dc.description.abstract | Permasalahan: Non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID) merupakan agen antiinflamasi yang poten dengan efek samping pada gastrointestinal, kardiovaskuler, dan ginjal. Oleh sebab itu agen antiinflamasi lain dengan efek samping yang minimal masih diperlukan. Sejak jaman dahulu, masyarakat telah menggunakan jamu untuk mengobati beragam masalah kesehatan. Adanya modernisasi menyebabkan meningkatnya tren penggunaan jamu instan dari e-commerce, diantaranya jamu merek A, B, C, dan D. Salah satu hambatan dalam pengembangan jamu di bidang kesehatan adalah minimnya evidence based yang tersedia. Tujuan: untuk mengevaluasi aktivitas antiinflamasi jamu merek A, B, C, D melalui nilai IC50 serta menyediakan evidence based jamu merek A, B, C, D sebagai agen antiinflamasi. Metodologi penelitian: uji aktivitas antiinflamasi in vitro dengan metode stabilisasi membran sel darah merah dan inhibisi denaturasi protein. Hasil: nilai IC50 natrium diklofenak pada metode stabilisasi membran sel darah merah sebesar 104,671 ± 3,803 µg/mL. Sedangkan pada metode inhibisi denaturasi protein sebesar 4,699
± 0,325 µg/mL. Nilai IC50 jamu merek A, B, C, D pada metode stabilisasi membran sel darah merah secara berturut-turut yaitu 959,231 ± 49,861; 619,367 ± 4,197; 33.753,238 ± 1.940,251; 15.732,179 ± 798,464 µg/mL. Sedangkan nilai IC50 jamu pada metode denaturasi protein yaitu 98,627 ± 2,423; 73,629 ± 2,069; 1.793,989 ± 9,177; 897,431 ± 5,622 µg/mL. Hasil tersebut berbeda signifikan secara statstik (p<0,01). Kesimpulan: jamu merek A, B, C, D efektif menstabilkan membran sel darah merah dan menginhibisi denaturasi protein dengan nilai IC50 yang beragam. Aktivitas antiinflamasi jamu B > A > D > C pada kedua
metode uji. | en_US |