dc.description.abstract | Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang masih menjadi permasalahan
global. Hipertensi adalah penyakit yang ditandai dengan tekanan darah melebihi
140/90 mmHg. Hipertensi dijuluki sebagai silent killer karena menyerang secara
tiba-tiba dan dapat menyebabkan kematian baik pada usia muda maupun tua.
Meskipun demikian, hipertensi ini lebih berisiko menjangkit orang dewasa
daripada usia muda. Terdapat banyak faktor risiko hipertensi, baik yang bisa
dirubah maupun tidak bisa dirubah. Faktor yang bisa dirubah meliputi pola
konsumsi yaitu pola konsumsi sumber natrium, kolesterol, dan kafein serta pola
tidur. Faktor tersebut sebagian besar ditemukan pada masyarakat pesisir, di mana
masyarakat pesisir (Kepulauan Natuna) memiliki tingkat prevalensi hipertensi
lebih tinggi daripada wilayah pegunungan (Jayawijaya) yaitu sekitar 53,3% dari
6,8%. Masyarakat pesisir yang dimaksud dikhususkan pada nelayan yang
mempunyai beban kerja berat dan kurang memperhatikan konsumsi makanan dan
tidurnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pola konsumsi dan pola
tidur terhadap kejadian hipertensi pada nelayan di pesisir Puger Jember. Populasi
dan sampel pada penelitian ini adalah nelayan yang berada di wilayah pesisir
Puger Jember. Penelitian ini dilakukan di Pesisir Puger pada bulan Februari-Maret
Tahun 2023 menggunakan desain case control dengan jumlah sampel sebanyak
62 orang dengan 31 orang kelompok kasus dan 31 orang kelompok kontrol.
Penelitian ini menggunakan kuesioner Semi Quantitative Food Frequency
Questionnaire (SQ-FFQ) dengan 7 frekuensi yang digunakan untuk pengukuran
pola konsumsi dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk pengukuran pola
tidur. Analisis data dilakukan menggunakan uji chi-square dan uji fisher dengan
nilai p-value < 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa karakteristik usia kedua kelompok nelayan
di Pesisir Puger Jember sebagian besar berada pada rentan usia 41-60 tahun
(77,4% untuk kasus dan 41,9% untuk kontrol) dan sebagian besar berpendidikan
SD (kasus 74,2% dan kontrol 51,6%). Proporsi pola konsumsi tinggi natrium
(>2000 mg/hari) lebih besar pada kelompok kasus (90,3%) daripada kelompok
kontrol (80,6%). Proporsi pola konsumsi tinggi kolesterol (>300 mg/hari) lebih
besar pada kelompok kasus (87,1%) daripada kelompok kontrol (51,6%). Proporsi
pola konsumsi tinggi kafein (>150 mg/hari) lebih besar pada kelompok kasus
(51,6%) daripada kelompok kontrol (25,8%). Proporsi pola tidur buruk lebih besar
pada kelompok kasus (93,5%) daripada kelompok kontrol (45,2%). Uji Fisher
menunjukkan bahwa konsumsi natrium tidak berpengaruh signifikan terhadap
kejadian hipertensi dengan nilai p-value 0,473 (OR 2,2; CI 95%:0,5-9,9). Uji ChiSquare menunjukkan bahwa konsumsi kolesterol, kafein, dan pola tidur
berpengaruh signifikan terhadap terjadinya hipertensi dengan nilai p-value 0,002
(OR 6,3; CI 95%=1,8-22,4) untuk konsumsi kolesterol, nilai p-value 0,037 (OR 3;
CI 95%=1,1-8,9) untuk konsumsi kafein, dan nilai p-value <0,001 (OR 17,6; CI
95%=3,6-87) untuk pola tidur.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, pola konsumsi kolesterol dan kafein serta
pola tidur berpengaruh terhadap kejadian hipertensi. Oleh karena itu diharapkan
kepada nelayan untuk menerapkan pola hidup yang sehat dengan membatasi
konsumsi natrium, kolesterol, dan kafein serta memperhatikan kualitas tidurnya
daripada kuantitasnya. | en_US |