| dc.description.abstract | Formalin  sebagai  nama  dagang  formaldehida  dalam  air,  yang  biasanya 
mengandung sekitar 37% formaldehida. Pemejanan formalin kedalam tubuh manusia 
dapat  melalui  pernapasan,  mulut,  dan  kontak  dengan  kulit.  Formalin  dalam  tubuh 
dapat  menekan  fungsi  sel,  menyebabkan  kerusakan  organ  tubuh,  dan  menyebabkan 
kanker  karena  formalin  bersifat  karsinogenik.  Berdasarkan  sampling  dan  pengujian 
laboratorium yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Bandar 
Lampung  dan  beberapa  tempat  lain  di  Indonesia  telah  ditemukan  sejumlah  produk 
makanan  meliputi  tahu,  mie  basah,  dan  ikan  yang  memakai  formalin  sebagai 
pengawet.  Padahal,  penggunaan  formalin  sebagai  pengawet  dalam  makanan  tidak 
diperbolehkan. 
Pendeteksian  terhadap  makanan  berformalin  membutuhkan  sebuah  alat  yang 
spesifik  terhadap  formalin.  Tujuan  dari  penelitian  ini  adalah  mengkonstruksi  sebuah 
alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi formalin secara cepat, praktis, sederhana 
dengan  sensitif  dan  selektif.  Alat  ini  berupa  biosensor  yang  dipermudah 
konstruksinya menggunakan sitem alir (flow). Perangkat biosensor dengan sistem alir 
ini  mengandung  bahan  yang  diisikan  ke  dalam  flow  cell  yang  spesifik  terhadap 
formalin.  Bahan  yang  cocok  untuk  deteksi  formalin  adalah  enzim  alkohol  oksidase, 
yang mana kespesifikannya dalam mendeteksi formalin ditandai dengan indikator pH 
klorofenol  merah.  Alkohol  oksidase  dan  klorofenol  merah  dibentuk  dalam  membran 
sehingga mudah dipasangkan dalam perangkat biosensor dengan sistem alir (flow). 
Metode  pembuatan  membran  alkohol  oksidase-klorofenol  merah 
menggunakan  teknik  imobilisasi  entrapment  yaitu  sol-gel.  Digunakan  prekursor 
pembentuk  sol-gel  berupa  tetraetil  ortosilikat  (TEOS),  katalis  reaksi  pembentukan sol-gel  berupa  HCl,  serta  pelarut  air  dan  etanol  yang  distirrer  selama  6  jam  untuk 
membentuk  sol.  Kemudian,  klorofenol  merah  diimobilisasikan  kedalam  sol  tersebut 
dan  distirrer  selama  4  jam.  Selanjutnya,  alkohol  oksidase  diimobilisasikan  kedalam 
campuran  tersebut  dan  distrirrer  selama  10  menit,  di  simpan  dalam  lemari  es  untuk 
pengeringan  (aging)  selama  seminggu.  Enzim  akan  terperangkap  dalam  matriks  gel 
yang akan  bereaksi dengan  formalin. Membran  yang terbentuk berwarna ungu,  yang 
mana  ketika  direaksikan  dengan  formalin  membran  akan  berubah  warna  menjadi 
kuning.  Intensitas  warna  kuning  secara  kuantitatif  dapat  digunakan  untuk 
memperkirakan kadar formalin yang ada didalam sampel.  
  Penentuan  kondisi  optimum  analisis  didapatkan  bahwa  panjang  gelombang 
maksimum membran sol-gel alkohol oksidase-klorofenol merah pada 472 nm, waktu 
respon membran terbaik dimulai dari detik ke-60, dan waktu alir ditetapkan 100 detik 
untuk tiap injeksi. Sedangkan karakterisasi biosensor didapatkan bahwa daerah linier 
pada rentang (range) 1–10 ppm  dengan koefisien korelasi sebesar 0,998. Dari kurva 
kalibrasi  dapat  dihitung  batas  deteksi  dan  batas  kuantitasi  membran  berturut-turut 
adalah 0,0345 ppm dan 0,1150 ppm. Presisi dan akurasi pengukuran formalin dengan 
sampel  simulasi  berturut-turut  sesuai  persyaratan  dengan  KV  terbesar  3,901%  dan 
selang  kepercayaan  80–110%.  Dalam  aplikasi  penetapan  kadar  formalin  dalam 
sampel  makanan  yang  ada  dipasaran,  metode  biosensor  membran  sol-gel  alkohol 
oksidase-klorofenol  merah  pada  sistem  alir  (flow)  berkesesuaian  dengan  metode 
standar  spektrofotometri  UV-Vis  dengan  reagen  pararosanilin-HCl  pada  tingkat 
kepercayaan 95% atau α sebesar 5%. | en_US |