PERBEDAAN FAKTOR INPUT DAN PROSES PROGRAM PEMBERIAN Fe3 DI PUSKESMAS LABRUK DAN PUSKESMAS GUCIALIT KABUPATEN LUMAJANG
Abstract
Anemia gizi yang disebabkan karena kekurangan zat besi masih
merupakan masalah gizi utama di Indonesia, sebagian besar anemia ini
disebabkan karena kekurangan zat besi
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain
cross sectional, jumlah sampel sebanyak 188 responden. Data primer pada
penelitian ini adalah data mengenai petugas, dana, sarana prasarana, metode,
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi program pemberian
Fe3. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan
keseluruhan hasil yang diperoleh akan menggambarkan perbedaan faktor input
dan proses cakupan program pemberian Fe3 pada ibu hamil dari masing- masing
Puskesmas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok umur 18-40 tahun di
Puskesmas Labruk sebesar 58,3% dan Puskesmas Gucialit sebesar 66,7% yang
tergolong dalam usia dewasa dini, sebagian besar responden tingkat pendidikan
terakhirnya adalah DIII, namun pada Puskesmas Labruk responden yang
melanjutkan jenjang pendidikan dari DIII ke D4 lebih banyak dari pada responden
Puskesmas Gucialit. Lama kerja responden pada Puskesmas Labruk memiliki
rentang 10 - 20 tahun dan pada Puskesmas Gucialit rentang lama bekerja yaitu
<10 tahun. Seluruh responden di Puskesmas Labruk dan Puskesmas Gucialit tidak pernah mendapatkan pelatihan program pemberian Fe3 secara khusus. Tersedia
dana untuk pelaksanaan program pemberian Fe3 di Puskesmas Labruk dan
Puskesmas Gucialit, dana berasal dari APBN dan APBD. Dana yang diberikan
tidak berupa fresh money melainkan berupa barang yaitu tablet tambah darah.
Pada Puskesmas Labruk dan Puskesmas Gucialit sarana prasaran yang ada berupa
Hb meter atau Hb sahli dan tablet tambah darah dengan jumlah yang memadai.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ahli gizi maupun bidan
pelaksana di Puskesmas Labruk dan Puskesmas Gucialit melakukan perencanaan
program pemberian Fe3 yang dilakukan setiap 1 tahun sekali berupa pengadaan
tablet tambah darah, perencanaan lintas sektor yaitu perencanaan yang dilakukan
oleh ahli gizi bekerjasama dengan bidan desa untuk selalu memberikan tablet
tambah darah dan KIE pada ibu hamil. Perencanaan lintas program dilakukan oleh
bidan desa bekerjasama dengan kader dengan menjelaskan bagaimana cara minum
tablet tambah darah pada ibu hamil. Pengorganisasian dalam program ini selalu
melibatkan ahli gizi, bidan, kader, maupun pengurus PKK setempat untuk
mengatur serta membagi tugas atau pekerjaan dalam pelaksanaan program
pemberian Fe3. Pelaksanaan program pemberian Fe3 terdiri dari tiga kegiatan
yaitu pemberian minimal 90 tablet tambah darah, memberikan KIE, dan
pengawasan konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil. Evaluasi program
dilakukan secara berkala yaitu setiap satu bulan sekali oleh Puskesmas Labruk dan
Puskesmas Gucialit.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor input dan proses program
pemberian Fe3 di Puskesmas Labruk lebih baik daripada Puskesmas Gucialit, ini
terlihat dari perbedaan faktor input yang meliputi pendidikan dan lama kerja.
Perbedaan faktor proses terletak pada perencanaan dan pelaksanaan program
pemberian Fe3. Adanya perbedaan faktor input dan proses dalam penelitian ini
menyatakan bahwa dengan input dan proses yang baik maka dapat menghasilkan
output yang baik pula.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]