dc.description.abstract | Stock split adalah bentuk dari aksi korporasi yang dilakukan dengan memecah
selembar saham menjadi n lembar saham. Uji beda dua rata-rata sampel
berpasangan dilakukan untuk mengetahui signifikansi perbedaan rata-rata dua
kelompok sampel yang saling berhubungan. Trading volume activity
mencerminkan likuiditas yang berkaitan dengan transaksi saham. Abnormal return
merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur kandungan informasi stock
split. Analisis perbedaan trading volume activity dan abnormal return dilakukan
dengan tujuan mengetahui reaksi investor terhadap adanya pengumuman stock split
berkaitan dengan transaksi saham dan membuktikan kandungan informasi
mengenai stock split dianggap berita baik atau buruk oleh investor. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif menggunakan uji wilcoxon signed rank test.
Sampel penelitian ini adalah perusahaan publik terdaftar di Bursa Efek Indonesia
yang melakukan stock split pada tahun 2017-2021 dengan jumlah 41 perusahaan
yang diperoleh melalui Purposive sampling. Event window penelitian ini adalah 60
hari meliputi 30 hari sebelum dan 30 hari sesudah dengan estimation period
sebanyak 100 hari.
Hasil dari penelitian ini yaitu tidak terdapat perbedaan antara trading volume
activity sebelum dengan trading volume activity sesudah stock split dan terdapat
perbedaan antara abnormal return sebelum dan sesudah stock split. Nilai trading
volume activity yang menurun terjadi karena investor tidak tertarik melakukan
transaksi saham secara berlebih pada sekitar waktu peristiwa stock split tersebut.
Terdapat perbedaan antara abnormal return sebelum dan sesudah stock split karena
reaksi negatif dari investor terhadap stock split sehingga ketika stock split investor
tidak merespon secara berlebih yang mengakibatkan abnormal return tidak
meningkat pasca stock split. Saham yang mengalami kenaikan trading volume
activity sesudah stock split adalah KKGI, IIKP, BFIN, INTD, SMDR, BTEK,
BMRI, PTBA, MAPI, GEMA, BUVA, MARK, BUVA, TOBA, TMAS, TBIG,
JSKY, FAST, BELL DIGI, ERAA, SRTG, GOOD, dan SCMA. Saham-saham
tersebut menarik investor untuk melakukan transaksi saham secara berlebih pada
waktu sekitar stock split. Sedangkan saham yang mengalami penurunan nilai
trading volume activity sesudah stock split adalah VOKS, ULTJ, MINA, TOPS,
MFIN, ZINC, LPIN, TAMU, PTSN, ANDI, UNVR, SIDO, HOKI, DIVA, BBCA,
dan AMOR. Saham-saham tersebut dinilai kurang menarik sehingga investor
enggan membeli secara berlebih pada waktu sekitar stock split. Trading range
theory yang menyatakan stock split akan membuat likuiditas suatu saham
meningkat tidak terbukti karena pada kenyataanya banyak saham perusahaan yang mengalami penurunan trading volume activity sesudah stock split dengan kata lain
likuiditasnya justru menurun.
Saham yang mengalami kenaikan abnormal return sesudah stock split adalah
IIKP, ULTJ, BMRI, PTBA, MARI, MARK, JSKY, TBIG, FAST, ERAA, dan
SRTG. Stock split yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut dimaknai
sebagai berita baik sehingga menimbulkan reaksi yang baik karena abnormal return
yang meningkat sesudah stock split. Sedangkan saham yang mengalami penurunan
nilai abnormal return sesudah stock split adalah KKGI, BFIN, INTD, SMDR,
BTEK, MAPI, MINA, TOPS, GEMA, BUVA, MFIN, ZINC, LPIN, TOBA, CARS,
TAMU, PTSN, TMAS, ANDI, UNVR, BELL, SIDO, DIGI, HOKI, GOOD, DIVA,
BBCA, SCMA, dan AMOR. Signalling theory yang menyatakan bahwa stock split
yang dilakukan perusahaan akan direspon sebagai berita baik karena perusahaan
yang melakukan stock split adalah perusahaan yang memiliki harga saham tinggi
tidak terbukti. Banyak saham yang mengalami penurunan abnormal return karena
reaksi negatif yang ditunjukkan pada waktu sesudah stock split. | en_US |