| dc.description.abstract | Saat  ini  Gastro  Retentive  Drug  Delivery  System  (GRDDS)  sedang  menjadi 
sorotan  karena  beberapa  keuntungan  yang  dimilikinya  yaitu  mampu  mengurangi 
fluktuasi  kadar  obat  dalam  darah,  menurunkan  efek  samping  dan  toksisisitas, 
meningkatkan  bioavailabilitas  obat-obat  yang  daerah  absorbsinya  di  lambung,  dan 
mengurangi  frekuensi  penggunaan  obat.  GRDDS  dapat  dilakukan  dalam    beberapa 
sistem  dan  salah  satunya  adalah sistem  mengapung.  Sistem  mengapung  mempunyai 
beberapa  kelebihan  dan  kekurangan.  Kelebihannya  adalah  mampu  melindungi 
sediaan  dari  gerakan  peristaltik  lambung  karena  letak  sediaan  menjauhi  pylorus. 
Kekurangannya  adalah  tidak bisa  mempertahankan sediaan  pada  saat  volume  cairan 
lambung sedikit dan pada saat posisi tubuh terlentang. Menanggapi hal tersebut maka 
peneliti  mencoba  untuk  mengembangkan  suatu  sistem  kombinasi  mengapung  dan 
lekat mukosa yang diharapkan obat mampu melekat pada mukosa dan bertahan lebih 
lama di lambung saat posisi tubuh terlentang atau volume cairan lambung sedikit.  
  Pengembangan  sistem  kombinasi  dalam  penelitian  ini  dilakukan  pada  tablet 
metformin HCl  dengan polimer  yang  digunakan adalah  HPMC  K4M,  karbopol, dan 
kitosan.  Pembuatan  tablet  dilakukan  dengan  metode  granulasi  basah.  Alasan 
pemilihan  metformin  HCl  adalah  kelarutannya  tinggi  dalam  medium  disolusi, 
absorpsinya terbatas pada bagian atas saluran cerna, bioavailabilitas oralnya 50-60%, 
dan  waktu  paruhnya  kurang  lebih  3  jam  (Yogeshkumar,  2006).  Alasan  penggunaan 
polimer  HPMC  K4M  adalah  karena  polimer  tersebut  mudah  membentuk  gel  dan 
merupakan  matrik  pH-independent  (Ravi  et  al.,  2008).  Alasan  penggunaan  kitosan 
adalah karena kemampuan adhesifnya bagus pada mukosa dan dapat membentuk gel 
pada  suasana  asam  (Rowe,  2009).  Alasan  penggunaan  karbopol  adalah  matriks hidrogel  dan  mempunyai  kemampuan  bioadhessive  (Rowe,  2009).  Komposisi  yang 
optimal sangat diperlukan untuk menghasilkan  respon  yang  diharapkan, oleh  karena 
itu  dalam  penelitian  ini  dilakukan  optimasi  dengan  metode  simplex  lattice  desaign. 
Komposisi optimum harus memenuhi rentang faktor dan kriteria respon. Faktor yang 
dipilih  adalah  HPMC  K4M,  kitosan,  dan  karbopol  dengan  rentang  faktor  10-190 
sedangkan  kriteria  respon  yang  diharapkan  adalah  floating  lag  time  20-600  detik, 
floating duration time 12 jam, swelling index  80-150%, dan kekuatan mucoadhesive 
20-40 gram.  
  Berdasarkan hasil penelitian semua formula memiliki kemampuan mengapung 
dan waktu yang dibutuhkan untuk mengapung tidak lebih dari 600 detik, akan tetapi 
hanya  empat  formula  yang  mampu  mempertahankan  kondisi  mengapungnya  lebih 
dari 12 jam yaitu formula 1, 4, 6, dan 7. Formula 2 hanya mampu bertahan selama 8 
jam  dikarenakan  integritas  gelnya  sangat  rendah  atau  mudah  rapuh  (Sugita,  2010). 
Formula  3  dan  5  tidak  mampu  bertahan  lebih  dari  1  jam  dikarenakan  pada  F3 
karbopol tidak mampu membentuk gel pada kondisi asam, sedangkan pada F2 kitosan 
dan  karbopol  mengalami  interaksi  akibat  perbedaan  muatan  sehingga  menurunkan 
efek pembentukan gel. Kemampuan mengembang didapatkan pada formula 1, 2, 4, 6, 
dan  7  dengan  prosentase  pengembangan  sebesar  69,128;  111,412;  57,176;  87,613; 
dan  58,086.  Kemampuan  lekat  mukosa  didapatkan  pada  semua  formula  dengan 
kekuatan  lekat  mukosa  sebesar  11,4748;  11,8081;  22,1415;  11,8081;  22,4748; 
22,4748; dan 21,4748.  
  Hasil  respon  dari  tiap  pengujian  dianalisis  dan  ditentukan  formula 
optimumnya  dengan  software  Design  Expert  8.0.6.  Dari  hasil  analisis  tersebut 
didapatkan  9  formula  optimum.  Salah  satu  dari  formula  optimum  tersebut  diuji 
kinetika  pelepasannya  dan  didapatkan hasil bahwa  kinetika  pelepasannya  mengikuti 
orde  nol  dan  model  Higuchi  dimana  pelepasannya  dikontrol  secara  erosi  dan  difusi 
matrik  (Chowdary  et  al.,  2003),  meskipun  demikian  mekanisme  pelepasan  formula 
optimum lebih didominasi mekanisme difusi matrik karena nilai koefisien korelasi (r) 
pada persamaan model Higuchi paling besar diantara lainnya. | en_US |