dc.description.abstract | Profesi perawat ialah salah satu pekerjaan yang sangat rentan dalam menghadapi situasi yang tidak terduga di Rumah Sakit. Terutama pada perawat yang bekerja di ruang pelayanan kritis atau Intensive Care. Peran perawat intensif harus memiliki kemampuan dan pengetahuan yang cakap dan pengalaman yang cukup banyak dalam mengamati dan menganalisis kondisi hemodinamik pasien yang berisiko mengancam jiwa. Keadaan atau kondisi seperti ini, mengakibatkan perawat yang bekerja di ruang intensif dipaksa untuk lebih professional sehingga mutu pelayanan kesehatan yang diberikan lebih meningkat lagi. Oleh karenanya, jika tuntutan tugas yang dimiliki seorang perawat bertambah, maka mengakibatkan munculnya stres pada perawat dan menyebabkan kelelahan karena pekerjaan atau yang dikenal dengan burnout. Penelitian ini bertujuan untuk untuk
menganalisis hubungan antara stres kerja dengan burnout pada perawat intensive care di RSD dr. Soebandi Jember.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian analisis deskriptif dan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling yang melibatkan 58 perawat. Kriteria inklusi dalam penelitian ini, Bersedia menjadi responden penelitian, Perawat yang bekerja di ruang Intensive Care yang terdiri dari ruang ICU, ICCU, NICU dan PICU, dan Perawat dengan
lama bekerja di ruang intensive care ≥ 6 bulan. Serta kriteria eksklusinya yaitu Perawat yang menolak tidak disertakan dalam penelitian ini, Perawat yang menjabat sebagai kepala ruang, dan Perawat yang sedang cuti atau tugas luar. Lokasi dalam penelitian ini yaitu ruang intensive RSD dr. Soebandi Jember. pengambilan data menggunakan kuesioner Expanded Nursing Stress Scale (ENSS) dan Kuesioner Maslach Burnout Inventor-Human Service Survey (MBI HSS). Analisa data menggunakan Uji Kendals Tau-B. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden mengalami stres kerja tingkat sedang yaitu sebanyak 31 perawat (53,4%). Indikator tertinggi pada variabel stres kerja ini yaitu terdapat pada indikator Beban Kerja dengan
nilai mean sebesar 2,00 dan dengan item pernyataan “Harus bekerja di jam istirahat”. Pada tingkat burnout juga didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden mengalami burnout tingkat sedang dengan total sebanyak 31 perawat (53,4%). Indikator dengan nilai mean tertinggi yaitu 3,02 pada indikator Kelelahan dengan item pernyatan “Saya merasa orang – orang yang bekerja di rumah sakit menyusahkan saya”. Berdasarkan hasil analisa dapat diketahui p value = 0,002 ≤ 0,05 yang memiliki arti bahwa Ha diterima, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara stres kerja dengan burnout. Serta berdasarkan hasil analisa data dapat diketahui bahwa nilai koefisien korelasi (correlation coefficient) sebesar 0,370 yang memiliki arti bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan lemah. Secara umum stres terjadi karena beberapa faktor salah satunya ialah beban kerja. Beban kerja yang dialami oleh perawat di ruang intensive care lebih tinggi daripada ruang perawatan lain. Hal ini dikarenakan perawat selalu
mengkhawatirkan kondisi pasien yang dihadapinya setiap hari dengan kondisi pasien yang kritis. Hal inilah yang menyebabkan perawat mengalami stress kerja yang tinggi karena perawat intensif dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik untuk pasien dengan kondisi kronis serta dituntut untuk cepat dan tepat dalam memberikan tindakan asuhan keperawatan untuk menyelamatkan pasien. Hal inilah yang menjadi penyebab stressor bagi perawat yang bekerja di ruang intensive care. Berbagai keluhan fisik yang dirasakan merupakan respon kelelahan dari beratnya beban kerja di ruang intensif. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara stres kerja dengan burnout pada perawat intensive care di RSD dr. Soebandi
Jember. Sebagai seorang tenaga kesehatan, perawat harus dapat mengetahui dan mengenali tanda dan penyebab stres. Agar jika stres itu terjadi seorang perawat bisa menyikapi hal tersebut sebelum stres kerja tersebut berubah menjadi burnout.
Selain itu, jika perawat terhindar dari stres kerja maka hal ini juga tidak akan berdampak pada kinerja perawat saat bekerja. | en_US |