pada telinga kiri. Bising merupakan suara yang tidak disukai atau dikehendaki seseorang dan mempunyai beragam frekwensi dan intensitas. Bunyi dengan intensitas lebih dari 85 dB dan lebih dari 8 jam tiap paparan dalam waktu lama/kronik, dapat menyebabkan kerusakan pada reseptor pendengaran yang terdapat di organ korti telinga dalam . Dalam hal ini berarti mengarah pada gangguan kurang pendengaran akibat kebisingan atau Noise Induced Hearing Loss (NIHL). Oleh karena itu jumlah kasus NIHL pada pemukim pinggir rel kereta api masih belum ada datanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara lama menetap dan usia dengan kejadian NIHL pada pemukim pinggir rel. Penelitian dilaksanakan dalam 2 tahap pemeriksaan yang berkelanjutan. Pemeriksaan pertama yaitu pemeriksaan otoskopi, yaitu pemeriksaan untuk mengetahui keadaan telinga responden sebelum melakukan pemeriksaan selanjutnya. Dalam pemeriksaan ini responden akan mengisi lembar informed consent dan menjawab kuesioner anamnesis. Pemeriksaan yang kedua adalah dengan melakukan tes audiometri yang dilakukan pada lingkungan yang tenang (ruangan khusus). Sebelum pemeriksaan audiometri ini telinga responden harus dalam keadaan bersih dan memakai ear plug (penyumbat telinga) selama minimal 12 jam. Sampel yang diambil adalah dari populasi yang termasuk dalam kriteria inklusi. Sampel yang berhasil diperiksa berjumlah 38 responden. Responden adalah pemukim pinggir rel kereta api di RT 01 Kelurahan Gebang Kabupaten Jember. Hasil anamnesis dan audiometri akan menjadi sumber data yang dianalisa. Hasil anamnesis faktor usia, lama menetap, keluhan tinitus, dan keluhan kurang viii dengar dijadikan sebagai data responden. Sedangkan hasil audiometri adalah data sebaran kasus NIHL dan derajat NIHL. Pengambilan data ini melalui metode wawancara dan pemeriksaan langsung. Penelitian disusun menurut uji Chi Square untuk tabel 2x2 dan uji regresi logistik ganda pada tabel lebih dari 2x2. Rancangan dasar yang digunakan adalah dengan menganalisa tujuh macam tabel silang untuk telinga kiri dan telinga kanan. Hasil uji statistic Chi Square pada telinga kiri didapatkan hasil p=0,018 dan pada telinga kanan diperoleh hasil p=0,052. Hasil pada telinga kiri dapat diartikan ada perbedaan proporsi kejadian NIHL dengan orang yang berusia <40 tahun dan orang yang berusia ≥40 tahun dengan kejadian NIHL. Sedangkan pada telinga kanan dapat diartikan tidak ada perbedaan proporsi diantara orang yang berusia <40 tahun dan orang yang berusia ≥40 tahun dengan kejadian NIHL. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=12,8 pada telinga kiri dan OR=8,3 pada telinga kanan, artinya orang yang berusia <40 tahun mempunyai peluang 12,8 kali akan terjadi NIHL setelah berusia ≥40 tahun. Dari hasil analisis regresi logistik ganda yang dilakukan, variabel yang memenuhi nilai p<0,05 didapatkan pada variabel usia yaitu p=0,039. Dalam hal ini diartikan sebagai faktor usia secara signifikan mempengaruhi kejadian NIHL pada pemukim pinggiran rel kereta api. Dengan demikian, angka kejadian NIHL meningkat setelah berusia ≥40 tahun Hasil ini didapatkan dari penghitungan pada analisis hasil pemeriksaan audiometri pada telinga kiri.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries092010101002;
dc.subjectKEBISINGAN MESIN KERETA APIen_US
dc.titleKEJADIAN KURANG PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN MESIN KERETA API PADA PEMUKIM PINGGIR REL DI KELURAHAN GEBANG KABUPATEN JEMBERen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record