Perencanaan Ulang Struktur pada Gedung Asrama Putri Madrasah Aliyah Negeri 1 Banyuwangi Berdasarkan SNI 1726 : 2019

Abstract

Perencanaan Ulang Struktur pada Gedung Asrama Putri Madrasah Aliyah Negeri 1 Banyuwangi Berdasarkan Sni 1726 : 2019; Imron Setiawan; 191903103003; Program Studi D3 Teknik Sipil; Jurusan Teknik Sipil dan Fakultas Teknik. Perencanaan ulang ini dilakukan pada gedung asrama putri Madrasah Aliyah Negeri 1 Banyuwangi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia khususnya di Banyuwangi. Pembangunan gedung tersebut dirasakan perlu untuk mencukupi dan melengkapi kekurangan akan fasilitas dalam pendidikan Madrasah Aliyah, khususnya bagi siswi yang berasal dari daerah-daerah yang jauh dari Kota Banyuwangi. Gedung Asrama Putri Madrasah Aliyah Negeri 1 Banyuwangi ini merupakan akomodasi sekolah yang didirikan untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran Madrasah Aliyah yang didambakan dapat mempersembahkan rasa aman terhadap beraneka macam kondisi, termasuk jika ada gempa bumi. Oleh sebab itu, saat perencanaannya juga wajib mempertimbangkan faktor beban akibat gempa bumi. Berkenaan dengan dengan penjelasan tersebut, rumusan masalah proyek akhir ini yaitu bagaimana perencanaan ulang gedung asrama putri MAN 1 Banyuwangi berdasarkan peraturan yang terbaru yaitu SNI 1726 tahun 2019 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung ? Metode pengambilan data yang digunakan adalah berupa data sekunder. Data sekunder ini berupa gambar rencana dan data spesifikasi material. Hal ini diperoleh dari Konsultan Perencana proyek pembangunan Gedung Asrama Putri MAN 1 Banyuwangi. Dari data tersebut digunakan sebagai bahan dasar perhitungan dan analisis struktur yang nantinya di inputkan kedalam program ETABS. Hasil proyek akhir ini berupa gambar detail dari hasil desain ulang dari gedung asrama putri MAN 1 Banyuwangi. Adapun rincian hasil dari proyek akhir ini yaitu; Pertama dari hasil perhitungan preliminary desain didapatkan Balok Induk dengan dimensi 25/50 cm dan Balok Anak dengan dimensi 20/40 cm sudah memenuhi syarat. Kedua, desain plat lantai didapatkan dengan ketebalan 12 cm dan untuk plat atap sebesar 10 cm sudah memenuhi syarat. Ketiga, desain sebelumnya menggunakan campuran atap baja ringan yang bertumpu pada dak beton dengan tebal 120 mm dan lebar 1575 mm sedangkan pada desain perencanaan ulang ini menggunakan plat beton secara menyeluruh. Keempat, desain sebelumnya tidak memiliki akses pada lantai atap, jadi pada perencanaan ulang ini ditambah dengan adanya tangga dari lantai 3 menuju plat atap. Dengan adanya tangga ini diharapkan dapat mempermudah dalam proses pemeliharaan pada plat atap dan juga dapat sebagai akses sarana menjemur pakaian. Saran dalam proyek akhir ini yaitu: (1) untuk desain struktur gedung pada wilayah gempa tinggi atau pada daerah rawan gempa, sangat diperlukan untuk memperhatikan dimensi struktur yang digunakan dan sambungan tulangan sehingga struktur dapat bertahan ketika gempa tinggi terjadi, (2) pada perencanaan ulang selanjutnya dapat dikombinasikan dengan perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB), sehingga perencanaan kegiatan pembangunan gedung juga dapat diketahui baik dari segi waktu atau biaya, (3) untuk perencanaan ulang berikutnya bisa dilakukan pada gedung dengan ketingian atau fungsi gedung yang berbeda.