dc.description.abstract | Perkembangan teknologi yang pesat memberikan dampak tersendiri, termasuk dalam bidang pendidikan. Adanya kemajuan teknologi ini harus diimbangi dengan kualitas sumber daya manusianya. Peningkatan kualitas sumber daya tidak terlepas dari peran pendidikan. Melalui pendidikan siswa dipersiapkan menghadapi era revolusi industri yang menuntut keterampilan abad 21. Salah satu ciri pembelajaran pada abad 21 adalah menuntut peserta didik memiliki kemampuan pemecahan masalah. Model pembelajaran PBL merupakan lingkungan belajar yang didalamnya menggunakan masalah sebagai titik awal dalam meningkatkan kemampuan berpikir pemecahan masalah. Model pembelajaran kooperatif menekankan pada kerjasama. Dikarenakan ada dua model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai alternatif penyelesaian, maka perlu memodifikasi sintaks dari dua model pembelajaran tersebut dan diperoleh satu model pembelajaran yaitu Problem Based Cooperative Learning (PBCL).
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan proses pengembangan model pembelajaran PBCL yang valid, praktis, dan efektif; 2) mendeskripsikan hasil pengembangan model pembelajaran PBCL yang valid, praktis, dan efektif; 3) mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran PBCL terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Pengembangan model pembelajaran menggunakan model pengembangan 4-D milik Thiagarajan yang terdiri dari tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop), dan tahap penyebaran (disseminate).
Pada tahap pendefinisian disimpulkan bahwa perlu dikembangkan suatu model pembelajaran yang dapat menstimulus kemampuan pemecahan masalah matematika. Pada tahap perancangan, peneliti menyusun rancangan model pembelajaran PBCL beserta perangkat pembelajarannya yang terdiri dari RPP, LKS, dan tes kemampuan pemecahan masalah. Tahap berikutnya adalah tahap pengembangan yang terdiri dari dua langkah yaitu validasi dan uji coba lapangan. Hasil dari tahap pengembangan ini adalah draft 1 yang divalidasi oleh tiga validator. Setelah memenuhi kriteria valid, maka model pembelajaran diujicobakan di kelas VIII C SMP Negeri 1 Ambulu dan berdasarkan analisis di akhir kegiatan diperoleh model pembelajaran dengan kriteria praktis dan efektif. Tahap terakhir dari penelitian pengembangan adalah penyebaran model pembelajaran beserta perangkatnya yang telah memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.
Hasil koefisien validitas model pembelajaran PBCL, RPP, LKS, dan THB berturut-turut adalah 3,729;3,79;3,686;3,738 dari skala 4. Kriteria kepraktisan terpenuhi dengan hasil keterlaksanaan model pembelajaran beserta perangkatnya sebesar 97% dengan kategori sangat baik. Kriteria keefektifan terpenuhi dengan hasil rata-rata skor aktivitas siswa sebesar 89,47% dengan kategori aktif, persentase respon positif siswa terhadap pembelajaran sebesar 96,875%, dan sebesar 81,25% siswa memenuhi kriteria ketuntasan.
Model pembelajaran kemudian digunakan dalam penelitian eksperimen di SMP Negeri 1 Ambulu dengan sampel penelitian dua kelas yaitu kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran PBCL, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran ekspositori. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, diberikan pre-test dan post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah itu dilakukan KBM sebanyak tiga kali pertemuan dan diberikan post-test pada pertemuan kelima. Berdasarkan hasil t-test diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran PBCL terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Hal ini diunjukkan dengan perolehan nilai Sig yaitu sebesar 0,001 atau nilai sig.(2-tailed)≤0,05. | en_US |