NALISIS PENGARUH PEMAKAIAN SLOWSTART TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS INRUSH PADA PENSAKLARAN LAMPU HEMAT ENERGI
Abstract
Energi listrik sampai saat ini merupakan kebutuhan yang sangat penting.
Hal ini disebabkan karena energi listrik digunakan dalam proses produksi maupun
dalam kehidupan sehari-hari. Peralatan listrik seperti komputer, televisi, lampu
penerangan seperti lampu fluorescent, dan lain-lain adalah beban atau titik
terakhir dalam sistem transimisi listrik dan berpotensi menyebabkan gangguan
listrik seperti transien. Compact fluorescent lamp atau yang umum dikenal dengan
lampu hemat energi adalah jenis lampu fluorescent yang sudah umum digunakan
saat ini. Pada lampu fluorescent digunakan komponen tambahan yaitu ballast.
Ketika operasi penutupan saklar dilakukan, kapasitor pada ballast akan
membangkitkan tegangan tinggi. Untuk membangkitkan tegangan yang tinggi ini,
kapasitor akan menarik arus yang besar dari sumber. Pada pensaklaran lampu
hemat energi, pembatasan besarnya arus transien diperlukan agar saklar tidak
mengalami kegagalan fungsi ketika lampu dinyalakan. Salah satu cara untuk
mengurangi dampak lonjakan arus transien pada operasi pensaklaran adalah
dengan menggunakan slowstart (inverator). Prinsip kerja dari slowstart adalah
mereduksi arus inrush pada saat pembebanan awal sehingga terhindar dari
kegagalan fungsi saklar sebagai pemutus rangkaian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian ini
dilaksanakan di laboratorium elektronika program studi pendidikan fisika
Universitas Jember dan laboratorium elektronika fakultas MIPA Universitas
Jember.
Pengambilan data pada penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu
pengujian pertama dengan tujuan mengetahui karakteristik arus inrush pada lampu
hemat energi dan lampu pijar dengan menggunakan osiloskop dan pengujian
vii
kedua dengan tujuan mengetahui pengaruh penambahan slowstart terhadap besar
pengurangan lonjakan arus yang terjadi pada saat pembebanan awal pada lampu
hemat energi dan lampu pijar. Pada percobaan kedua, juga dilakukan variasi nilai
resistnsi dari slowstart, dengan tujuan untuk mengetahui besar resistansi terhadap
penurunan nilai lonjakan arus. Data yang diambil pada setiap percobaan meliputi
tegangan (V), dan waktu yang dibutuhkan oleh lonjakan arus untuk mencapai
kondisi tunak. Data tersebut kemudian diolah sehingga didapatkan data nilai arus
(I) pada masing-masing sampel uji dalam percobaan.
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian adalah: (1) Pada lampu CFL,
Besar resistansi resistor slowstart berpengaruh terhadap karakteristik dari arus
inrush yang meliputi turunnya nilai lonjakan arus serta bertambahnya nilai waktu
yang dibutuhkan oleh arus lonjakan arus untuk sampai ke kondisi tunak. Pada
pensaklaran lampu hemat energi dan lampu pijar. Pada percobaan dengan daya 23
watt, nilai lonjakan arus yang semula 0,03896 A, (dengan resistansi NTC 16 ohm)
turun 0,03652 A menjadi (dengan resistansi NTC 33 ohm) dan untuk waktu, yang
semula 3,3 ms (dengan resistansi NTC 16 ohm), turun menjadi 3,5 ms (dengan
resistansi NTC 33 ohm). Pada lampu pijar, besar resistansi resistor slowstart tidak
berpengaruh terhadap karakteristik dari arus inrush yang meliputi turunnya nilai
lonjakan arus serta bertambahnya nilai waktu yang dibutuhkan sampai ke kondisi
tunak. (2) Pada lampu CFL, penggunaan slowstart pada rangkaian berpengaruh
terhadap karakteristik arus inrush yang meliputi turunnya nilai lonjakan arus serta
bertambahnya nilai waktu yang dibutuhkan sampai ke kondisi tunak. Pada
percobaan dengan daya 23 watt, nilai lonjakan arus yang semula 0,041 A, turun
menjadi 0,03896 A (dengan resistansi NTC 16 ohm) dan untuk waktu, yang
semula 3 ms, naik menjadi 3,3 ms (dengan resistansi NTC 16 ohm). Sedangkan
pada lampu pijar, penggunaan slowstart tidak berpengaruh terhadap karakteristik
arus inrush yang meliputi turunnya nilai lonjakan arus serta nilai waktu yang
dibutuhkan sampai ke kondisi tunak.