dc.description.abstract | Kulit merupakan organ pelindung terluar tubuh yang sering terpapar radikal
bebas. Paparan radikal bebas dapat merusak sel kulit sehingga menyebabkan
terjadinya kerutan, flek hitam, dan kusam pada kulit (Sari, et al., 2015; Rizkyah &
Karimah, 2023). Radikal bebas dapat dinetralisir dengan antioksidan. Antioksidan
dapat berasal dari dalam maupun luar tubuh. Apabila jumlah radikal dalam tubuh
tidak dapat mencukupi untuk menetralisir radikal bebas maka dibutuhkan
antioksidan alami dari luar tubuh, salah satunya dapat berasal dari minyak sereh
wangi.
Minyak sereh wangi telah diteliti jika memiliki aktivitas antioksidan yang
sangat kuat (Rachmatillah, et al 2021). Penggunaannya secara langsung dapat
menyebabkan iritasi kuli t(Afida, et al, 2022). Minyak sereh wangi juga mempunyai
sifat tidak larut air dan mudah menguap sehingga perlu diformulasi menjadi sediaan
dengan sistem penghantaran yang tepat agar memiliki tingkat penetrasi ke dalam
kulit yang tinggi serta aman dan nyaman (Sadgrove, et al., 2021). Sediaan yang
dipilih adalah nanomulgel. Nanoemulgel adalah salah satu bentuk sediaan farmasi
yang formulanya terdiri dari nanoemulsi dalam basis gel dengan penggunaan
beberapa gelling agent di dalamnya yang menjadikan penetrasi ke dalam kulit lebih
baik. (Choudhury, et al., 2017).
Basis gel merupakan komponen penting dalam sediaan nanoemulgel. Basis
gel terdiri dari gelling agent yang dapat berasal dari bahan alam, sintetik maupun
semi sintetik. Dalam penelitian digunakan dua basis gel yang terdiri dari Carbopol
dan CMC-Na. Carbopol memiliki kelebihan mudah didispersikan dalam air,
menghasilkan gel yang jernih, dan menghasilkan viskositas tinggi dengan
konsentrasi rendah tetapi Carbopol memiliki kekurangan bergantung pada pH
(Sumule, et al. 2020; Silvia & Dewi, 2022). Kelebihan dari CMC-Na yaitu memiliki
homogenitas, konsistensi, dan daya sebar yang baik tetapi CMC-Na memiliki
kekurangan dapat menghasilkan gel yang tidak jernih (Ikhtiyarini, et al., 2022; Sari
& Saryanti, 2021). Kombinasi kedua basis gel tersebut diharapkan dapat menutupi
masing-masing kekurangannya agar diperoleh karakteristik fisik yang baik.
penelitian yang dilakukan yaitu optimasi basis gel Carbopol dan CMC-Na agar
mendapatkan komposisi yang ideal sehingga diperokeh formula optimum. Optimasi
formula menggunakan Software Design Expert 11 dengan metode Simplex Lattice
Design (SLD). Respon dalam optimasi meliputi nilai pH, viskositas, dan daya sebar
yang bertujuan untuk mengetahui keamanan, pelepasan dan distribusi zat aktif serta
kenyamanan sediaan. Formula optimum yang diperoleh diuji kapasitas
antioksidannya dengan metode DPPH.
Hasil optimasi diperoleh formula optimum dengan komposisi basis gel
Carbopol sebanyak 30% dan CMC-Na sebanyak 0% yang diprediksi mempunyai
nilai pH 6,45, nilai viskositas 200 dPa.s, dan nilai daya sebar 5,3 cm. Formula
optimum tersebut dibuat menjadi sediaan dengan tiga kali replikasi dan diuji
kapasitas antioksidannya. Hasil uji kapasitas antioksidan diperoleh bahwa formula
optimum memiliki %inhibisi sebesar 13,18%. Kapasitas antioksidan sediaan
mengalami penurunan signifikan dibandingkan dengan minyak atsiri sereh wangi
dan nanoemulsi minyak sereh wangi yang memiliki %inhibisi sebesar 36,26% dan
32,52% dengan konsentrasi minyak sereh yang sama dalam tiap sampel, yaitu
0,25%. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya basis gel yang viskositasnya tinggi
yang berarti bahwa struktur gel lebih kompleks yang mengakibatkan besarnya
tahanan zat aktif terlepas dari basisnya (Hashmat et.al 2020). Hal tersebut dapat
menghambat pelepasan zat aktif sehingga kapasitas antioksidan yang terdeteksi dari
sediaan nanoemulgel minyak sereh wangi semakin rendah. Turunnya kapasitas
antioksidan juga dapat dikarenakan reaksi antara sampel dengan reagen DPPH
belum bereaksi dengan sempurna serta metode pengujian yang berbeda dengan
literatur yang menyatakan minyak sereh wangi dan nanoemulsi minyak sereh wangi
memiliki kapasitas antioksidan yang kuat. Penelitian ini menggunakan rasio antara
sampel dengan DPPH sebesar 1:4 sedangkan pada literatur menggunakan rasio
antara sampel dengan DPPH sebesar 1:1. | en_US |