dc.description.abstract | “Relasi Ideologi dan Penamaan Dua Pesantren di Kabupaten Jember”. Siti Aisyah; 200120201009; 2023; 106 halaman. Magister Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember.
Bahasa, budaya, dan ideologi memiliki hubungan yang erat dan merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Ideologi dipersepsikan sebagai kepercayaan dan nilai-nilai dalam satu kelompok. Salah satu aspek kebahasaan yang memiliki hubungan dengan budaya, masyarakat dan manusia sebagai pemegang ideologi adalah penamaan. Penamaan tidak hanya sebuah labeling saja, akan tetapi memiliki makna, fungsi dan nilai-nilai yang perjuangkan. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengungkapkan dan mendeskripsikan hubungan penamaan, ideologi dan visi misi pesantren dengan menggunakan teori utama Antropolinguistik.
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Wujud data penelitian ini adalah kalimat dan tuturan narasumber yang telah diwawancarai kemudian ditranskip. Data yang kedua, adalah tabulasi data berdasarkan jawaban dari kuesioner yang telah diberikan kepada tenaga pendidik di pesantren. untuk melengkapi data, buku dan dokumen pesantren juga sangat membantu. Data penelitian dikumpulkan dengan cara observasi, wawancara, kuesioner dan kepustakaan. Lokasi penelitian ada dua, yaitu pondok pesantren Nurul Qarnain Sukowono dan pondok pesantren Nurul Islam Antirogo. Subjek penelitian adalah pengasuh pesantren, ketua yayasan, kepala bidang pendidikan, pengurus pesantren dan tenaga pengajar di pesantren. setelah ditranskip dan disaring berdasarkan kebutuhan, data dianaslisis dengan pendekatan Antropolinguistik. Analisis datadigunakan untuk mengungkapkan latar belakang, fungsi dan penamaan pondok pesantren serta hubungannya dengan ideologi dan visi misi pesantren.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penamaan lembaga pendidikan, khususnya pesantren memiliki filosofi yang beraneka ragam, khusus, dan berhubungan dengan ideologi pesantren yang berpengaruh pada penetapan visi, misi dan program pendidikan di pesantren. Pada dua lembaga pesantren yang menjadi objek penelitian, ditemukan bahwa:
Penamaan pondok pesantren Nurul Qarnain Sukowono dilatarbelakangi oleh nama penemu atau pembuat, yaitu Kiai Nur dan Kiai Qarnain. Makna dan fungsi penamaan adalah untuk mengenang jasa pendiri sekaligus memiliki harapan di masa depan untuk terus mengembangkan pesantren menjadi lembaga pendidikan yang berkonsentrasi pada nilai agama, tauhid, dan fiqh tanpa mengesampingkan pendidikan formal. Ideologi pesantren Nurul Qarnain merupakan ideologi pendidikan liberalis yang terbuka dengan pembaharuan dan perkembangan, namun tetap mengutamakan kesalafannya. Relasi penamaan, ideologi dengan visi misi pesantren sangat berhubungan. Visi dan misi pesantren yaitu menginginkan lahirnya generasi muslim yang berilmu, beramal, bertaqwa dan berakhlakul karimah. Ilmu agama menjadi nilai pokok utama yang terkandung dalam ideologi pesantren, hal ini senada dengan nilai-nilai utama yang diletakkan oleh pendiri pertama dan namanya diabadikan dalam nama pondok pesantren Nurul Qarnain.
Pondok pesantren Nurul Islam Antirogo memiliki latar belakang penamaan baru, yaitu nama yang belum digunakan sebelumnya oleh partisipasi lembaga. Makna nama Nurul Islam merupakan kenangan dari Kiai Muhammad Hasyim yang berasal dari mimpinya melihat cahaya terang dari lokasi yang akan didirikan pesantren. Selanjutnya, pengasuh dan keluarga besar menaruh harapan besar pada nama pesantren Nurul Islam agar pesantren Nurul Islam bisa berdiri gagah, unggul dan menjadi sumber cahaya islam dalam berjuang dan berdakwah sesuai dengan perkembangan zaman. Harapan pengasuh dan keluarga besar pondok pesantren Nurul Islam tertuang dalam makna dan tujuan penamaan pondok pesantren. Harapan tersebut kemudian diselaraskan dengan visi dan misi pondok pesantren dengan tujuan agar pesantren dapat melahirkan generasi muslim yang unggul, bersaing serta memiliki karakter asah, asih dan asuh. | en_US |