UJI KUALITAS PUPUK ORGANIK BERDASARKAN DAYA HANTAR LISTRIK PADA CAMPURAN KOMPOS DAN JERAMI PADI
Abstract
Berdasarkan survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2007 jumlah
penduduk miskin di Indonesia sebesar 37,2 juta jiwa, dimana 63,4% dari jumlah
tersebut bermata pencaharian utama di sektor pertanian. Selama ini untuk
mendukung pengembangan sektor pertanian khususnya subsektor tanaman pangan
dan holtikultura pemerintah menyediakan dana untuk subsidi pupuk tunggal (urea,
SP-36, ZA dan KCl). Dengan memburuknya situasi perekonomian di Indonesia,
pemerintah akhirnya menerapkan kebijakan penghapusan subsidi pupuk secara
bertahap mulai tahun 1998. Akibat dari kebijakan tersebut adalah melonjaknya
harga pupuk secara tak terkendali, serta terjadinya kelangkaan pupuk saat awal
musim tanam.
Pembuatan pupuk pengganti merupakan salah satu upaya dari pemerintah
untuk mengatasi masalah terkait kelangkaan dan mencuatnya harga pupuk kimia.
Kualitas dari pupuk organik juga dapat ditinjau dari jumlah unsur hara makro
(NPK) serta kandungan elektrolit (K
O) yang dikandungnya. Tanaman menyerap
unsur hara makro dalam bentuk ion, seperti ion ortofosfat primer dan sekunder.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk melihat kualitas dari pupuk organik
adalah melalui pengujian pada kandungan zat elektrolitnya.
2
Penelitian dilakukan dengan beberapa langkah: membuat
organic fertilizer
tester
, menguji validitas alat, pengambilan data, dan mengalisa data. Organik
fertilizer tester
dirangkai untuk mendeteksi kandungan elektrolit dari suatu
larutan.
Rangakaian
organic fertilizer tester menggunakan beberapa komponen
dasar: baterai sebesar 9 volt sebagai sumber tegangan, saklar untuk memutus dan
menyambungkan arus listrik, kapasitor untuk menyimpan dan mengeluarkan
47
muatan listrik, resistor tetap dan trimer untuk menghambat arus listrik agar arus
yang mengalir tidak terlalu besar dan sesuai dengan yang diharapkan, IC LM 324
sebagai penguat operasional yang dikemas dalam bentuk rangkaian terpadu (IC),
probe atau pendeteksi untuk mendeteksi kandungan elektrolit yang dibuat dari
lempengan tembaga, dioda (LED) yang dapat menyala apabila ada arus yang
melaluinya.
Organic fertilizer tester ini diuji dengan menggunakan air garam, asam
cuka dan aquades. Ketika diuji dengan air garam D3 menyala, hal ini dikarenakan
garam banyak mengandung zat elektrolit yang akan terionisasi sempurna bila
dilarutkan dalam pelarut (air). Ketika diuji dengan asam cuka D4 menyala, hal ini
berarti asam cuka mengandung ion dalam jumlah sedang (normal), sehingga
hanya sedikit ion yang bermigrasi. Ketika diuji dengan aquades D5 menyala, hal
ini menunjukkan bahwa aquades mengandung ion dalam jumlah yang sangat
sedikit, sehingga ion yang bermigrasi sangat terbatas.
Komposisi sampel I yaitu 0 % kompos sapi daging : 100 % jerami padi
memberikan output
green pada indikator LED. Bila pupuk organik mengandung
sedikit unsur hara makro, maka jumlah ion yang dihasilkan ketika pupuk
dilarutkan akan sedikit, sehingga konduktivitasnya tidak terlalu tinggi. Sampel II
dengan komposisi 25 % kompos sapi daging : 75 % jerami padi memberikan
output sama seperti pada sampel I, yakni
green pada indikator LED. Hasil ini
terjadi karena dari komposisi kedua zat yang dicampurkan (kompos : jerami padi)
masih didominasi oleh jerami padi, sehingga data yang didapatkan merupakan
cerminan dari pengujian pada bahan jerami padi. Sampel III, IV dan V
memberikan hasil sama, yakni output
red pada indikator LED. Kompos
mengandung senyawa ionik (K
O ) yang tinggi, apabila kompos dilarutkan dalam
pelarut akan membentuk ion-ion dalam jumlah besar, semakin banyak ion yang
terbentuk akan memberikan reaksi pada peningkatan konduktivitas larutan.
2
Untuk melihat kevalidan pada pengujian sampel, digunakan pembanding
pupuk organik berstandar nasional yang di produksi oleh PT. Tunas Agro Persada
Semarang. Hasil pengujian terhadap pupuk pembanding sama dengan hasil
pengujian pada sampel III, IV dan V yakni
red pada indikator LED.