dc.description.abstract | Inflamasi merupakan respon tubuh yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan cepat untuk melawan patogen potensial, membatasi kerusakan jaringan lebih lanjut, dan merangsang mekanisme perbaikan jaringan. Banyak bukti menunjukkan bahwa inflamasi kronis terlibat dalam perkembangan kanker yang mana merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Sitokin dan sel inflamasi diketahui terlibat dalam tumorigenesis dan perkembangan sebagian besar kanker. Hal tersebut mengarah pada penggunaan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) sebagai salah satu pendekatan dalam mencegah atau mengobati kanker. Namun OAINS memiliki efek samping penggunaan seperti perdarahan, gangguan ginjal, dan tukak lambung. Oleh karena itu diperlukan alternatif pengobatan lain seperti pengobatan tradisional atau herbal, salah satunya yaitu jamu. Penggunaan obat tradisional mengalami peningkatan selama beberapa tahun terakhir di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di masa kini, 60% penduduk Indonesia di atas usia 15 tahun diperkirakan pernah minum jamu dan 90% di antaranya merasakan manfaat setelah minum jamu. Penggunaan jamu semakin meningkat dari tahun ke tahun yang juga didukung oleh kemudahan berbelanja daring di zaman modern sekarang ini. Meskipun demikian, hingga saat ini belum terdapat banyak penelitian mengenai pembuktian khasiat jamu secara ilmiah. Oleh karena itu, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas antiinflamasi ekstrak jamu merek X, Y, dan Z yang berasal dari 50 jamu terlaris dari 2 marketplace yang memiliki klaim khasiat berhubungan dengan antiinflamasi. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode stabilisasi membran sel darah merah yang diinduksi hipotonisitas dan panas serta metode inhibisi denaturasi protein yang diinduksi panas dengan natrium diklofenak sebagai kontrol positif. Pengujian stabilisasi membran sel darah merah diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 576 nm dan pengujian denaturasi protein diukur menggunakan ELISA reader pada panjang gelombang 660 nm. Berdasarkan hasil pengujian, maka dapat dihitung nilai IC50. Pada metode stabilisasi membran sel darah merah, didapatkan nilai IC50 ekstrak jamu X, Y, dan Z berturut-turut sebesar 786,540 ± 27,152; 840,907 ± 30,425; dan 964,277 ± 32,258 μg/mL dengan natrium diklofenak sebagai kontrol positif memiliki IC50 sebesar 105,169 ± 3,022 μg/mL. Berdasarkan analisis LSD diketahui bahwa ekstrak jamu memiliki aktivitas antiinflamasi dengan urutan X = Y > Z terhadap stabilisasi membran sel darah merah (p < 0,01). Pada inhibisi denaturasi protein, didapatkan nilai IC50 ekstrak jamu X, Y, dan Z berturut-turut sebesar 76,921 ± 1,034; 89,349 ± 1,207; dan 153,899 ± 2,682 μg/mL dengan natrium diklofenak sebagai kontrol positif memiliki IC50 sebesar 4,749 ± 0,089 μg/mL. Berdasarkan analisis LSD diketahui bahwa ekstrak jamu memiliki aktivitas antiinflamasi dengan urutan X > Y > Z terhadap inhibisi denaturasi protein (p < 0,01). | en_US |