dc.description.abstract | Kategorisasi pesantren di Indonesia secara sederhana dibagi menjadi dua
bentuk, yaitu pesantren salaf dan pesantren modern. Kyai sebagai pemimpin
pesantren, hakikatnya adalah seorang yang diakui oleh masyarakat, karena
keahlian keagamaan, kepemimpinan dan kharismatiknya. Pesantren mirip “sebuah
dinasti”. Karena itu pola konvensional kepemimpinan di pesantren cenderung
membentuk kepemimpinan personal, segala masalah bertumpu pada kyai.
Pesantren Darussalam termasuk pesantren yang sudah menggunakan
manajemen modern. Kyai sebagai tokoh utama mempunyai peran signifikan
dalam membangun manajemen pesantren dan mengembangkan eksistensinya,
khususnya sebagai lembaga pendidikan Islam. Namun demikian karena telah
berbentuk yayasan, penerapan manajemen modern dalam upaya peningkatan
kualitas pelayanan publik tidak hanya menjadi tanggungjawab Kyai sebagai top
leader, tetapi juga menjadi tanggungjawab seluruh pengelola yayasan.
Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Penentuan informan
dilakukan dengan menggunakan teknik “snow-ball” (bola salju). Sedangkan
pengumpulan datanya menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi.
Adapun analisis datanya menggunakan analisis domain, taksonomi dan SWOT.
Berdasarkan analisis SWOT dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik
pesantren Darussalam berada pada kondisi stabil, terbukti dengan temuan hasil
penelitian faktor kekuatan/strengths yang merupakan faktor intern lebih dominan
dibanding faktor kelemahan/weakness dan ditemukannya juga faktor
peluang/opportunities juga lebih dominan dalam mendukung upaya-upaya yang
dilakukan serta kesiapan menghadapi ancaman/treaths yang mungkin muncul.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan pengelola,
sesuai teori Parasuraman dalam mengukur kualitas pelayanan publik lebih pada
dimensi daya tanggap, jaminan, kehandalan dan empati. Sedangkan dimensi bukti
fisik tampak lebih fokus diperankan pengasuh utama sekaligus ketua yayasan. | en_US |