dc.contributor.author | ARIANTI, Dwi Nur | |
dc.date.accessioned | 2023-05-25T08:17:01Z | |
dc.date.available | 2023-05-25T08:17:01Z | |
dc.date.issued | 2023-04-18 | |
dc.identifier.nim | 192010101029 | en_US |
dc.identifier.uri | https://repository.unej.ac.id/xmlui/handle/123456789/116494 | |
dc.description | Finalisasi unggah file repositori tanggal 25 Mei 2023_Kurnadi | en_US |
dc.description.abstract | Infark Miokard Akut (IMA) merupakan kondisi dimana kardiomiosit mengalami nekrosis akibat adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan miokardium dengan suplai oksigen. Penyebab utama IMA adalah terjadinya oklusi oleh trombus akibat ruptur plak aterosklerosis. IMA dibagi menjadi 2, yaitu STEMI dan NSTEMI. Pada pasien STEMI terjadi oklusi total sehingga memiliki tingkat keparahan yang lebih berat yaitu infark transmural yang melibatkan seluruh lapisan dinding jantung bila dibandingkan dengan pasien NSTEMI yang terjadi oklusi parsial. Selama infark miokard akan memicu reaksi inflamasi dengan tujuan membersihkan kardiomiosit nekrotik dan debris matriks yang tersisa untuk menyiapkan area pembentukan jaringan parut dan memulai fase penyembuhan. Selama inflamasi berlangsung terjadi pergeseran nilai leukosit dimana hitung jenis neutrofil akan meningkat yang mencerminkan respon inflamasi akut diikuti dengan penurunan hitung jenis limfosit yang mencerminkan respon stress, sehingga didapatkan hasil akhir nilai NLR (Neutrophil Lymphocyte Ratio) yang meningkat. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara Infark Miokard Akut dengan nilai NLR. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan untuk membantu penegakan diagnosis IMA dan mengetahui tingkat keparahannya.
Penelitian ini menggunakan jenis analitik observasional dengan desain cross-sectional yang dilakukan di RSD dr. Soebandi Jember selama bulan Februari sampai bulan Maret 2023. Sampel penelitian ini adalah pasien IMA yang dirawat di ruang ICCU dalam rentang waktu 1 Januari 2020 – 31 Desember 2022 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu total sampling. Data pada penelitian ini menggunakan data sekunder dari rekam medis dan data hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap berupa nilai hitung jenis neutrofil dan hitung jenis limfosit saat pertama kali pasien masuk rumah sakit.
Penelitian dengan total 102 sampel ini menunjukkan hasil bahwa mayoritas kasus IMA didominasi oleh kelompok STEMI sebanyak 83 orang (81,37%), berjenis kelamin laki-laki (75,49%) dengan rata-rata usia 56 tahun. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat keparahan Infark Miokard Akut (STEMI dan NSTEMI) dengan peningkatan nilai NLR (p-value = 0,00) dari hasil uji statistik Spearman. Nilai koefisien korelasi (r) pada analisis ini didapatkan r = 0,43 yang menunjukkan kekuatan hubungan yang sedang. Didapatkan rata-rata nilai NLR pada pasien STEMI lebih tinggi (NLR = 6,93) dibandingkan dengan pasien NSTEMI (NLR = 4,04). Perbedaan nilai NLR pada kedua kelompok IMA tersebut adalah signifikan berdasarkan hasil uji statistik Mann-Whitney (p-value = 0,00). Mayoritas pasien berada pada kelompok dengan onset nyeri dada 3-12 jam sebelum masuk rumah sakit, yaitu sebanyak 48 orang (47,1%). Hasil uji statistik Kruskal-Wallis mengenai nilai NLR dengan onset nyeri dada pada pasien IMA menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai NLR yang signifikan antar kelompok nyeri dada (angina) dengan onset <3 jam, 3 – 12 jam, 12 – 48 jam, dan >48 jam (p-value = 0,04). NLR mulai meningkat seiring bertambahnya waktu dengan puncak pada kelompok dengan onset nyeri dada 12-48 jam dan kemudian memasuki fase proliferasi sehingga nilai NLR pada kelompok onset nyeri dada >48 jam mulai mengalami sedikit penurunan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1) terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat keparahan Infark Miokard Akut dan peningkatan nilai NLR dengan kekuatan hubungan yang sedang, 2) terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai NLR yang lebih tinggi pada kelompok STEMI dibandingkan NSTEMI, 3) terdapat perbedaan rata-rata nilai NLR yang signifikan antar kelompok onset nyeri dada. NLR sebagai marker inflamasi bermanfaat dalam membantu penegakan diagnosis IMA serta memprediksi tingkat keparahan pasien IMA. | en_US |
dc.description.sponsorship | dr. Suryono, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC
dr. Adelia Handoko, M.Si | en_US |
dc.language.iso | other | en_US |
dc.publisher | Fakultas Kedokteran | en_US |
dc.subject | Infark Miokard Akut (IMA) | en_US |
dc.subject | Neutrophil Lymphocyte Ratio (NLR) | en_US |
dc.title | Hubungan Infark Miokard Akut dengan Nilai Neutrophil Lymphocyte Ratio pada Pasien ICCU di RSD dr. Soebandi Jember Periode 2020-2022 | en_US |
dc.type | Skripsi | en_US |
dc.identifier.prodi | Pendidikan Dokter | en_US |
dc.identifier.pembimbing1 | dr. Suryono, Sp.JP(K), FIHA, FAsCC | en_US |
dc.identifier.pembimbing2 | dr. Adelia Handoko, M.Si | en_US |
dc.identifier.validator | ratna | en_US |