dc.description.abstract | Bising merupakan suara yang tidak disukai atau dikehendaki seseorang dan
mempunyai beragam frekwensi dan intensitas. Bunyi dengan intensitas lebih dari
85 dB dan lebih dari 8 jam tiap paparan dalam waktu lama/kronik, dapat
menyebabkan kerusakan pada reseptor pendengaran yang terdapat di organ korti
telinga dalam
. Dalam hal ini berarti mengarah pada gangguan kurang pendengaran
akibat kebisingan atau Noise Induced Hearing Loss (NIHL). Oleh karena itu
jumlah kasus NIHL pada pemukim pinggir rel kereta api masih belum ada
datanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara lama
menetap dan usia dengan kejadian NIHL pada pemukim pinggir rel.
Penelitian dilaksanakan dalam 2 tahap pemeriksaan yang berkelanjutan.
Pemeriksaan pertama yaitu pemeriksaan otoskopi, yaitu pemeriksaan untuk
mengetahui keadaan telinga responden sebelum melakukan pemeriksaan
selanjutnya. Dalam pemeriksaan ini responden akan mengisi lembar informed
consent dan menjawab kuesioner anamnesis.
Pemeriksaan yang kedua adalah dengan melakukan tes audiometri yang
dilakukan pada lingkungan yang tenang (ruangan khusus). Sebelum pemeriksaan
audiometri ini telinga responden harus dalam keadaan bersih dan memakai ear plug
(penyumbat telinga) selama minimal 12 jam.
Sampel yang diambil adalah dari populasi yang termasuk dalam kriteria
inklusi. Sampel yang berhasil diperiksa berjumlah 38 responden. Responden
adalah pemukim pinggir rel kereta api di RT 01 Kelurahan Gebang Kabupaten
Jember.
Hasil anamnesis dan audiometri akan menjadi sumber data yang dianalisa.
Hasil anamnesis faktor usia, lama menetap, keluhan tinitus, dan keluhan kurang
viii
dengar dijadikan sebagai data responden. Sedangkan hasil audiometri adalah data
sebaran kasus NIHL dan derajat NIHL. Pengambilan data ini melalui metode
wawancara dan pemeriksaan langsung.
Penelitian disusun menurut uji Chi Square untuk tabel 2x2 dan uji regresi
logistik ganda pada tabel lebih dari 2x2. Rancangan dasar yang digunakan adalah
dengan menganalisa tujuh macam tabel silang untuk telinga kiri dan telinga
kanan.
Hasil uji statistic Chi Square pada telinga kiri didapatkan hasil p=0,018 dan
pada telinga kanan diperoleh hasil p=0,052. Hasil pada telinga kiri dapat diartikan
ada perbedaan proporsi kejadian NIHL dengan orang yang berusia <40 tahun dan
orang yang berusia ≥40 tahun dengan kejadian NIHL. Sedangkan pada telinga
kanan dapat diartikan tidak ada perbedaan proporsi diantara orang yang berusia
<40 tahun dan orang yang berusia ≥40 tahun dengan kejadian NIHL. Dari hasil
analisis diperoleh pula nilai OR=12,8 pada telinga kiri dan OR=8,3 pada telinga
kanan, artinya orang yang berusia <40 tahun mempunyai peluang 12,8 kali akan
terjadi NIHL setelah berusia ≥40 tahun.
Dari hasil analisis regresi logistik ganda yang dilakukan, variabel yang
memenuhi nilai p<0,05 didapatkan pada variabel usia yaitu p=0,039. Dalam hal ini
diartikan sebagai faktor usia secara signifikan mempengaruhi kejadian NIHL pada
pemukim pinggiran rel kereta api. Dengan demikian, angka kejadian NIHL meningkat
setelah berusia ≥40 tahun Hasil ini didapatkan dari penghitungan pada analisis hasil
pemeriksaan audiometri pada telinga kiri.
Bising merupakan suara yang tidak disukai atau dikehendaki seseorang dan
mempunyai beragam frekwensi dan intensitas. Bunyi dengan intensitas lebih dari
85 dB dan lebih dari 8 jam tiap paparan dalam waktu lama/kronik, dapat
menyebabkan kerusakan pada reseptor pendengaran yang terdapat di organ korti
telinga dalam
. Dalam hal ini berarti mengarah pada gangguan kurang pendengaran
akibat kebisingan atau Noise Induced Hearing Loss (NIHL). Oleh karena itu
jumlah kasus NIHL pada pemukim pinggir rel kereta api masih belum ada
datanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara lama
menetap dan usia dengan kejadian NIHL pada pemukim pinggir rel.
Penelitian dilaksanakan dalam 2 tahap pemeriksaan yang berkelanjutan.
Pemeriksaan pertama yaitu pemeriksaan otoskopi, yaitu pemeriksaan untuk
mengetahui keadaan telinga responden sebelum melakukan pemeriksaan
selanjutnya. Dalam pemeriksaan ini responden akan mengisi lembar informed
consent dan menjawab kuesioner anamnesis.
Pemeriksaan yang kedua adalah dengan melakukan tes audiometri yang
dilakukan pada lingkungan yang tenang (ruangan khusus). Sebelum pemeriksaan
audiometri ini telinga responden harus dalam keadaan bersih dan memakai ear plug
(penyumbat telinga) selama minimal 12 jam.
Sampel yang diambil adalah dari populasi yang termasuk dalam kriteria
inklusi. Sampel yang berhasil diperiksa berjumlah 38 responden. Responden
adalah pemukim pinggir rel kereta api di RT 01 Kelurahan Gebang Kabupaten
Jember.
Hasil anamnesis dan audiometri akan menjadi sumber data yang dianalisa.
Hasil anamnesis faktor usia, lama menetap, keluhan tinitus, dan keluhan kurang
viii
dengar dijadikan sebagai data responden. Sedangkan hasil audiometri adalah data
sebaran kasus NIHL dan derajat NIHL. Pengambilan data ini melalui metode
wawancara dan pemeriksaan langsung.
Penelitian disusun menurut uji Chi Square untuk tabel 2x2 dan uji regresi
logistik ganda pada tabel lebih dari 2x2. Rancangan dasar yang digunakan adalah
dengan menganalisa tujuh macam tabel silang untuk telinga kiri dan telinga
kanan.
Hasil uji statistic Chi Square pada telinga kiri didapatkan hasil p=0,018 dan
pada telinga kanan diperoleh hasil p=0,052. Hasil pada telinga kiri dapat diartikan
ada perbedaan proporsi kejadian NIHL dengan orang yang berusia <40 tahun dan
orang yang berusia ≥40 tahun dengan kejadian NIHL. Sedangkan pada telinga
kanan dapat diartikan tidak ada perbedaan proporsi diantara orang yang berusia
<40 tahun dan orang yang berusia ≥40 tahun dengan kejadian NIHL. Dari hasil
analisis diperoleh pula nilai OR=12,8 pada telinga kiri dan OR=8,3 pada telinga
kanan, artinya orang yang berusia <40 tahun mempunyai peluang 12,8 kali akan
terjadi NIHL setelah berusia ≥40 tahun.
Dari hasil analisis regresi logistik ganda yang dilakukan, variabel yang
memenuhi nilai p<0,05 didapatkan pada variabel usia yaitu p=0,039. Dalam hal ini
diartikan sebagai faktor usia secara signifikan mempengaruhi kejadian NIHL pada
pemukim pinggiran rel kereta api. Dengan demikian, angka kejadian NIHL meningkat
setelah berusia ≥40 tahun Hasil ini didapatkan dari penghitungan pada analisis hasil
pemeriksaan audiometri pada telinga kiri.
Bising merupakan suara yang tidak disukai atau dikehendaki seseorang dan
mempunyai beragam frekwensi dan intensitas. Bunyi dengan intensitas lebih dari
85 dB dan lebih dari 8 jam tiap paparan dalam waktu lama/kronik, dapat
menyebabkan kerusakan pada reseptor pendengaran yang terdapat di organ korti
telinga dalam
. Dalam hal ini berarti mengarah pada gangguan kurang pendengaran
akibat kebisingan atau Noise Induced Hearing Loss (NIHL). Oleh karena itu
jumlah kasus NIHL pada pemukim pinggir rel kereta api masih belum ada
datanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara lama
menetap dan usia dengan kejadian NIHL pada pemukim pinggir rel.
Penelitian dilaksanakan dalam 2 tahap pemeriksaan yang berkelanjutan.
Pemeriksaan pertama yaitu pemeriksaan otoskopi, yaitu pemeriksaan untuk
mengetahui keadaan telinga responden sebelum melakukan pemeriksaan
selanjutnya. Dalam pemeriksaan ini responden akan mengisi lembar informed
consent dan menjawab kuesioner anamnesis.
Pemeriksaan yang kedua adalah dengan melakukan tes audiometri yang
dilakukan pada lingkungan yang tenang (ruangan khusus). Sebelum pemeriksaan
audiometri ini telinga responden harus dalam keadaan bersih dan memakai ear plug
(penyumbat telinga) selama minimal 12 jam.
Sampel yang diambil adalah dari populasi yang termasuk dalam kriteria
inklusi. Sampel yang berhasil diperiksa berjumlah 38 responden. Responden
adalah pemukim pinggir rel kereta api di RT 01 Kelurahan Gebang Kabupaten
Jember.
Hasil anamnesis dan audiometri akan menjadi sumber data yang dianalisa.
Hasil anamnesis faktor usia, lama menetap, keluhan tinitus, dan keluhan kurang
viii
dengar dijadikan sebagai data responden. Sedangkan hasil audiometri adalah data
sebaran kasus NIHL dan derajat NIHL. Pengambilan data ini melalui metode
wawancara dan pemeriksaan langsung.
Penelitian disusun menurut uji Chi Square untuk tabel 2x2 dan uji regresi
logistik ganda pada tabel lebih dari 2x2. Rancangan dasar yang digunakan adalah
dengan menganalisa tujuh macam tabel silang untuk telinga kiri dan telinga
kanan.
Hasil uji statistic Chi Square pada telinga kiri didapatkan hasil p=0,018 dan
pada telinga kanan diperoleh hasil p=0,052. Hasil pada telinga kiri dapat diartikan
ada perbedaan proporsi kejadian NIHL dengan orang yang berusia <40 tahun dan
orang yang berusia ≥40 tahun dengan kejadian NIHL. Sedangkan pada telinga
kanan dapat diartikan tidak ada perbedaan proporsi diantara orang yang berusia
<40 tahun dan orang yang berusia ≥40 tahun dengan kejadian NIHL. Dari hasil
analisis diperoleh pula nilai OR=12,8 pada telinga kiri dan OR=8,3 pada telinga
kanan, artinya orang yang berusia <40 tahun mempunyai peluang 12,8 kali akan
terjadi NIHL setelah berusia ≥40 tahun.
Dari hasil analisis regresi logistik ganda yang dilakukan, variabel yang
memenuhi nilai p<0,05 didapatkan pada variabel usia yaitu p=0,039. Dalam hal ini
diartikan sebagai faktor usia secara signifikan mempengaruhi kejadian NIHL pada
pemukim pinggiran rel kereta api. Dengan demikian, angka kejadian NIHL meningkat
setelah berusia ≥40 tahun Hasil ini didapatkan dari penghitungan pada analisis hasil
pemeriksaan audiometri pada telinga kiri.
Bising merupakan suara yang tidak disukai atau dikehendaki seseorang dan
mempunyai beragam frekwensi dan intensitas. Bunyi dengan intensitas lebih dari
85 dB dan lebih dari 8 jam tiap paparan dalam waktu lama/kronik, dapat
menyebabkan kerusakan pada reseptor pendengaran yang terdapat di organ korti
telinga dalam
. Dalam hal ini berarti mengarah pada gangguan kurang pendengaran
akibat kebisingan atau Noise Induced Hearing Loss (NIHL). Oleh karena itu
jumlah kasus NIHL pada pemukim pinggir rel kereta api masih belum ada
datanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara lama
menetap dan usia dengan kejadian NIHL pada pemukim pinggir rel.
Penelitian dilaksanakan dalam 2 tahap pemeriksaan yang berkelanjutan.
Pemeriksaan pertama yaitu pemeriksaan otoskopi, yaitu pemeriksaan untuk
mengetahui keadaan telinga responden sebelum melakukan pemeriksaan
selanjutnya. Dalam pemeriksaan ini responden akan mengisi lembar informed
consent dan menjawab kuesioner anamnesis.
Pemeriksaan yang kedua adalah dengan melakukan tes audiometri yang
dilakukan pada lingkungan yang tenang (ruangan khusus). Sebelum pemeriksaan
audiometri ini telinga responden harus dalam keadaan bersih dan memakai ear plug
(penyumbat telinga) selama minimal 12 jam.
Sampel yang diambil adalah dari populasi yang termasuk dalam kriteria
inklusi. Sampel yang berhasil diperiksa berjumlah 38 responden. Responden
adalah pemukim pinggir rel kereta api di RT 01 Kelurahan Gebang Kabupaten
Jember.
Hasil anamnesis dan audiometri akan menjadi sumber data yang dianalisa.
Hasil anamnesis faktor usia, lama menetap, keluhan tinitus, dan keluhan kurang
viii
dengar dijadikan sebagai data responden. Sedangkan hasil audiometri adalah data
sebaran kasus NIHL dan derajat NIHL. Pengambilan data ini melalui metode
wawancara dan pemeriksaan langsung.
Penelitian disusun menurut uji Chi Square untuk tabel 2x2 dan uji regresi
logistik ganda pada tabel lebih dari 2x2. Rancangan dasar yang digunakan adalah
dengan menganalisa tujuh macam tabel silang untuk telinga kiri dan telinga
kanan.
Hasil uji statistic Chi Square pada telinga kiri didapatkan hasil p=0,018 dan
pada telinga kanan diperoleh hasil p=0,052. Hasil pada telinga kiri dapat diartikan
ada perbedaan proporsi kejadian NIHL dengan orang yang berusia <40 tahun dan
orang yang berusia ≥40 tahun dengan kejadian NIHL. Sedangkan pada telinga
kanan dapat diartikan tidak ada perbedaan proporsi diantara orang yang berusia
<40 tahun dan orang yang berusia ≥40 tahun dengan kejadian NIHL. Dari hasil
analisis diperoleh pula nilai OR=12,8 pada telinga kiri dan OR=8,3 pada telinga
kanan, artinya orang yang berusia <40 tahun mempunyai peluang 12,8 kali akan
terjadi NIHL setelah berusia ≥40 tahun.
Dari hasil analisis regresi logistik ganda yang dilakukan, variabel yang
memenuhi nilai p<0,05 didapatkan pada variabel usia yaitu p=0,039. Dalam hal ini
diartikan sebagai faktor usia secara signifikan mempengaruhi kejadian NIHL pada
pemukim pinggiran rel kereta api. Dengan demikian, angka kejadian NIHL meningkat
setelah berusia ≥40 tahun Hasil ini didapatkan dari penghitungan pada analisis hasil
pemeriksaan audiometri pada telinga kiri. | en_US |