dc.description.abstract | Perkembangan angkutan umum perkotaan di Jember dapat terbagi menjadi tiga periode yaitu tahun 1950 hingga 1975, 1975 hingga 1984, dan 1984 hingga 2022. Pembagian periode tersebut berdasarkan tiga terminal yang pernah beroperasi di Jember yaitu terminal Jalan Hos Cokroaminoto, Terminal di Gebang dan Terminal Tawang Alun di Rambipuji. Masing-masing terminal memiliki angkutan umum perkotaan yang pernah eksis di setiap masanya yang secara garis besar menunjukan perkembangan dari kendaraan tradisional hingga modern. Walaupun eksistensi setiap angkutan umum dari tradisional ke modern bukan benar-benar dibatasi oleh waktu beroperasinya terminal. Selain itu kemerosotan atau hilangnya eksistensi sebuah angkutan umum perkotaan diakibatkan oleh ketidak mampuan adaptasi dari perubahan zaman baik dari sisi teknologi dan tata ruang kota Jember.
Pada tahun 1950 hingga 1975 terminal angkutan umum terletak di Jalan Hos Cokroaminoto atau kawasan Comboran yang awalnya bernama Stasiun Bus Jember. Selain otobus, terminal Jember juga menjadi lokasi pemberhentian angkutan umum perkotaan lainnya seperti becak, delman hingga oplet. Walaupun telah dibangun terminal atau stasiun bus, di tahun 1950-1975 angkutan umum perkotaan Jember masih di dominasi oleh kendaraan tradisional. Kendaraan tradisional seperti becak dan delman menjadi andalan mayoritas masyarakat kota Jember melakukan yaitu perjalanan sehari-hari. Beberapa kawasan yang menjadi pusat aktivitas masyarakat kota Jember seperti Pasar Tanjung dan Pasar Johar, pertokoan di Jalan Sultan Agung, Jalan Ahmad Yani, Jalan Trunojoyo, Jalan Kartini, Jalan Gatot Subroto hingga beberapa tempat ramai dikunjungi di Jalan PB Sudirman seperti rumah sakit hingga stasiun Kereta Api.
Pada tahun 1975 hingga 1984 merupakan periode terminal Jember di pindahkan di kawasan Gebang untuk dapat membangun terminal yang lebih luas Pada periode ini, kendaraan tradisional masih menjadi andalan utama masyarakat kota Jember sebagai angkutan umum dalam kota. Beberapa tempat yang sering menjadi tujuan utama seperti Pasar Tanjung dan Pasar Johar, hingga pertokoan sekitar pusat Kota Jember. Di periode 1975-1984 mobil angkutan umum penumpang yaitu oplet dan colt sudah mulai banyak beroperasi di Kabupaten Jember. Oplet sudah mulai mengalami perkembangan di Jember sejak 1960-an saat pemerintah Jember membangun beberapa fasilitas tempat pemberhentian atau semacam halte di beberapa daerah yaitu Terminal Hos Cokroaminoto, Rambipuji, Kalisat, Ambulu, Puger, Tanggul dan Kencong. Tempat-tempat pemberhentian tersebut menjadi tujuan perjalanan yang dilayani oleh oplet dan colt hingga tahun 1984. Sehingga oplet dan colt lebih disebut angkutan antar kecamatan di wilayah Kabupaten Jember dari pada angkutan perkotaan.
Pada tahun 1984 hingga 2022 menjadi periode terminal ketiga yang pernah beroperasi di Jember bernama terminal Tawang Alun yang terletak di daerah Kaliwining Kecamatan Rambipuji. Pada periode 1984 hingga 2022 sudah mulai muncul moda transportasi mobil angkutan umum penumpang dalam kota atau Angkot. Pada tahun 1984 ada “angkot lin kuning Jember” yaitu sebutan untuk kendaraan mobil berukuran minibus berwarna kuning, dan pada tahun “Bus Kota DAMRI” yaitu angkot berbentuk bus dalam kota. Keduanya memiliki trayek yang beroperasi di kawasan kota Jember. Selain itu ada juga angkutan penumpang taksi yang melayani perjalanan berdasarkan perjalanan argometer atau disebut juga angkutan tidak dalam trayek. Pada tahun 1984-2022 juga terdapat subterminal di kawasan Kota Jember yaitu terminal Ajung, Pakusari, dan Arjasa. Subterminal tersebut menjadi titik pemberhentian dan pemberangkatan angkot Jember baik lin kuning dan bus DAMRI dalam sistem trayek dalam kota Angkot Jember.
Penurunan eksistensi angkutan umum dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kendaraan tradisional sebagai angkutan umum telah tergeser oleh angkutan umum yang lebih modern yaitu kendaraan bermotor seperti oplet, colt, angkot lin kuning dan bus DAMRI. Usia kendaraan yang cukup tua membuat oplet secara perlahan tidak digunakan lagi sebagai angkutan umum. Bus DAMRI mengalami kemerosotan setelah dianggap tumpang tindih dengan lin kuning yang mengakibatkan sering terjadi perebutan penumpang. Walaupun bertahan paling lama, angkot lin kuning juga pada akhirnya mengalami kemerosotan dari tahun ke tahun. Kemerosotan lin kuning mulai terlihat sejak tahun 2010 saat perkembangan kendaraan pribadi roda dua banyak dimiliki oleh masyarakat. | en_US |