dc.description.abstract | Rumah sakit merupakan salah satu penyedia pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, selain menyediakan pelayanan promotif dan preventif juga menyediakan
pelayanan kuratif dan rehabilitatif. Oleh sebab itu, rumah sakit dituntut untuk
memberikan pelayanan yang bermutu dan berkesinambungan, maka rumah sakit
sangat membutuhkan input dalam bentuk informasi yang lengkap. Salah satu bentuk
informasi yang dibutuhkan oleh rumah sakit adalah informasi tentang biaya satuan
(unit cost). Salah satu metode perhitungan biaya satuan (unit cost) adalah dengan
menggunakan metode activity based costing (ABC). Namun, sampai saat ini RSD
Balung Kabupaten Jember belum melakukan perhitungan biaya satuan (unit cost)
dengan metode activity based costing (ABC) disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah sumber daya manusia yaitu kurangnya kesadaran akan pentingnya
perhitungan unit cost, kurangnya keterampilan dan pengetahuan mengenai
perhitungan biaya satuan (unit cost), pengumpulan data biaya membutuhkan beberapa
personil untuk melengkapi komponen yang diperlukan dalam analisis biaya satuan
(unit cost), beban kerja tenaga manajemen rumah sakit yang tinggi dan membutuhkan
tim unit cost dalam melakukan proses perhitungan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi
kasus. Unit analisis penelitian ini adalah poli mata RSD Balung Kabupaten Jember.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan studi
dokumentasi, observasi dan wawancara. Data biaya dalam penelitian ini adalah data
biaya pada tahun 2012 yang selanjutnya akan diolah sesuai dengan tahapan perhitungan biaya satuan (unit cost) dengan menggunakan metode activity based
costing (ABC).
Berdasarkan hasil perhitungan biaya satuan (unit cost) yang telah dilakukan,
melalui tahapan identifikasi aktivitas penunjang (facility activity), perhitungan biaya
tidak langsung pada facility activity, pembebanan biaya tidak langsung facility
activity ke poli mata, penentuan produk pelayanan, identifikasi aktivitas, kategori
aktivitas, klasifikasi aktivitas per jenis tindakan, identifikasi dan perhitungan total
biaya langsung dan tidak langsung produk pelayanan, pembebanan biaya aktivitas
sekunder ke aktivitas primer poli mata, perhitungan biaya tidak langsung pada
aktivitas primer, dan perhitungan unit cost per jenis tindakan poli mata, diperoleh
hasil jenis tindakan ekstraksi corpus alienum mata sebesar Rp. 42.695; epilasi bulu
mata sebesar Rp. 36.579; incisi hordeolum/ chalazion sebesar Rp. 41.956; tonometri
sebesar Rp. 19.883; funduscopy sebesar Rp. 39.642; fluorosence sebesar Rp. 41.200;
slyt lamp sebesar Rp. 14.119; visus sebesar Rp. 13.674; irigasi mata Rp. 60.544;
ekstraksi granuloma dan ekstraksi ptyrigium sebesar Rp. 63.685; angkat jahitan
sebesar Rp. 36.507; anel test sebesar Rp. 60.288; resep kacamata sebesar Rp. 30.249
tes buta warna sebesar Rp. 17.332; dan KIR kesehatan sebesar Rp. 17.332;.
Berdasarkan pada hasil diatas, diperoleh bahwa jenis tindakan yang memiliki
unit cost diatas tarif adalah funduscopy, fluorosence, angkat jahitan, anel test, dan
resep kacamata. Sedangkan jenis tindakan dengan unit cost di bawah tarif adalah pada
jenis tindakan ekstraksi corpus alienum mata, epilasi bulu mata, incisi hordeolum/
chalazion, tonometri, slyt lamp, visus, irigasi mata, ekstraksi granuloma, ekstraksi
ptyrigium, angkat jahitan, tes buta warna dan KIR kesehatan. Namun, jenis tindakan
yang memiliki selisih unit cost dengan tarif yang ditetapkan sangat besar adalah pada
jenis tindakan anel test. | en_US |