dc.description.abstract | Data hasil observasi awal, didapatkan aktivitas belajar fisika siswa kelas
VII C SMP Negeri 1 Tapen masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari hasil observasi
dan wawancara dengan guru pengajar yang telah dilakukan didapatkan data
bahwa aktivitas siswa selama pembelajaran di laboratorium didapatkan hasil
bahwa kemampuan kerja ilmiah siswa kelas VII C ketika melakukan percobaan
yaitu 41,48%, menggunakan alat ukur 45,18%, melakukan analisis data 53,33%,
dan membuat kesimpulan 58,51%. Berdasarkan data hasil analisis observasi
tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan kerja ilmiah siswa kelas VII C masih
tergolong rendah. Dokumen yang diperoleh dari guru mata pelajaran fisika
menunjukkan bahwa hasil belajar fisika siswa kelas VII C rendah. Hal tersebut
dibuktikan dengan sedikitnya siswa yang mampu memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minimum (KKM) yang ditetapkan sebesar 70 Siswa yang dinyatakan tuntas
belajar 26,67% atau 12 dari 45 siswa di kelas tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan perbaikan melalui penerapan
model inkuiri terbimbing dalam proses pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini
diantaranya (1) Untuk meningkatkan kemampuan kerja ilmiah siswa kelas VII C
SMP Negeri 1 Tapen dengan menggunakan model inkuiri terbimbing., (2) Untuk
meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Tapen dengan
menggunakan model inkuiri terbimbing.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
desain penelitian Kemmis dan Mc. Taggart sehingga subyek penelitiannya adalah
siswa kelas VII C SMP Negeri 1 Tapen tahun ajaran 2011/2012 yang dimulai
tanggal 18 April 2012 sampai dengan 23 Mei 2012. Metode pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah dokumentasi, observasi, wawancara, dan tes. Data
yang didapatkan adalah skor kerja ilmiah siswa, dan hasil belajar siswa selama
proses pembelajaran yakni pada pra-siklus, siklus I, dan siklus II.
Hasil kemampuan kerja ilmiah pada pra-siklus menunjukkan bahwa
kemampuan siswa dalam melakukan eksperimen sebesar 66,67%, mengamati
obyek 67,22%, menggunakan alat ukur 40,83%, mengisi data ke dalam tabel
91,11%, menganalisis data 65,28%, sehingga rata-rata persentase kerja ilmiah
sebesar 65,28% dan termasuk dalam kriteria cukup. Sedangkan pada siklus 1
kemampuan kerja ilmiah siswa mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan
persentase ketika melakukan eksperimen 76,11%, mengamati obyek 77,22%,
menggunakan alat ukur 75,83%, mengisi data ke dalam tabel 94,44%,
menganalisis data 80,28%, dengan rata-rata persentase sebesar 80,12% dan
germasuk dalam kriteria baik. Pada siklus 2 kemampuan kerja ilmiah siswa juga
mengalami peningkatan dari siklus 1 yang ditunjukkan dengan persentase
melakukan eksperimen sebesar 75,56%, mengamati obyek 80,28%, menggunakan
alat ukur 80,83%, mengisi data ke dalam tabel 97,22%, menganalisis data
88,31%, dengan rata-rata persentase kerja ilmiah sebesar 86,18% dan termasuk
dalam kriteria baik sekali.
Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan. Pada pra-siklus
ketuntasan hasil belajar siswa sebesar 40,00%. Pada siklus I ketuntasan hasil
belajar siswa mengalami peningkatan menjadi 68,88% dengan nilai <g> 0,37 dan
termasuk kriteria peningkatan sedang dan pada siklus II ketuntasan hasil belajar
siswa menjadi 77,77% dengan nilai <g> 0,14 dan termasuk dalam kriteria
peningkatan rendah.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan
terjadi peningkatan kemampuan kerja ilmiah dan hasil belajar siswa pada pra
siklus, siklus I, dan siklus II. Dari hasil di atas menunjukkan model inkuiri
terbimbing dapat digunakan sebagai alternatif pembelajaran yang membuat siswa
lebih aktif dan lebih memahami konsep dalam pembelajaran. | en_US |