Show simple item record

dc.contributor.authorPUTRI, Namira
dc.date.accessioned2024-06-05T22:23:56Z
dc.date.available2024-06-05T22:23:56Z
dc.date.issued2023-07-20
dc.identifier.nim192210101011en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/121044
dc.descriptionFinalisasi oleh Taufik Tgl 6 Juni 2024en_US
dc.description.abstractRheumatoid Arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun, kronis dan sistemik dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan sehingga terjadi pembengkakan, nyeri yang sering kambuh dan akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi. Penanganan pada RA bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit dan tidak nyaman yang dirasakan oleh pasien. Pengobatan pada umumnya menggunakan obat golongan antiinflamasi non steroid (NSAID). NSAID lebih banyak digunakan karena dapat mengendalikan gejala seperti rasa nyeri akibat dari peradangan. Namun, penggunaan NSAID dalam jangka panjang dapat menyebabkan memiliki efek samping pada gastrointestinal seperti perdarahan gastrointestinal, kerusakan usus kecil, ulkus gastrointestinal, gastropati dan kerusakan mukosa lambung, dapat menyebabkan cedera ginjal akut reversibel, nekrosis tubular, dan nefritis interstitial. Oleh karena itu, dilakukan pengembangan obat yang berasal dari tanaman. Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai anti-RA adalah temu giring. Temu giring merupakan tanaman dari genus Curcuma yang mengandung zat aktif kurkumin. Kurkumin telah banyak dilaporkan sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan aktivitas antibakteri. Selain kurkumin, temu giring juga mengandung banyak senyawa kimia, seperti minyak atsiri, saponin, flavonoid, tanin, amilum, dan lemak. Salah satu model hewan uji untuk mendapatkan model RA yaitu menggunakan metode induksi Completed Freund’s Adjuvant (CFA). Injeksi subkutan intraplantar CFA menyebabkan hewan uji mengekspresikan mediator inflamasi yang dapat melibatkan migrasi leukosit ke jaringan cedera untuk membunuh patogen melalui fagositosis. Pada kondisi inflamasi kronis, terjadi kegagalan terhadap resolusi sel leukosit tersebut sehingga respon peradangan terjadi secara berkepanjangan sehingga menyebabkan kerusakan pada bagian sendi. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh aktivitas fraksi etil asetat rimpang temu giring dosis 125 mg/kgBB, 250 mg/kgBB, dan 500 mg/kgBB terhadap jumlah leukosit, neutrofil dan limfosit mencit yang diinduksi CFA. Mencit sebanyak 24 ekor dibagi menjadi dua kelompok untuk uji aktivitas anti-rheumatoid arthritis, yaitu 4 ekor kelompok sham yang diinjeksi dengan normal salin, dan kelompok perlakuan sebanyak 20 ekor dengan injeksi CFA secara intraplantar pada hari ke-0. Mencit kelompok perlakuan kemudian dirandomisasi kembali dan dibagi menjadi kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan kelompok dosis 125 mg/kgBB, 250 mg/kgBB, dan 500 mg/kgBB. Pada hari ke-5 hingga hari ke-14 masing-masing kelompok diberikan perlakuan secara oral, diantaranya kelompok sham dan kontrol negatif diberikan CMC-Na, kontrol positif diberikan natrium diklofenak 10 mg/kgBB, tiga kelompok ekstrak masing-masing diberikan dosis 125 mg/kgBB, 250 mg/kgBB, dan kelompok dosis 500mg/kgBBix fraksi etil asetat rimpang temu giring. Pada hari ke-15 dilakukan pengambilan darah seluruh kelompok mencit melalui orbital mata. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan jumlah leukosit total dan persentase neutrofil serta adanya penurunan persentase limfosit pada kelompok negatif yang diinjeksi CFA dibandingkan dengan kelompok sham yang diinjeksi normal salin. Kelompok negatif memiliki peningkatan jumlah leukosit total dan persentase neutrofil lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya yang diinjeksi oleh CFA serta memiliki penurunan persentase limfosit lebih banyak dibandingkan kelompok lain dan berbeda secara signifikan (p<0,05). Berdasarkan uji statistik, pemberian fraksi etil asetat rimpang temu giring pada dosis 250 mg/kgBB dapat menurunkan jumlah leukosit total dan persentase neutrofil, serta meningkatkan persentase limfosit lebih baik dibandingkan dengan dosis 125 mg/kgBB. Dosis 250 mg/kgBB tidak berbeda signifikan (p>0,05) dengan dosis 500 mg/kgBB dan kelompok positif, tetapi berbeda signifikan (p<0,05) dengan kelompok negatif dalam menurunkan leukosit dan neutrofil, serta meningkatkan limfosit. Hal ini dapat disimpulkan bahwa fraksi etil asetat temu giring dosis 250 mg/kgBB dapat menurunkan jumlah leukosit total dan persentase neutrofil serta meningkatkan persentase limfosit dalam darah pada mencit arthritis yang diinduksi CFA.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherfakultas farmasien_US
dc.subjectFRAKSI ETIL ASETATen_US
dc.subjectRIMPANG TEMU GIRINGen_US
dc.subjectRHEUMATOID ARTHRITISen_US
dc.titlePengaruh Pemberian Fraksi Etil Asetat Rimpang Temu Giring Terhadap Jumlah Leukosit, Neutrofil, dan Limfosit Mencit Arthtritis yang diinduksi CFAen_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiFarmasien_US
dc.identifier.pembimbing1Dr. apt. Fifteen Aprila F.,S.Farm.,M..Farm.en_US
dc.identifier.pembimbing2apt. Fransiska Maria C, S.Farm.,M.Farm.en_US
dc.identifier.validatorvalidasi_repo_iswahyudi_Mei_2024en_US
dc.identifier.finalizationTaufiken_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record