dc.contributor.author | HIDAYAT, Roni | |
dc.date.accessioned | 2024-02-29T06:50:05Z | |
dc.date.available | 2024-02-29T06:50:05Z | |
dc.date.issued | 2021-11-27 | |
dc.identifier.nim | 170910101039 | en_US |
dc.identifier.uri | https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/120033 | |
dc.description | validasi_repo_firli_Februari_2024_27
Finalisasi unggah file repositori tanggal 29 Februari 2024_Kurnadi | en_US |
dc.description.abstract | Permasalahan lingkungan sudah menjadi pembahasan utama dunia
internasional dalam beberapa dekade terakhir. Kajian isu lingkungan di
Kawasan Asia Timur memang tidak bisa dipisahkan dengan persebaran
polusi udaranya. Berdasarkan data dari IQAir, diantara negara-negara
Kawasan Asia Timur yang paling terdampak akan persebaran fine dust adalah
Korea Selatan. Sebagai negara yang terdampak, Korea Selatan diharuskan
untuk dengan proper mengatasi ketidakpuasan publik terkait dengan
persebaran fine dust di negaranya. Kondisi isu lingkungan yang terjadi di
Korea Selatan menjadi menarik untuk dibahas. Korea Selatan memiliki
potensi yang sangat besar dalam mengatasi persebaran fine dust. Sebagai
negara yang notabene maju, pada dasarnya Korea Selatan bisa menggunakan
kekuatan teknologi dan sumber daya manusianya sebagai fondasi utama
dalam mengatasi persebaran fine dust. Namun pada kenyataannya persebaran
fine dust terhitung sampai tahun 2023 masih massive. Keadaan dari fenomena
fine dust yang ada pada akhirnya menimbulkan pertanyaan terhadap
kapabilitas Korea Selatan sebagai negara maju, secara ada banyak negara
maju yang memiliki permasalahan polusi udara dapat menyelesaikan
permasalahannya dengan melakukan manajemen kualitas udara yang
memadai.
Pada penelitian ini, metode penelitian yang dilakukan adalah metode
kualitatif dengan pengumpulan data berupa litelatur review. Analisis pada
penelitian ini menggunakan teori keamanan lingkungan, teori global
environmental poltics, dan konsep kerjasama internasional. Pada proses
penerapan teorinya, teori keamanan lingkungan digunakan untuk
menklusterkan peta persoalan isu lingkungan di Korea Selatan, yakni
persebaran polusi udara fine dust dan menjabarkan dampak yang dihasilkan
oleh permasalahan ini. Secara dampak yang dihasilkan oleh permasalahan ini
tidak hanya di sektor lingkungan, melainkan di sektor kesehatan dan
keamanan. Penjabaran dampak dilandasi oleh pemikiran dasar dari teori
keamanan lingkungan, yakni jika satu indikator keamanan pada human
security, maka tidak menutup kemungkinan sektor lain akan terancam dan
terkena dampak imbas dari permasalahan yang terjadi. Setelah menjelaskan
peta permasalahan, penulis menggunakan teori global environmental politics
dan kerjasama internasional untuk menganalisis faktor penghambat Korea
Selatan dalam mengatasi persebaran fine dust. Pada praktiknya, teori GEP
menawarkan tiga elemen kunci yang mempengaruhi perkembangan kondisi
lingkungan di suatu negara, yakni actor involvement, domestic political
economy, dan international relations.
Pada studi kasus Korea Selatan, alasan Korea Selatan kesulitan
mengatasi persebaran fine dust adalah kebijakan pertumbuhan ekonomi yang
dibuat oleh Korea Selatan. Tidak bisa disangkal bahwa rasio pertumbuhan
perekonomian Korea Selatan selalu meningkat dengan pesat seiring
berkembangnya zaman. Proses optimalisasi industri dilakukan untuk
menciptakan percepatan pada produksi barang manufaktur. Meskipun begitu,
dengan besarnya progresifitas inudstri manufaktur, Korea Selatan masih
menggunakan bahan sumber energi tidak terbarukan. Sekitar 55% energi
tidak terbarukan digunakan untuk aktivitas industri. Hal tersebut
mengakibatkan munculnya dampak negatif terhadap lingkungan, secara
proses industrial yang menggunakan energi tidak terbarukan memiliki potensi
yang besar dalam menyebarkan polusi udara terutama fine dust. Kemudian
dependensi terhadap energi tidak terbarukan. Sebagai negara yang
bergantung akan proses industrialisasi, Korea Selatan masih sangat
bergantung dengan penggunaan energi tidak terbarukan. Terdapat tiga energi
tidak terbarukan yang selalu diprioritaskan oleh Korea Selatan, yaitu
batubara, minyak mentah, dan gas alam. Perlu diketahui, semakin besar
penggunaan energi ttdak terbarukan, maka kemungkinan terjadi degradasi
lingkungan sangat tinggi. Maka dari itu, peta persebaran fine dust sampai hari
ini relatif tinggi di Korea Selatan. Dan yang tidak kalah penting adalah tidak
optimalnya kerjasama internasional yang dilakukan. Korea Selatan
merupakan salah satu negara yang memiliki komitmen dalam mengatasi
permasalahan fine dust. Beberapa kerjasama diikuti dalam rangka
meminimalisir persebaran fine dust-nya. Akan tetapi, dari tiga kerjasama
regional yang diikuti oleh Korea Selatan, masih belum cukup untuk
mengatasi persebaran fine dust. Alasan tidak optimalnya kerjasama dilandasi
oleh sikap setiap anggota kerjasama, yang cenderung masih berada di fase
tingkatan consensus pada tingkatan kerjasama internasional. | en_US |
dc.description.sponsorship | Dosen Pembimbing utama : Suyani Indriastuti, S.Sos., M.Si., Ph.D
Dosen Pembimbing anggota : Honest Dody Molasy, S.Sos., M.A | en_US |
dc.language.iso | other | en_US |
dc.publisher | Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik | en_US |
dc.subject | Keamanan Lingkungan | en_US |
dc.subject | Korea Selatan | en_US |
dc.subject | Global Enviromental Politics | en_US |
dc.subject | Kerjasama Internasional | en_US |
dc.title | Hambatan Korea Selatan dalam Mengatasi Persebaran Polusi Udara (Fine Dust) | en_US |
dc.type | Skripsi | en_US |
dc.identifier.prodi | Ilmu Hubungan Internasional | en_US |
dc.identifier.pembimbing1 | Suyani Indriastuti, S.Sos., M.Si., Ph.D | en_US |
dc.identifier.pembimbing2 | Honest Dody Molasy, S.Sos., M.A | en_US |
dc.identifier.validator | validasi_repo_firli_Februari_2024_27 | en_US |