Show simple item record

dc.contributor.authorMeita Yuandari
dc.date.accessioned2013-12-20T09:14:03Z
dc.date.available2013-12-20T09:14:03Z
dc.date.issued2013-12-20
dc.identifier.nimNIM072110101012
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/11513
dc.description.abstractMasa balita adalah masa lima tahun pertama dalam setiap kehidupan anak manusia. Suatu masa golden age yang sangat penting, terutama untuk pertumbuhan fisik dimana 90 persen sel-sel otak individu tumbuh dan berkembang. Bila pada masa golden age anak-anak terabaikan, maka akan menjadi permasalahan bagi balita tersebut. Kurang Energi Protein merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. KEP disebabkan karena defisiensi macro nutrient (zat gizi makro) (Budirahardjo, 2011). Jika kebutuhan zat gizi makro tidak tercukupi oleh tubuh makan balita dapat mengaami masalah pertumbuhan sehingga balita tersebut berada pada Bawah Garis Merah (BGM). Prevalensi balita BGM di Kabupaten Jember pada tahun 2009 sebesar 15,71% dan pada kelurahan Sumbersari terdapat balita Bawah Garis Merah (BGM) yaitu sebesar 3,2% (Dinkes Jember, 2011). Salah satu upaya kuratif dalam penanggulangan balita BGM yaitu melalui pelayanan tingkat puskesmas. Melalui puskesmas balita BGM mendapatkan pengobatan, perawatan, serta diet KEP. Pendidikan non formal berupa konseling gizi pada Pojok Gizi (POZI) Puskesmas pada ibu balita BGM juga sangat diperlukan guna perawantan dan penyiapan makanan bagi pasien BGM rawat jalan. Pengetahuan ibu mempengaruhi pola asuh gizi yang baik dalam pemberian asupan makan pada anaknya (Moehji, 2002). Menurut WHO mekanisme konseling yang baik perlu adanya komunikasi yang baik antara petugas gizi dengan ibu. Perlu adanya empati, kepercayaan serta dukungan yang besar kepada ibu. Konseling yang diberikan berdasarkan penyebab kurang gizi serta berdasarkan kelompok umur anak (Depkes RI, 2008).Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji gambaran konseling gizi pada balita BGM di Pojok Gizi Puskesmas Sumbersari berdasarkan pada konseling gizi Depkes RI tahun 2008. Variabel dalam penelitian ini adalah karakteristik keluarga balita BGM, konseling gizi, dan peningkatan status gizi balita BGM. Jenis penelitian deskriptif dan menurut waktu pelaksanaannya, penelitian ini termasuk penelitian cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 29 balita. Pengambilan sampel menggunakan total populasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar balita BGM pada rentang umur25-36 bulan dan sebagian besar berjenis kelamin perempuan. Tingkat pendidikan ibu balita BGM sebagian besar memiliki tingkat pendidikan rendah, pengetahuan gizi ibu balita BGM sebagian besar dalam kategori cukup, jumlah anggota keluarga balita BGM sebagian besar tergolong dalam keluarga besar (> 4), dan pendapatan keluarga balita BGM sebagian besar tergolong dalam pendapatan rendah. Pelaksanaan konseling gizi yang dilakukan petugas gizi tergolong dalam tingkatan cukup, baik dilihat dari teknik konseling dan tahap pelaksanaan konseling. Serta ada sebagian balita BGM yang mengalami peningkatan status gizi yang dilihat berdasarkan indeks BB/U maupun BB/TB. Dari hasil penelitian erlu adanya penyelenggaraan pelatihan mendalam yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan kepada seluruh petugas gizi tentang penanganan gizi buruk tingkat puskesmas yaitu konseling gizi yang dapat diberikan secara menyeluruh dan lengkap. Pelatihan dimaksudkan untuk memberikan informasi yang luas mulai dari teknik konseling hingga isi konseling berdasarkan pedoman konseling gizi Depkes RI tahun 2008 yang akan diberikan kepada ibu balita gizi buruk.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries072110101012;
dc.subjectKoseling Gizi Pada Balita Bawah Garis Merah (BGM)en_US
dc.titleGAMBARAN KONSELING GIZI PADA BALITA BAWAH GARIS MERAH (BGM) BERDASARKAN PEDOMAN KONSELING GIZI DEPKES RI TAHUN 2008en_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record