Nyanyian Rakyat Gandrungan dalam Tradisi Meras Gandrung Masyaraka Using Banyuwangi: Kajian Tradisi Lisan

Abstract

Gandrung dan gending merupakan dua hal yang tidak terpisahkan. Gandrung sebagai hiburan masyarakat tidak hanya sekadar menari tetapi juga dituntut piawai melantunkan gending. Perbendaharaan nyanyian yang dikuasai sebagai salah satu bentuk kualitas penari Gandrung. Tuntutan kualitas penari Gandrung yang secara tradisi hanya dapat dihasilkan masyarakat kolektifnya melalui tradisi Meras Gandrung. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur nyanyian Gandrungan dalam tradisi Meras Gandrung, makna simbolik nyanyian Gandrungan, dan fungsi nyanyian Gandrungan. Penelitian menggunakan metode kualitatif pendekatan etnografi. Teknik pengumpulan data dengan observasi partisipan, wawancara etonografi, dokumentasi, transkip dan terjemahan. Analisis dilakukan dengan deskriptif etnografi. Hasil penelelitian menunjukan terdapat gending-gending Gandrung yang wajib dikuasai, faktor yang mempengaruhi olah vokal penari yakni guru dan agul. Gending Gandrung memiliki metrum bebas. Makna simbolik nyanyian Gandrungan mengandung kultur budaya dan gambaran hidup masyarakat Using. Tradisi Meras Gandrung dilakukan mulai dari nyantrik yakni prosesi belajaran mengolah wiraga, wirasa, wirama, dianjutkan prosesi siraman, pupuh pita suara, gurah, dan persiapan Gandrung dalam perunjukan Gandrung Terop. Peras dan Gandrung merupakan dua hal yang berbeda. Peras merupakan seperangkat ubo rampe yang berfungsi sebagai media penghantar segala jenis tradisi dengan harapan agar diberi keselamatan. Tradisi Meras Gandrung merupakan sarana wujud rasa syukur Gandrung karena telah melewati tahapan-tahapan yang tidak mudah dan wujud harapan agar keberadaannya berperan terhadap lingkungan komunitas sebagai pendukung utama yang melahirkannya.