Show simple item record

dc.contributor.authorPutri Nurjanah
dc.date.accessioned2013-12-20T06:31:58Z
dc.date.available2013-12-20T06:31:58Z
dc.date.issued2013-12-20
dc.identifier.nimNIM080910302026
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/11201
dc.description.abstractDemam Korea telah menjadi fenomena di Indonesia. Diantaranya dengan munculnya boyband dan girlband yang berkonsep gaya Korea. Fenomena ini telah menjadi trend di kalangan generasi muda saat ini. Tidak hanya di daerah perkotaan, demam Korea juga telah masuk ke pelosok desa. Demikian juga halnya di Lumajang. Kota Lumajang berbatasan dengan kota Jember dan kota Probolinggo. Dimana kedua kota perbatasan ini merupakan kota yang perkembangannya cukup pesat dibandingkan dengan kota Lumajang. Lumajang merupakan daerah sub urban yang masyarakatnya masih bersifat tradisional. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana mereka berkomunikasi dengan orang lain. Transformasi budaya Korea di Indonesia terinternalisasi melalui boyband dan girlband yang kemudian menjadi figur bagi generasi muda. Di Lumajang, fenomena demam Korea tampak dalam perilaku remaja mirip boyband dan girlband, dalam hal ini SMASH dan Cherry Belle. Di Lumajang terlihat banyak pelajar SMP dan SMK berpenampilan mirip personil SMASH dan Cherry Belle. Kemunculan boy/girlband ini membuat remaja gencar meniru mode dan trend yang ditampilkan oleh personil boy/girlband kesayangan mereka, yaitu SMASH dan Cherry Belle. Pencarian tokoh pun oleh remaja dipilih sesuai dengan minat dari remaja, misalnya saja dari trend, gaya, atau dikarenakan prestasi atau berparas tampan/cantik. Pemilihan dan berpenampilan mirip personil SMASH dan Cherry Belle menjadikan mereka sebagai fans dari idola mereka, yaitu SMASHBLAST untuk fans SMASH dan TWIBI untuk fans Cherry Belle. Berdasarkan dengan latar belakang tersebut peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana perilaku SMASHBLAST dan TWIBI dipahami dalam proses 3(tiga) simultan Pieter. L. Berger dan Thomas Luckmann? Penelitian ini menggunakan teori kontruksi sosial Peter L. Berger dalam proses dialektis tiga momen simultan, yaitu Eksternalisasi, Objektivasi, dan Internalisasi sebagai penjelasan atas proses remaja memutuskan untuk berpenampilan mirip personil SMASH dan Cherry Belle. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang berlokasi di area sekolah SMPN 2 Lumajang dan SMKN 2 Lumajang. Informan dalam penelitian ini remaja yang berusia 13-17 tahun sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan peneliti dan menggunakan teknik purposive sampling. Mengumpulkan data dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi dan telah dianalisis sesuai dengan tiga subproses yaitu reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan/verifikasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Perilaku SMASHBLAST dan TWIBI: 1. SMASH dan Cherry Belle Sebagai Sebuah Realitas Objektif : Penampilan personil SMASH dan Cherry Belle dijadikan sebagai cara berpakaian yang modis untuk saat ini, keren dan update sesuai zaman saat ini. Hal itu merupakan suatu realitas objektif yang dijalani oleh remaja. Remaja adalah sebagian besar yang menggemari SMASH dan Cherry Belle, Jiwa yang labil menyebabkan remaja mulai mencari-cari sosok ideal, yang harapannya bisa ditiru dan diteladani, sehingga tak heran jika pada masa ini remaja memiliki tokoh idolanya masing-masing. Pemilihan tokoh idolanya pun disesuaikan dengan apa yang sedang ingin ditiru dan dianggap sesuatu yang sedang trend di masyarakat. Misalnya dari penampilan fisik (tampang dan rupanya), kelebihannya (keahlian dance, suara) dan kesopanannya (tingkah laku). 2. Perilaku SMASHBLAST dan TWIBI Sebagai Realitas Subjektif: Perilaku yang dijalani remaja dalam realitas subyektif ini yaitu perilaku mengidolakan. Perilaku mengidolakan artis idola merupakan suatu pilihan yang berbeda setiap individu. Remaja memiliki versi yang berbeda terhadap setiap artis idolanya. Dalam realitas subyektif inilah remaja berperan untuk memilih atau tidak memilih sama sekali dalam penampilannya. Kemunculan SMASHBLAST dan TWIBI merupakan fans dari SMASH dan Cherry Belle, dimana mereka menginternalisasi perilaku artis idolanya yaitu personil dari SMASH dan Cherry Belle. Berikut merupakan Internalisasi perilaku SMASHBLAST dan TWIBI dalam kehidupannya, yaitu melalui: Fashion, Aksesoris, dan yel-yel. Mengidolakan merupakan suatu pilihan setiap individu dalam kehidupannya. Dikarenakan setiap individu dalam kehidupannya memiliki figur yang berbeda dalam kesehariannya untuk beberapa kekaguman yang berbeda-beda pula. Berdasarkan kekaguman tersebut ditemukan tiga alasan remaja SMASHBLAST dan TWIBI bepenampilan ala personil SMASH dan Cherry Belle, yaitu: Sebagai Simbol Eksistensi, Sebagai gaya atau trend, dan Sebagai ekspresi diri. 3. Proses 3 (tiga) Simultan Berger yang dijalani remaja SMASHBLAST dan TWIBI, yaitu: Proses Eksternalisasi, yaitu remaja mengalami transformasi nilai dan norma baru ketika berada dalam masyarakat dan lingkungan sekolah. Dikarenakan nilai lama yang dibawa dari rumah bertemu dengan nilai baru berupa penggunaan pita dan tentang wacana Cherry Belle atau SMASH, disini nilai baru tersebut didapatkan dan berjalan seiring dengan penambahan pengetahuan dari nilai-nilai sekelilingnya yang menguatkan nilai baru tersebut, seperti melalui media dan profil-profil dari personil SMASH dan Cherry Belle. Dilanjutkan menuju Proses Objektivasi, yaitu diperteman sebaya misalnya dalam Genk yaitu SMASHBLAST dan TWIBI yang menjadikan remaja dalam kelompok tersebut, di dalam kelompok tersebut ada suatu tata tertib yang secara tak tertulis dapat diartikan oleh remaja yang menjadi anggotanya. Walaupun tidak tertulis tapi perjanjian tersebut menjadi nyata ketika berada dalam kelompok. Tetapi remaja juga memikirkan bagaimana ketika dia diposisi sebagai pelajar dalam sekolah, menggunakan aksesoris apa tidak, jika tidak menggunakan “tidak setia kawan” atau tak sama dengan teman lainnya. Tetapi tata tertib disekolah juga menjadi halangan untuk menampilkan penampilan sesuai dengan apa yang diinginkan individu tersebut. Sedangkan Proses Internalisasi, Dimana sikap setia kawan tetap ada dan tetap tidak melanggar aturan sekolah. Dalam proses ini juga remaja mengambil alih dunia yang sedang dihuninya dia memutuskan dan mempertahankan nilai baru dan menjadikan suatu pembenaran yang diambil. Dia sebagai SMASHBLAST dan TWIBI mulai menginternalisasikan penampilannya terhadap teman sekelas dan lingkungan pertemanannya.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries080910302026;
dc.subjectsmashblast, twibien_US
dc.titlePerilaku SMASHBLAST dan TWIBIen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record