dc.description.abstract | Kopi merupakan salah satu produk sumber daya alam yang sangat berpotensi
di Indonesia. Kopi terdiri dari beberapa jenis diantaranya kopi Robusta, Arabika,
Liberika, dan Excelsa. Kabupaten Jember merupakan salah satu penghasil kopi
terbesar di Jawa Timur dengan produk yang didominasi oleh kopi Robusta sesuai
potensinya, yang memiliki ketinggian daerah berkisar 400–700 mdpl. Kualitas kopi
ditentukan oleh 2 faktor yaitu cita rasa dan aroma kopi, dimana dapat ditentukan
melalui senyawa kimia didalam kopi. Analisis kualitas kopi dapat dilakukan dengan
electronic nose, dimana memiliki kelebihan berupa portable yang terintegrasi dari
proses pengukuran hingga pengolahan serta biaya yang relatif murah. Sensor dalam
electronic nose dapat disusun menjadi 2 macam model yaitu model planar dan
annular. Perbedaan dari model planar dan annular terletak pada sistem aliran gas,
dimana pada model sensor annular gas akan menuju sensor yang terdapat dalam
chamber secara berurutan. Sedangkan pada model sensor planar, gas akan
terakumulasi di tengah terlebih dahulu kemudian menuju sensor tanpa adanya
pengaturan aliran gas sehingga semua gas dapat terdeteksi secara bersamaan.
Sensor gas yang digunakan di desain dalam bentuk array menggunakan 8
sensor berjenis MQ meliputi MQ-2, MQ-3, MQ-6, MQ-7, MQ-8, MQ-9, MQ-135,
dan MQ-136. Sensor gas array dengan model planar akan merespon uap air, uap kopi,
dan udara kering sehingga menghasilkan respon dari setiap sensor. Respon yang
dihasilkan oleh sensor berupa tahanan atau resistansi yang dikonversi menjadi
tegangan sebagai sinyal analog. Proses pengubahan sinyal analog menjadi sinyal
digital menggunakan Microcontroller Arduino Mega 2560 dimana ditampilkan
secara langsung oleh monitor. Data yang dihasilkan berupa grafik tegangan
terhadap waktu. Titik fokus penelitian ini yaitu membandingkan pola respon dan klasifikasi aroma kopi menggunakan model sensor planar dengan annular yang
telah dilakukan Meidy (2020).
Pola respon yang dihasilkan dari model sensor planar dengan annular hampir
sama, perbedaannya terletak pada nilai tegangan yang dihasilkan. Model sensor
planar memiliki nilai tegangan yang lebih tinggi daripada model annular. Analisis
PCA juga digunakan untuk proses klasifikasi dimana penentuan PC ditentukan dari
eigenvalue dan persentase keragaman kumulatif melalui scree plot sehingga
diperoleh PC1 dan PC2. Eigenvector juga dicari berguna sebagai intepretasi
kontribusi sensor dalam pengelompokan aroma kopi sehingga diperoleh persamaan
PC1 dan PC2. Hasil klasifikasi dengan model planar menunjukkan sampel kopi
terbagi menjadi 5 kelompok dan tidak saling tumpang tindih, dimana total PC nya
sebesar 89,1% sedangkan model annular terdapat 3 sampel kopi yang saling
tumpang tindih dimana total PC sebesar 85,5%. Hal tersebut disimpulkan bahwa
model planar lebih baik daripada model annular dalam klasifikasi aroma kopi. | en_US |