Show simple item record

dc.contributor.authorWILDANI, M Faris
dc.date.accessioned2024-07-31T06:30:16Z
dc.date.available2024-07-31T06:30:16Z
dc.date.issued2023-07-27
dc.identifier.nim160110401014en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/122813
dc.description.abstractKiprah Glipang merupakan kesenian tari tradisional yang menjadi sebuah kebiasaan masyarakat dan menjadi tradisi saat ada acara yang besar dengan menampilkan tarian. Kata ‘Glipang’ berasal dari bahasa Arab yaitu ‘Gholiban’ yang artinya kebiasaan. Tari Kiprah Glipang bukan hanya sekedar pertunjukan seni tari melainkan menggambarkan keberanian seorang prajurit yang gagah dalam mengusir penjajah Belanda pada zaman dahulu. Bahkan terdapat sebuah semboyan khusus bahasa Madura dalam tari Glipang yang konon dipercaya para prajurit zaman dahulu. Semboyan tersebut berbunyi, “Katembeng pote mata angok pote tolang” yang berarti dari pada putih mata, lebih baik putih tulang. Secara kiasan, semboyan tersebut bermakna lebih baik mati dari pada menanggung rasa malu di tangan penjajah Belanda. Judul film dokumenter yang akan diproduksi pengkarya adalah Tari Kiprah Glipang. Pengkarya berharap terciptanya film ini masyarakat setempat dan masyarakat luas bisa lebih mengenal sejarah kesenian tari Kiprah Glipang dan lebih cinta untuk melestarikannya secara turun-temurun. Di tengah tenarnya kesenian Glipang masyarakat hanya menganggap pertunjukan kesenian tari biasa dan jarang orang yang tau tentang sejarah dan falsafah dari Seni Kiprah Glipang. Film dokumenter yang akan dibuat pengkarya berdurasi 37 menit dan bergenre sejarah singkat akan ditayangkan di media streaming seperti Youtube karena mudah dijangkau masyarakat dengan bebas akses streaming segala umur agar menjadi sebuah pengetahuan sejarah seni tari Kiprah Glipang. Film dokumenter Tari Kiprah Glipang menggunakan tipe gaya penyutradaraan expository/eksposisi. Film dokumenter ekspository ini menampilkan pesan kepada penonton secara langsung dan jelas, melalui narrative/teks narasi. Narasi merupakan sebuah inovasi nyata pada film dokumenter yang memiliki kecenderungan memaparkan sesuatu dengan gamblang, dan awal kemunculannya seperti sesuatu yang ada di mana-mana (omnipresent) mahatahu (omniscient), dan berupa suara objektif yang menjelaskan ilustrasi gambarnya untuk menjaga bobot penceritaan dan argumentasi. Struktur segmentasi film dokumenter Tari Kiprah Glipang pengkarya membagi 4 segmen atau 4 babak tema pembahasan film dokumenter Kiprah. Segmen pertama pembukaan pembahasan sejarah awal mula tari Glipang, segmen kedua pembahasan makna filosofis Kiprah Glipang, segmen ketiga pembahasan keadaan dilapangan dan stigma masyarakat terhadap seni Glipang, segmen ke empat adalah penutupan harapan pengiat seni tari Kiprah Glipang.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Ilmu Budayaen_US
dc.subjectFilm dokumenter Kiprah Glipangen_US
dc.subjectDokumenter expositoryen_US
dc.subjectKiprah Glipang danceen_US
dc.subjectDokumenter Gaya Expositoryen_US
dc.subjectTraditional danceen_US
dc.subjectCultureen_US
dc.titlePenyutradaraan Film Dokumenter Tari Kiprah Glipang dengan Gaya Expositoryen_US
dc.typeOtheren_US
dc.identifier.prodiProgram Studi Televisi dan Filmen_US
dc.identifier.pembimbing1Muhammad Zamroni, S.Sn., M.Sn.en_US
dc.identifier.pembimbing2Dr. Bambang Aris Kartika, S.S., M.A.en_US
dc.identifier.validatorvalidasi_repo_iswahyudi_Mei_2024en_US
dc.identifier.finalization0a67b73d_2024_07_tanggal 10en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record