dc.description.abstract | Keluarga merupakan unit sosial terkecil dalam masyarakat merupakan peletak
pondasi primer bagi tumbuh-kembang anak. Sebagai lingkungan terpenting dan
pertama bagi tuumbh-kembang anak, maka orang tua berkewajiban menciptakan
situasi yang memungkinkan anak dapat berkembang dengan sebaik-baiknya.
Keluarga memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap keberhasilan anak
dalam menyelesaikan tugas perkembangannya. Keluarga yang di dalamnya
terdapat ayah, ibu dan anak, sudah seharusnya dapat melahirkan situasi hubungan
yang saling melindungi, terjadi interaksi sosial yang hangat, penuh perhatian, dan
melahirkan kenyamanan bagi seluruh anggotanya.
Kenyataannya di masyarakat, kita dapat dengan mudah menjumpai keluarga
yang kondisinya tidak harmonis yang diatndai dengan kerenggangan hubungan
diantara para anggotanya, tidak hangat, sering terjadi pertengkaran, dan bahkan
banyak juga keluarga yang menjadi tidak utuh akibat perceraian kedua orang tua,
yang biasa disebut dengan keluarga broken home. Pada keluarga yang broken
home, anak seringkali ditempatkan dalam posisi sebagai korban. Anak menjadi
sering mengalami kekerasan fisik dan tekanan psikologis yang sangat
mengganggu perkembangannya secara normal. Tekanan berat yang dialami oleh
anak kemudian menyebabkan anak melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk
melepaskan diri dari tekanan yang dialaminya tersebut. Tindakan atau perilaku
untuk melepaskan diri dari berbagai tekanan inilah yang disebut dengan setrategi
coping atau coping mechanism Penelitian ini bertujuan
untuk mempetakan bentuk-bentuk perilaku remaja perempuan dari keluarga
broken home, sebagai strategi atau cara mereka untuk keluar atau melepaskan diri
dari tekanan psikologis yang dialaminya, yang dikaji berdasarkan teori Coping
Mechanism. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, dengan
jenis penelitian studi kasus, sedangkan data terkait bentuk-bentuk perilaku coping
dimaksud dikumpulkan melalui teknik wawancara secara in-dept (semi
terstruuktur), observasi tidak terstruuktur, dan dokumentasi lapangan. Analisis
data penelitian mendasarkan pada hasil triangulasi sumber dan triangulasi metode.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa bentuk-bentuk perilaku coping
mechanism yang dilakukan oleh remaja perempuan dari keluarga broken home,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut dapat dikategorikan menjadi 2 (dua)
jenis, yaitu; coping mechanism yang berpusat pada masalah, dan coping
mechanism yang berpusat pada emosi. Dalam hal coping mechanism yang
berpusat pada masalah, bentuk perilaku coping remaja perempuan dari keluarga
broken home terklasifikasi dalam 2 (dua) jenis strategi, yakni; kompromi, yang
mewujud dalam perilaku atau tindakan meminta bantuan kepada kakak kandung
agar dia bisa keluar dari rumah untuk kemudian tinggal di rumah kakak
kandungnya tersebut; dan isolasi, yang mewujud dalam perilaku yang lebih suka
mengurung diri di kamarnya saat dia berada di rumah. Sedangkan dalam hal
coping mechanism yang berpusat pada emosi, ternyata bentuk perilaku coping
remaja perempuan dari keluarga broken home terklasifikasi menjadi 2 (dua) jenis
strategi juga, yakni; rasionalisasi, yang mewujud dalam tindakan atau perilaku
merokok, menggunakan obat-obatan terlarang (substance), dan minum-minuman
keras (beralkohol), bahkan melakukan seks bebas hingga menjadi penyuka sesama
jenis atau perubahan pada orientasi seksualnya, yang hal itu dianggapnya sebagai
perilaku yang bisa dibenarkan (rasional) ditengah tekanan psikologis yang
dialaminya akibat keluarganya yang broken home; dan identifikasi, yang mewujud
dalam bentuk perilaku meniru sebagaimana yang biasa dilakukan merokok, menggunakan obat-obatan terlarang (substance), dan mengonsumsi
alkohol, yang hal itu mereka lakukan lebih karena pengaruh teman sebayanya,
atau dengan kata lain meniru apa yang dilakukan oleh model. | en_US |