Show simple item record

dc.contributor.authorHAQ, Nafik Nurul
dc.date.accessioned2023-10-24T03:42:21Z
dc.date.available2023-10-24T03:42:21Z
dc.date.issued2023-07-28
dc.identifier.nim190210103131en_US
dc.identifier.urihttps://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/118438
dc.descriptionFinalisasi unggah file repositori tanggal 24 Oktober 2023_Kurnadien_US
dc.description.abstractPerawatan kulit bersifat penting untuk dilakukan karena dapat mempengaruhi kenyamanan serta kepercayaan diri seseorang. Jerawat merupakan masalah kesehatan yang paling banyak timbul di area wajah, dengan setidaknya 2 juta kasus di Indonesia setiap tahunnya. Masalah jerawat ini merupakan masalah kesehatan yang lebih rentan terjadi pada orang dengan tipe kulit berminyak, karena pada kulit wajah tipe orang tersebut terdapat lebih banyak komedo yang berpotensi untuk mengalami infeksi oleh bakteri hingga mengalami peradangan. Kondisi jerawat umumnya diatasi dengan menggunakan bahan kimia sintetis yang terkandung pada produk skincare yang beredar di pasaran. Produk skincare terdiri atas berbagai macam jenis, mulai dari sabun wajah, hingga pelembab yang umumnya juga memiliki fokus untuk memperbaiki permasalahan yang mengganggu di kulit wajah, yakni salah satunya adalah jerawat. Apabila produk skincare yang dipilih berupa sabun wajah, maka penggunaannya dapat meningkatkan dampak negatif pada lingkungan. Sedangkan, ketika produk skincare yang dipilih untuk mengatasi permasalahan jerawat, maka penggunaannya juga dapat meningkatkan efek ketergantungan bagi penggunanya. Oleh karena itu, perlu dilakukan eksplorasi terkait dengan alternatif yang dapat dijadikan sebagai pilihan selain dengan menggunakan produk skincare, yakni dengan menggunakan bahan bahan alami, seperti ekstrak daun pepaya. Ekstrak daun pepaya dapat menjadi pilihan karena pada daun dari tumbuhan pepaya ini terkandung beberapa manfaat yang dapat digunakan untuk menekan infeksi bakteri. Senyawa antimikroba yang terkandung dalam daun pepaya telah terbukti memiliki kemampuan hambat bakteri yang sifatnya lebih kuat jika dibandingkan dengan isolat alkaloid, maka perlu dilakukan pengujian terhadap bakteri penyebab jerawat untuk mengetahui kemampuan hambatnya. Bakteri Staphylococcus epidermidis merupakan salah satu bakteri bersifat patogen dan menjadi agen penyebab jerawat yang banyak ditemukan keberadaannya pada kulit wajah manusia. Sehingga, dalam konteks ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji efektivitas yang dimiliki oleh ekstrak daun pepaya untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis Proses pengujian bakteri dibagi menjadi 2, yakni uji daya hambat serta uji KHM. Uji daya hambat maupun uji KHM dilakukan dengan menggunakan 7 jenis perlakuan serta 4 kali pengulangan. Tahap yang perlu dilakukan sebelum melakukan pengujian ekstrak terhadap bakteri adalah menyiapkan ekstrak daun terlebih dahulu, yakni dengan melakukan proses ekstraksi. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70%, dengan waktu perendaman selama 3x24 jam, serta pengadukan setiap 4 jam sekali. Setelah itu, perlu dilakukan uji katalase untuk melihat adanya kandungan senyawa metaboli sekunder dalam daun pepaya. Tahap selanjutnya adalah proses peremajaan bakteri dalam media MSA, dilanjutkan dengan sterilisasi alat, pembuatan serial konsentrasi, pembuatan suspense bakteri, ditutup dengan melakukan uji KHM serta pengamatan pertumbuhan bakteri pada cawan petri. Kemudian, seluruh data yang diperoleh dalam penelitian perlu dianalisis dengan menggunakan SPSS, serta ditinjau kelayakannya untuk dijadikan sebagai media poster. Hasil penelitian yang diperoleh berupa data yang menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya memiliki kemampuan menghambat bakteri penyebab jerawat yang baik, yang dibuktikan dengan rendahnya nilai KHM dari ekstrak daun pepaya, yakni sebesar ≥ 7% jika dibandingkan dengan ekstrak daun dari tumbuhan lainnya. Setelah dilakukan analisis, terbukti pula bahwa ekstrak daun pepaya memiliki pengaruh yang signifikan untuk menekan pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis. Kondisi tersebut dapat terjadi karena adanya kandungan beberapa kelompok senyawa metabolit sekunder dalam daun pepaya yang bersifat sebagai antibakteri. Kandungan kelompok senyawa metabolit sekunder dengan jumlah terbesar pada ekstrak daun pepaya adalah alkaloid, yang kemudian disusul dengan kelompok senyawa lainnya seperti flavonoid, saponin, dan tannin. Hasil penelitian ini perlu ditinjau kelayakannya untuk mengetahui kelayakannya untuk dijadikan sebagai bahan bacaan oleh masyarakat. Maka, dilakukan uji validitas dari media poster dengan melibatkan 4 orang validator. Pada uji validitas, media poster yang disusun memperoleh rerata sebesar 84,77 yang tergolong dalam kategori sangat layak untuk dijadikan sebagai bahan bacaan oleh masyarakat.en_US
dc.description.sponsorshipPembimbing Utama : Prof. Dr. Joko Waluyo, M.Si Pembimbing Anggota : Aditya Kurniawan, S.Si., M.Biomeden_US
dc.language.isootheren_US
dc.publisherFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikanen_US
dc.subjectEkstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.)en_US
dc.subjectStaphylococcus epidermidisen_US
dc.subjectPosteren_US
dc.titlePengaruh Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya L.) bagi Daya Hambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus epidermidis serta Pemanfaatannya sebagai Posteren_US
dc.typeSkripsien_US
dc.identifier.prodiPendidikan Biologien_US
dc.identifier.pembimbing1Prof. Dr. Joko Waluyo, M.Si.en_US
dc.identifier.pembimbing2Aditya Kurniawan, S.Si., M.Biomed.en_US
dc.identifier.validatorKacung- 22 Agustus 2023en_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record